Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Pahala Tak Terhingga dengan Karma Baik
Melihat kondisi kehidupan warga Afganistan yang memilukan, saya sungguh sangat sedih. Saya juga tidak sampai hati melihat mereka kelaparan. Saya sering berkata bahwa setiap kali kita duduk di meja makan serta mengangkat mangkuk dan sumpit kita, hendaklah kita memikirkan dari mana nasi itu berasal.
Para petani telah bekerja keras. Karena itu, kita harus menghargai makanan. Setiap tetes minyak pun datang dengan tidak mudah. Kita juga harus menghargai segala sumber daya alam. Hidup di zaman sekarang, kita harus berusaha untuk menstabilkan kehidupan dan mewujudkan ketenteraman masyarakat. Inilah nilai dari kehidupan kita.
Sejak pandemi Covid-19 merebak dua tahun lalu, saya merasa sangat takut. Virus itu tidak terlihat dan tidak bisa diraba. Pandemi merupakan akibat dari karma buruk. Pada zaman Buddha, Beliau telah mengulas tentang "wabah penyakit". Tidak ada yang bisa menghentikan penyebaran wabah penyakit. Itulah akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk. Mengapa demikian?
Sejak dahulu, manusia terus membunuh hewan sehingga banyak arwah hewan yang menanti kesempatan untuk menuntut balas. Jika semua makhluk terus menciptakan karma buruk, maka pembalasan dari arwah hewan pun tidak akan berhenti.
Yang menciptakan karma buruk terbanyak ialah mulut manusia yang memakan daging hewan dan tubuh yang melakukan perbuatan keliru. Selain memakan daging hewan dan bertutur kata buruk, manusia juga melakukan perbuatan keliru.
Demi apa manusia secara sengaja mengembangbiakkan begitu banyak hewan? Demi mendatangkan keuntungan dan memenuhi nafsu makan manusia. Di lingkungan seperti apa hewan dikembangbiakkan? Lingkungan yang membuat hewan menderita dan kehilangan kebebasan.
Setelah tumbuh besar, hewan-hewan pun disembelih, disiram air panas, dan dimasak hingga menjadi makanan yang siap dihidangkan di atas meja. Mengonsumsi daging hewan bisa mendatangkan penyakit sekaligus menciptakan karma buruk. Ini merupakan lingkaran buruk. Demikianlah pola hidup manusia. Jadi, mari kita bersungguh hati mengkaji pola hidup manusia.
Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki kegunaannya. Dalam satu atau dua tahun terakhir ini, saya terus berpesan kepada para profesor dan dokter kita untuk segera melakukan penelitian terhadap tumbuhan di dunia ini agar dapat mendatangkan manfaat bagi kesehatan serta memenuhi kebutuhan gizi manusia.
Dengan demikian, kita dapat menyelamatkan nyawa banyak hewan, hidup sehat, serta memiliki hati dan pikiran yang murni. Dengan makanan sehat ini, kita dapat memiliki tubuh dan pikiran yang sehat sehingga kita bisa melakukan banyak hal yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bodhisatwa sekalian, waktu terus bergulir. Berapa lama lagi sisa kehidupan kita? Tidak ada satu orang pun yang tahu berapa sisa kehidupan diri sendiri. Namun, kita semua harus tahu bahwa waktu terus berlalu detik demi detik.
Saya sering berkata bahwa kita harus bersyukur atas berlalunya detik demi detik yang mendukung pencapaian kita. Kita telah menapaki Jalan Tzu Chi selama lebih dari 50 tahun. Kita selalu memberikan bantuan kepada yang membutuhkan tepat pada waktunya karena kita telah membentangkan Jalan Tzu Chi di seluruh dunia.
Di mana pun bencana terjadi, relawan kita dapat mencurahkan perhatian karena kita telah membentangkan Jalan Tzu Chi yang luas. Asalkan kita bersungguh hati dan menyatukan kekuatan, kita dapat memberi bantuan kepada lebih banyak orang.
Saudara sekalian, mari kita menggalang donatur. Menggalang donatur berarti menggalang Bodhisatwa dunia. Mari kita menginspirasi setiap donatur untuk membangkitkan cinta kasih agar mereka bersedia untuk berdonasi setiap bulan. Dengan tetes-tetes donasi ini, kita dapat menolong orang-orang yang membutuhkan di seluruh dunia. Dengan demikian, kita dapat menciptakan pahala yang tak terhingga.
Semoga semua insan Tzu Chi dapat terus menggalang Bodhisatwa dunia. Jangan meremehkan tetes-tetes donasi ataupun kekuatan cinta kasih kita. Kita harus menggenggam waktu karena kita dapat memperoleh pencapaian seiring berjalannya waktu. Tanpa usaha keras selama lebih dari 50 tahun ini, Tzu Chi tidak mungkin bisa menjangkau seluruh dunia.
Di negara mana pun, relawan kita mengerahkan kekuatan mereka untuk membantu orang yang membutuhkan. Kita seakan-akan juga berada di sana untuk membantu orang yang membutuhkan dan merasakan kehormatan yang sama dengan mereka. Namun, kita tidak angkuh, melainkan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Inilah semangat Buddha.
Buddha hendak kita menciptakan berkah bagi dunia. Dengan cara dan semangat Buddha, kita terjun ke masyarakat sebagai Bodhisatwa dunia yang bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita. Mari kita menggenggam jalinan jodoh. Kapan pun di butuhkan, semua insan Tzu Chi di negara mana pun dapat menyatukan kekuatan mereka.
Jalinan jodoh kita telah matang. Kita juga telah membentangkan jalan yang rata dan kukuh sehingga dapat menjangkau seluruh dunia. Kita harus senantiasa membina hati yang cermat dan sungguh-sungguh mengevaluasi nilai kehidupan kita. Kehidupan yang bernilai ialah menjadi Bodhisatwa dunia yang penuh dengan cinta kasih berkesadaran.
Manusia hendaknya ingat bahwa makanan tidak datang dengan mudah
Membangkitkan welas asih dan tidak membunuh hewan
Menghimpun cinta kasih dan membentangkan jalan ke seluruh dunia
Memupuk pahala yang tak terhingga dengan menciptakan berkah dan bersukacita dalam Dharma
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 19 Februari 2022