Ceramah Master Cheng Yen: Menaati Sila dan Bervegetaris sebagai Satu-satunya Cara
Merebaknya wabah koronavirus bermula dari Wuhan. Kini terdapat 29 negara yang telah terkonfirmasi memiliki kasus koronavirus. Orang-orang merasakan bahaya karena hingga saat ini obatnya masih belum ditemukan. Apa langkah dan obat yang tepat untuk meredakan wabah ini? Langkah pencegahan yang terbaik ialah menjaga hati dan pikiran. Ini harus dimulai dari pikiran kita. Jika kita berjalan pada arah yang salah, segeralah berhenti dan berjalanlah menuju arah yang benar.
Kita harus meluruskan pikiran. Pada masa lalu, pikiran kita mungkin hanya terpaku pada nafsu keinginan yang menyesatkan diri. Orang hanya menginginkan kepuasan atas nafsu makan sehingga mendatangkan penyakit lewat mulut. Hewan memiliki habitatnya masing-masing. Manusia tidak seharusnya mengganggu habitat hewan.
Hidangan sayuran hangat sangat harum dan dapat dibuat menjadi berbagai olahan lezat. Sayuran juga nikmat dan bergizi. Dengan mengubah pola pikir dan berpandangan benar, bukankah kita dapat hidup berdampingan dengan semua makhluk di dunia dan menikmati bahan pangan di dunia? Bukankah ini merupakan hal baik? Namun, pikiran manusia terus bergejolak sehingga kehilangan arah.
Kini satu-satunya cara untuk meredam wabah kali ini ialah membangkitkan ketulusan untuk menaati sila dan bervegetaris. Kita harus segera mengintrospeksi diri dan membangkitkan ketulusan untuk menaati sila dan bervegetaris. Menaati sila berarti tidak membunuh. Mari kita bervegetaris dan membangkitkan ketulusan.
Dengan bersama-sama mengembangkan cinta kasih yang tulus tanpa pamrih, doa kita akan menjangkau para Buddha, Bodhisatwa, dan dewa. Mari kita menunjukkan ketulusan dan berdoa dengan tulus demi wabah kali ini. Dengan cinta kasih, kita meredam wabah kali ini. Hanya dengan cinta kasih, barulah bencana dapat dilenyapkan.
Kita tahu bahwa mereka yang berada di garis terdepan berdedikasi dengan mempertaruhkan nyawa. Seharusnya, demi mereka semua, kita mendoakan ketenteraman. Apa yang dapat kita lakukan? Ini adalah bencana. Dengan semangat kemanusiaan, di mana ada bencana, kita pergi untuk membantu. Ini sudah seharusnya. Memang sudah seharusnya kita menyalurkan bantuan, terlebih Buddha mengajarkan untuk mencabut penderitaan semua makhluk. Hanya dengan cinta kasih, kita dapat berdedikasi untuk memberikan pertolongan. Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri.
Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Tiongkok. Dengan berani, mereka mempersiapkan diri dengan cermat untuk mencurahkan perhatian dan bersumbangsih. Pada saat yang bersamaan, mereka juga mencurahkan perhatian kepada para penerima bantuan Tzu Chi. Mereka juga mengajari para penerima bantuan langkah pencegahan wabah. Mereka juga mengantarkan makanan vegetaris dan sup hangat kepada warga di komunitas.
Bagi mereka yang menjaga pos dan berjaga di garis terdepan, insan Tzu Chi mengantarkan sup hangat, teh jahe, dan beberapa makanan bergizi. Melihat ini, saya sangat bersyukur dan terharu. Beginilah insan Tzu Chi atau Bodhisatwa dunia. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan mulia, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa terjun ke masyarakat demi menolong makhluk yang menderita. Melihat ini saya sangat terharu.
Insan Tzu Chi Singapura pun demikian. Kini wabah di Singapura juga sangat parah. Jadi, insan Tzu Chi di sana juga berusaha menyalurkan bantuan. Selain itu, dengan sigap, mereka membentuk tim tanggap bencana untuk menenangkan hati masyarakat. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi Singapura. Intinya, mereka adalah Bodhisatwa dunia masa kini. Di mana dibutuhkan, mereka akan berdedikasi di sana. Hal yang sama berlaku bagi tempat yang jauh. Melihat ini, saya sangat terharu.
Kini, hanya dengan membangkitkan ketulusan, menaati sila, bervegetaris, dan mengembangkan cinta kasih, barulah kita dapat meredam wabah kali ini. Hanya cinta kasihlah yang dapat meredam wabah penyakit kali ini. Dalam menghadapi bencana yang berbahaya ini, kita seharusnya saling memuji dan mendukung. Tentu, kita juga harus sangat waspada. Jadi, kita harus percaya bahwa ini dapat diredam dengan ketulusan dan tindakan nyata setiap orang, yakni menaati sila dan bervegetaris.
Mari kita bertekad untuk berhenti membunuh dan bervegetaris dengan hati yang tulus. Inilah bentuk dari ketulusan hati. Jadi, saya harap semua orang dapat memantapkan hati pada jalan kebenaran dengan keyakinan. Kini kita harus menenangkan hati dan pikiran dan memantapkannya pada jalan kebenaran. Dengan pikiran benar dan niat tulus, kesesatan tidak akan merasuki kita.
Dahulu, saya pernah berkata bahwa dengan pikiran benar dan niat yang murni, kesesatan tidak akan merasuki kita. Semua orang harus bervegetaris dan berpikiran benar. Jika kita tidak bervegetaris dan berpikiran benar, entah berapa lama wabah ini akan berlangsung di tengah jumlah kasus yang terus meningkat. Saya harap semua orang dapat lebih banyak mengeluarkan imbauan. Ini merupakan masalah yang serius.
Berdoa
dengan tulus demi wabah penyakit yang serius
Berbagi
kehangatan dengan mencurahkan perhatian dan bantuan
Memantapkan
hati pada jalan kebenaran
Menaati
sila dan bervegetaris adalah satu-satunya cara
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 19 Februari 2020