Ceramah Master Cheng Yen: Memutar Roda Dharma untuk Membimbing Diri Sendiri dan Orang Lain


“Kami selalu mengantarkan alat bantu bersama dengan tim. Setiap kali menerima informasi baru, misalnya harus mengantarkan tempat tidur medis, kami selalu siap kapan saja. Hampir setiap kali ada panggilan telepon, relawan akan mengesampingkan pekerjaan mereka dan mengutamakan pengiriman tempat tidur medis. Saya memberi tahu mereka bahwa pasti ada kebutuhan yang mendesak sehingga penerima bantuan mengajukan permohonan. Jadi, kami khawatir alat yang dibutuhkan tidak dapat terkirim tepat waktu,”
kata Lin Tai-yu relawan Tzu Chi.

“Setiap kali menerima kasus baru, ketua tim akan langsung menghubungi penerima bantuan untuk memahami kebutuhan mereka. Beliau bahkan akan menyarankan mereka untuk mengajukan alat bantu tambahan lainnya. Kami sungguh menganggap pasien sebagai guru. Ada 1 kasus dari sebuah keluarga yang tinggal di lantai 3 sebuah apartemen tanpa lift. Mengantar alat bantu hingga lantai 3 sungguh melelahkan,” kata Guo Xin-wen relawan Tzu Chi.

“Istri pasien bertanya kepada kami, ‘Berapa biaya untuk pemindahan alat ini?’ Kami menjawab, ‘Tidak ada biaya.’ Istrinya berkata, ‘Benarkah? Tzu Chi sungguh-sungguh membantu orang yang kesulitan seperti kami.’ Saya menjawab, ‘Ya, sebagai relawan, kami melayani dengan sukacita,” lanjut Guo Xin-wen.

“Jika dapat membantu Anda, kami merasa sangat senang dan bersyukur.’ Jadi, meski mengirimkan alat bantu adalah pekerjaan yang ‘penuh berkah’, tetapi selama proses ini, cinta kasih kami terus terbangkitkan. Kami benar-benar dapat mewujudkan apa yang diajarkan Master, yaitu rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih,” pungkas Guo Xin-wen.

Saya merasa sangat senang. Saya selalu merasa bahwa dunia ini sungguh dipenuhi oleh berkah. Meski Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan, tentu saja penyebab penderitaan ini beragam. Sebab yang baik tentunya akan menghasilkan berkah, sedangkan sebab yang buruk akan menghasilkan akibat yang buruk pula. Inilah yang disebut hukum sebab akibat. Yang terpenting ialah kondisi pendukung di antara sebab dan akibat ini.


Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita belajar tentang bagaimana menjalin jodoh dengan banyak orang. Memang benar bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan. Belakangan ini, saya sering membahas hal ini. Inilah yang disebut kebenaran sejati karena pada kenyataannya, hidup ini penuh penderitaan. Kehidupan di dunia ini sangat nyata. Ketika sebab penderitaan datang, kita harus menerima kondisinya dengan sukarela. Jadi, ketika sebab dan kondisi penderitaan datang, kita harus menyadari kondisi penderitaan tersebut.

Setelah tersadarkan, kita akan dapat menerima penderitaan itu dengan ikhlas. Ketika kita ikhlas, penderitaan itu tidak akan membelenggu kita. Dengan hati yang lapang, keburukan akan menghilang dan berkah akan datang. Jika menanam benih yang buruk, kita harus memakan sendiri buah dari keburukan itu; jika kita menanam benih kebajikan, kita akan menerima buah yang manis. Seperti halnya pare. Jika suka makan pare, kita akan menemukan rasa manis di balik pahitnya pare. Sama prinsipnya dengan ini. Kita harus menerima segalanya dengan sukacita dan sukarela. Yang terpenting ialah bagaimana kita bisa menjalin jodoh baik yang penuh sukacita.

Seperti yang baru saja kita dengar tentang platform alat bantu yang dikelola oleh para Tzu Cheng, saya sangat bersyukur atas program pemanfaatan kembali alat bantu ini. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Namun, anggota Tzu Cheng memiliki kebijaksanaan yang luar biasa sehingga kita memiliki satu tim tambahan yang disebut tim alat bantu. Dari Keelung hingga Kaohsiung, tim alat bantu sangat lengkap. Setiap orang memiliki niat yang baik. Tim ini bekerja dengan satu niat yang sama, yaitu menghargai berkah.

Kita telah melakukannya hingga orang-orang tahu bahwa ketika mereka memiliki tempat tidur yang masih bagus, mereka akan menghubungi Tzu Chi. Tzu Chi akan menghargai berkah dengan menerimanya dan memperbaikinya hingga dapat digunakan kembali oleh orang lain. Kita selalu siap membantu mereka yang membutuhkan dengan prinsip menghargai berkah dan menciptakan berkah. Kita memahami prinsip ini sehingga tim kita bersedia melakukan hal ini. Hal yang benar harus dilakukan dengan sukacita, tidak hanya sukacita biasa, melainkan sukacita dalam Dharma.


Kita bergantung pada kedatangan Buddha untuk memperoleh metode, prinsip, dan arah dalam beragama. Inilah yang disebut himpunan sebab dan kondisi. Berkat himpunan berbagai sebab dan kondisi ini, kita dapat menjalankan Tzu Chi dengan sangat baik. Untuk menyebarkan hal yang benar, kita harus berinteraksi dengan lebih banyak orang. Sesungguhnya, Dharma disebarkan oleh manusia. Tanpa manusia, tidak ada yang menyebarkan Dharma.

Ketika bersedia melakukan tindakan nyata, barulah kita dapat menginspirasi orang lain. Jika tidak bersedia melakukannya, sekalipun ada Dharma, kita tidak akan dapat menyebarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, kita tidak dapat menginspirasi orang baik untuk bergabung dengan kita. Buddha berharap kita menggunakan Dharma untuk membimbing dan menginspirasi semua makhluk. Kita senantiasa menyampaikan Dharma yang sama kepada orang-orang yang berbeda. Oleh karena itu, saya selalu berkata, "Saya tetap mengatakan hal yang sama."

Ya, saya memang mengulangnya terus meski kalian sudah mendengarnya dan berkata, "Master, saat saya datang waktu itu, Master sudah mengatakan hal yang sama." Itu karena meski telah mendengarnya waktu itu, kalian tidak menyimpannya di dalam hati. Kalian tidak menjalankannya seolah-olah tidak mendengarnya. Jadi, saya menganggap bahwa kalian tidak mendengarnya dan saya harus mengulanginya lagi karena saya belum berhasil membimbing kalian.

Ketika saya belum berhasil membimbing kalian, kalian tidak dapat menerima ajaran saya. Dengan demikian, kalian tidak melakukannya dan tidak memperoleh apa-apa. Siapa yang berbuat, dialah yang akan menerima hasilnya. Jika tidak berbuat, kita tidak akan mendapat hasil apa-apa. Sama prinsipnya dengan ini.

Dahulu, kalian sering mendengar saya berkata, "Siapa yang berbuat, dia yang akan menerima hasilnya." Hari ini, saya kembali memberi tahu kalian bagaimana memperoleh hasil dari hal yang kita lakukan. Kebetulan, ada program alat bantu ini. Saya menjadikan program ini sebagai contoh sehingga terciptalah kondisi untuk kembali membabarkan Dharma kepada kalian.


Saudara sekalian, hendaknya kita sungguh-sungguh menyebarkan dan mewariskan Dharma. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk membimbing orang lain dan membuat mereka berpikir, "Ternyata, senior saya telah melakukan hal ini. Dia telah menuntun saya ke jalan yang penuh sukacita." Ini disebut dengan sukacita dalam Dharma. Mereka akan berkata, "Senior saya memberikan metode untuk membantu orang yang tidak memiliki hubungan darah dengan saya. Saya dapat melakukan hal ini dengan penuh sukacita." Itulah pahala.

Jika tidak memiliki tekad dan tidak bersungguh-sungguh, kita tidak akan menerima hasil apa pun. Tanpa hasil, kita tidak akan memperoleh pahala. Pahala itu adalah sesuatu yang kita dapatkan. Hanya dengan berbuat baik, barulah kita bisa memperoleh pahala. Apa yang kita peroleh adalah pahala kebajikan kita. Jika tidak bersumbangsih, bagaimana kita bisa memperoleh pahala? Kita tidak akan mendapatkan apa pun jika tidak bersumbangsih.

Hendaknya kita menggenggam waktu untuk mendengarkan Dharma dan membimbing semua makhluk dengan Dharma. Mendengarkan Dharma berarti menggunakan Dharma untuk membimbing orang lain. Selain membimbing diri sendiri, kita juga membimbing orang lain. Inilah Dharma. Dharma yang sederhana pun dapat menginspirasi orang-orang.

Merespons mereka yang membutuhkan dan melepaskan penderitaan mereka
Menciptakan jalinan jodoh berkah dengan hati lapang dan pikiran murni
Membangkitkan ikrar welas asih dengan sukacita dan keluhuran
Memutar roda Dharma untuk membimbing diri sendiri dan orang lain

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Oktober 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 04 Oktober 2024
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -