Ceramah Master Cheng Yen: Memurnikan Dunia dengan Menyerap Dharma dan Melakukan Kebajikan
Kita lihat saat ini, bagaimana anak-anak bisa tetap belajar saat sekolah ditutup? Ini membutuhkan cinta kasih dari masyarakat, sehingga anak-anak dapat terus belajar secara daring.
Anak-anak zaman sekarang sangat cerdas, dan mereka tahu bagaimana menggunakan teknologi modern. Tidak ada kesulitan bagi mereka. Selama kita menyediakan alat pembelajaran, mereka pasti bisa belajar secara daring.
Namun, anak-anak dari keluarga yang kurang mampu tidak dapat melanjutkan sekolah, juga tidak memiliki alat belajar di rumah. Dengan demikian, bukankah mereka putus sekolah?
Oleh karena itu, relawan Tzu Chi di dalam ataupun luar negeri berusaha membantu anak-anak agar dapat terus belajar selama sekolah ditutup dengan menyediakan alat pembelajaran.
Relawan Tzu Chi sungguh penuh perhatian. Dengan hati Bodhisatwa dan hati orang tua, relawan mengunjungi keluarga kurang mampu, memasang komputer,dan menghubungkannya ke internet. Bagi keluarga yang tidak memiliki meja, relawan pun menyediakan meja.
“Kami tidak memiliki meja belajar, jadi tidak ada tempat untuk menaruh buku. Relawan Tzu Chi memberi kami beberapa perabot. Saya sangat berterima kasih kepada mereka,” kata Nyonya Shen.
“Perabot bekas ini masih nyaman untuk digunakan. Kami mengantarnya secara khusus hari ini, sehingga perabot ini bisa memperindah rumah mereka,” kata Peng Xiu-zhen relawan Tzu Chi.
Ketika melihat cuplikan ini, saya merasa bersyukur dari lubuk hati saya. Beruntung, ada relawan Tzu Chi. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, mereka selalu hadir. Mereka benar-benar adalah Bodhisatwa.
Di mana ada orang membutuhkan pertolongan, relawan Tzu Chi siap untuk bersumbangsih, menolong dan menghibur mereka dengan cinta kasih yang tulus. Ketika melihat ini, saya merasa tenang. Selain merasa bersyukur, saya juga merasa tenang.
Bencana yang terjadi di dunia disebabkan oleh karma kolektif semua makhluk. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan adalah lima racun batin yang menyebabkan lima kekeruhan. Jadi, energi kekeruhan ini menjadi racun yang memicu terjadinya banyak bencana di dunia.
Lima kekeruhan juga menyebabkan ketidakselarasan iklim dan terus membawa bencana. Bagaimana dengan lima racun batin? Itu adalah sikap batin manusia yang dipenuhi ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, yang menimbulkan nafsu keinginan di pikiran, sehingga terwujud lewat tindakan nyata yang telah merugikan dunia.
Dunia menjadi tidak tenteram. Bencana terus terjadi di mana-mana dan makin dahsyat. Semua ini disebabkan oleh pikiran manusia yang telah membentuk kondisi demikian dan membuat bencana datang silih berganti. Ini benar-benar menakutkan. Inilah yang disebut karma buruk kolektif.
Ketidakselarasan iklim dan banyaknya bencana alam juga disebabkan oleh manusia. Namun, ketika ada cinta kasih di dunia, manusia akan pelan-pelan mulai saling membimbing. Saat makin banyak orang menjadi teladan dalam berbuat kebajikan, perlahan-lahan keburukan berubah menjadi kebajikan. Dengan demikian, suasana pun menjadi hangat dan damai.
Secara alami, manusia akan mampu meredam nafsu keinginan dan mengenal rasa puas. Jika bisa seperti ini, kita tidak akan merusak lingkungan dan akan menghargai alam semesta dan isinya. Dengan menghargai alam semesta dan isinya, tentu saja manusia bisa saling mengasihi dan peduli. Inilah siklus kebaikan.
Bodhisatwa sekalian, saya harap semua orang belajar untuk mendengarkan kata-kata saya. Lihatlah bagaimana orang-orang telah mempraktikkan ajaran saya setelah mendengarnya. Jadi, ini disebut mendengarkan, melihat, dan mempraktikkan.
Setelah mendengarkan ajaran saya, kalian melihat bagaimana orang lain mempraktikkannya. Setelah itu, kita kembali kepada diri kita untuk mempraktikkannya dalam tindakan nyata.
Ajaran baik dari puluhan tahun lalu ini telah diwariskan hingga saat ini. Semoga ini akan terus berlanjut hingga ratusan atau ribuan tahun yang akan datang.
Kita harus mengingat Dharma yang telah diwariskan kepada kita sejak dahulu dan menyimpannya dalam batin kita saat ini. Kita juga harus mempraktikkan Dharma ini secara nyata dan mewariskannya kepada anak cucu kita. Generasi muda di masa depan akan melihat bagaimana kita saat ini mempelajari, membabarkan, dan mempraktikkan Dharma berlandaskan keyakinan, ikrar, dan praktik nyata.
Kita harus memiliki keyakinan pada Dharma yang kita dengar. Dengan keyakinan ini, kita berikrar untuk mempraktikkannya.
Saudara sekalian, apabila taat pada Dharma ini, kita akan menjadi Bodhisatwa. Apabila tidak taat pada Dharma, kita akan mengembara di lima alam. Kita tidak tahu ke alam mana kita akan terlahir kembali kelak. Tidak tahu.
Jadi, sekarang kita harus mendengar Dharma dan mempraktikkan kebajikan. Inilah cara kita menapaki Jalan Bodhisatwa untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Inilah Jalan Bodhisatwa yang sesungguhnya dalam kehidupan.
Tidak ada cara lain untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Tidaklah cukup hanya dengan mendengar saja. Kita menuai apa yang kita tabur. Hanya dengan melatih diri, kita akan memperoleh pencapaian. Hanya dengan bersumbangsih, kita akan memiliki berkah.
Melatih diri berarti mengembangkan kebijaksanaan dan bersumbangsih berarti menciptakan berkah. Inilah mengembangkan berkah dan kebijaksanaan bersamaan. Untuk itu, kita perlu belajar banyak hal.
Yang terpenting, selagi saya masih bisa mengajar kalian, kalian harus mengingat ajaran ini dengan baik. Baik, harap semuanya selalu bersungguh hati.
Relawan Tzu Chi muncul di mana pun dibutuhkan
Menghimpun peralatan belajar untuk membantu anak-anak melanjutkan sekolah
Melenyapkan lima racun dan melatih diri demi memperoleh berkah dan kebijaksanaan
Memurnikan dunia dengan menyerap Dharma dan melakukan kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 01 September 2021