Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Cinta Kasih dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Setelah bertekad untuk mendedikasikan kehidupan kita, berapa banyak orang yang bisa kita tolong? Jika tidak ada yang bertekad, ke mana para pengungsi itu harus pergi? Meski tidak bisa membantu semua pengungsi, setidaknya kita dapat bersumbangsih bagi orang-orang yang berjodoh dengan kita. Dengan kartu belanja yang kecil, kita telah membawa manfaat besar bagi para pengungsi di Polandia. Sungguh, selain bersyukur, kata apa lagi yang bisa mengungkapkan perasaan saya?
Saya bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang terus bersumbangsih selama bertahun-tahun. Setiap tetes donasi yang terhimpun selalu digunakan untuk menolong yang paling membutuhkan. Kita tidak pernah membatasi bujet ataupun bantuan yang akan kita berikan. Kita harus menyemangati relawan yang telah bertekad. Berkat himpunan kekuatan banyak orang, barulah kita bisa menolong orang yang membutuhkan. Saya sangat bersyukur atas hal ini.
Relawan kita dari berbagai negara yang jauh menjangkau Polandia dengan naik pesawat atau berkendara sendiri. Bodhisatwa yang penuh cinta kasih pergi ke tempat yang jauh untuk bersumbangsih. Orang seperti ini sungguh ada di dunia ini. Mereka merupakan Bodhisatwa hidup. Saya terus mengatakan bahwa dari zaman Buddha hingga sekarang, jarang ada jalinan jodoh sebaik ini. Hingga zaman sekarang, berkat kemajuan teknologi, barulah kita dapat memperoleh informasi kapan pun dan bersumbangsih dengan cara apa pun yang kita inginkan.
Penyaluran bantuan Tzu Chi selama puluhan tahun ini telah membentangkan jalan yang sangat lapang dan rata bagi kita. Jadi, jalan ini sangat rata dan lapang. Jika kita tidak menggenggam jalinan jodoh sekarang, itu sungguh disayangkan karena waktu terus berlalu. Saya terus menyemangati semua orang bahwa dengan bersumbangsih, barulah kehidupan kita akan bernilai dan bermakna.
Kita bisa melihat Bodhisatwa bermunculan di Polandia, baik lewat udara maupun darat. Mereka berasal dari tempat yang jauh dan semula tidak mengenal satu sama lain. Mereka hanya tahu bahwa mereka semua merupakan insan Tzu Chi. Para relawan dari negara yang berbeda-beda berhimpun di tempat yang sama untuk menapaki jalan yang sama, yakni Jalan Bodhisatwa.
Mereka menjalankan ajaran Tzu Chi dan praktik Bodhisatwa di dunia. Saya sungguh sangat bersyukur. Kapan penyaluran bantuan ini akan berakhir? Bagaimana langkah kita selanjutnya? Kita harus mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan sekaligus, baru bisa melanjutkan langkah kita.
Saya berharap setiap orang aman dan selamat. Semoga dengan cinta kasih di dalam hati, para relawan kita dapat melakukan perencanaan dahulu, baru bergerak. Merebaknya pandemi kali ini mungkin agar para relawan kita dapat berhenti sejenak dan mendiskusikan langkah berikutnya. Saya juga berharap para relawan di Polandia dapat menggenggam kesempatan untuk menginspirasi lebih banyak warga setempat. Kini, inilah harapan terbesar saya terhadap para relawan di Polandia.
Di sana, Shu-er beserta suaminya, Lukasz, telah menciptakan berkah bagi masyarakat dengan bijaksana. Dengan cinta kasih yang tulus, mereka bekerja sama dengan insan Tzu Chi. Saya berharap kita dapat menginspirasi lebih banyak relawan setempat untuk mempraktikkan semangat Tzu Chi dan memberikan bantuan jangka panjang di sana. Jadi, kita bukan hanya memberikan bantuan darurat, tetapi juga mempersiapkan bantuan jangka menengah dan panjang.
Agar jalan Tzu Chi makin panjang dan lapang, kita harus menginspirasi lebih banyak pengungsi untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kita berharap kelak, mereka juga dapat menjalankan praktik Bodhisatwa di Ukraina. Dengan demikian, mereka mungkin bisa merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika kita dapat menabur benih cinta kasih di dalam hati setiap pengungsi Ukraina, setelah mereka kembali ke Ukraina, benih-benih ini akan bertumbuh menjadi sebatang demi sebatang pohon besar dan kembali menghasilkan benih yang tak terhingga.
Kelak, dengan adanya orang-orang penuh cinta kasih yang menciptakan berkah bagi masyarakat, masyarakat setempat akan harmonis. Tentu saja, ini adalah harapan untuk masa depan. Namun, kita harus menabur benih cinta kasih sekarang. Jadi, dengan menabur benih cinta kasih sekarang, kita berharap di masa mendatang, negara mereka dapat kembali makmur dan mereka dapat menciptakan berkah bagi negara-negara lain. Inilah harapan kita.
Saya bersyukur kepada para relawan Tzu Chi yang tidak takut bekerja keras. Semua orang membangun tekad dan ikrar agung untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita dan kita hendaknya mempraktikkannya.
Jalan Bodhisatwa harus dipraktikkan, tetapi jalan ini mungkin berliku-liku dan tidak rata. Karena itu, dibutuhkan sekelompok Bodhisatwa untuk membentangkan jalan agar jalan ini makin lapang. Saat semua orang menapaki Jalan Bodhisatwa, Bumi akan makin tenteram dan sehat dan semua makhluk pun akan hidup aman dan tenteram. Jadi, kita harus selalu menjaga pikiran kita. "Tiga inci di atas kepala ada dewa."
Kita harus menabur benih cinta kasih di dalam hati setiap orang untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Dengan menabur benih-benih cinta kasih, semangat Tzu Chi pasti akan berlanjut dari waktu ke waktu.
Mengakumulasi karma baik tanpa celah
Menghimpun kekuatan dan menggenggam jalinan jodoh baik
Menjalankan praktik Bodhisatwa di dunia
Menabur benih cinta kasih dengan welas asih dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 13 Juni 2022