Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan agar Tumbuh Menjadi Hutan
“Halo, Semuanya. Maaf, saya sedikit gugup. Halo, Semuanya. Nama saya Eledoro Sanchez. Saya berasal dari Honduras. Negara asal saya sangat kekurangan, tetapi penduduk disana berusaha keras untuk memperbaiki kehidupan. Saya sangat berterima kasih kepada Master yang telah memberi saya kesempatan untuk membantu orang lain, yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Sekarang saya dapat menolong orang bersama kalian,” tutur Eledoro Sanchez, relawan Tzu Chi.
“Sejak kecil, saya sangat kekurangan. Saya baru memiliki sepatu saat berumur 15 tahun. Saya harus bermigrasi ke Amerika Serikat untuk menghidupi keluarga. Setelah bekerja keras selama 14 tahun, saya kembali ke Honduras untuk berkumpul bersama keluarga,” tambahnya.
Sebenarnya, dia menjadi imigran gelap. Dia berjalan kaki selama 3 bulan hingga sampai di sebuah gurun di Arizona dan pingsan disana. Dia ditolong oleh seseorang asal Meksiko. Orang tersebut menyelamatkan hidupnya. Setelah mengumpulkan 50.000 dolar AS, dia kembali ke Honduras, merenovasi rumah, dan membiayai anaknya hingga lulus perguruan tinggi.
Selain itu, dengan uang tersebut, dia juga membeli sebuah truk untuk mencari nafkah. Berkat truk tersebut, dia mengenal Kakak Zhang Hong-cai. Pada tahun 2017, Tzu Chi mengirimkan bantuan 17 kontainer beras ke Honduras. Dengan bantuan truknya, Kakak Zhang Hong-cai dapat mengirim beras ke lokasi bencana. Alasan mengapa dia mau membantu Tzu Chi tanpa pamrih ialah dia pernah ditolong oleh orang Meksiko. Dia ingin membalas budi, maka dia meminjamkan truknya.
Dunia ini penuh dengan penderitaan. Karena terhimpit kemiskinan, dia perlu berjalan kaki selama 3 bulan dan pingsan di gurun. Penderitaan yang pernah dialaminya bagaikan mimpi buruk. Untungnya, dia telah terbangun dari mimpi buruknya. Dia tidak berkesempatan untuk bersekolah. Untungnya, dia diselamatkan di gurun dan berhasil mengatasi penderitaannya sehingga dapat duduk di sini sekarang.
Anak-anaknya sudah lulus perguruan tinggi, dia juga telah sukses. Dia mengerti penderitaan orang lain, maka sekarang dia menjadi relawan Tzu Chi, dilantik, dan kini duduk di hadapan saya. Masa lalunya sungguh penuh penderitaan.
“Master yang saya hormati dan kasihi, hari ini saya hadir untuk berterima kasih atas usaha Tzu Chi di Honduras. Di daerah yang kita bantu, warga sangat memerlukan bantuan dan cinta kasih. Warga setempat sangat kekurangan, rajin, sederhana, dan baik hati. Mereka perlu lebih memahami semangat Tzu Chi. Kami sedang membimbing mereka agar mereka lebih mengenal dan memahami Tzu Chi serta dapat belajar lebih banyak. Kami membagikan beras ke daerah kurang mampu,” kata Gloria, relawan Tzu Chi Honduras.
Warga setempat sangat berterima kasih. Di sana, mereka tidak memiliki pekerjaan dan serba kekurangan. Ada banyak orang yang menderita. Cinta kasih sangatlah penting. Contohnya,seorang relawan Tzu Chi, Lü Ya, yang penuh berkah dan bersedia menciptakan berkah kembali. Di Honduras, Lü Ya melihat Zhang Hong-cai yang terus-menerus berdedikasi selama lebih dari 20 tahun. Baik penyaluran bantuan maupun baksos kesehatan, dia telah melaksanakannya.
Dia banyak berbuat, tetapi jarang berbagi cerita. Sesungguhnya, ini juga sangat saya sayangkan. Untuk mendokumentasikan perjalanannya di Tzu Chi selama 20-an tahun ini, tidaklah mudah. Namun, dia pasti telah melakukan banyak di Honduras hingga menginspirasi banyak orang untuk bergabung menjadi relawan.
Di Sint Maarten, relawan Tzu Chi, Xi-fang, berdedikasi selama 16 tahun. Saya tahu dia merupakan insan Tzu Chi yang sudah dilantik, tetapi saya tidak mengetahui jelas apa yang dilakukannya di sana. Biasanya, dia jarang bercerita tentang pengalamannya.
Pada tahun 2017, Badai Irma menerjang beberapa pulau di Karibia dan mengakibatkan dampak parah. Relawan Tzu Chi Amerika Serikat dan Taiwan memberi perhatian. Saya baru tahu bahwa Xi-fang menjalankan misi Tzu Chi di sana. Suaminya sepenuh hati mendukungnya dalam menjalankan misi Tzu Chi. Banyak sekali cerita yang mengharukan. Anaknya juga sepenuh hati mendukungnya dalam menjalankan misi Tzu Chi. Selain itu, dia juga menyumbangkan sebidang tanah untuk Tzu Chi. Dia berdedikasi disana secara diam-diam dan tanpa pamrih.
Selain itu, dia juga membangun fondasi yang kokoh bagi Tzu Chi di sana dan telah merekrut banyak relawan. Para relawan juga dapat merendahkan hati serta menyampingkan status sosialnya saat menolong orang lain. Beberapa penerima bantuan juga berkata, “Saya juga mau ikut menjadi relawan.” Jadi, mereka mulai bergabung di Tzu Chi dan membalikkan tangan untuk memberi.
Tadinya mereka merupakan penerima bantuan, lalu tersentuh oleh kasih para relawan sehingga membalikkan tangan untuk memberi bersama Tzu Chi. Ini sungguh mengharukan. “Beras Tiga Kebaikan” ialah setiap membagikan bantuan beras, relawan Tzu Chi mengajarkan untuk bertutur kata baik pada tuangan beras pertama; berpikiran baik dan berbuat baik pada tuangan beras berikutnya. Jadi, banyak orang di Sint Maarten yang terinspirasi oleh Tiga Kebaikan.
Sungguh banyak cerita yang mengharukan. Xi-fang dan relawan lainnya ternyata secara rutin berkumpul untuk menyaksikan Sanubari Teduh. Inilah cara dia menyebarkan Dharma. Dia terus-menerus menyerap ajaran Jing Si. Yang dilakukannya disana ialah memikul tanggung jawab sebagai Bodhisatwa Tzu Chi. Jadi, dia juga menjalankan mazhab Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih kepadanya.
Kalian semua yang berada di hadapan saya adalah Bodhisatwa yang mengagumkan dan patut dihormati. Saya sangat bersyukur. Semoga kalian membawa semangat Dharma kembali ke negara kalian. Tzu Chi harus memiliki akar. Semoga kalian semua dapat menyebarkan benih Tzu Chi di negara kalian masing-masing hingga benih tersebut menjadi pohon besar yang berbunga danmenghasilkan banyak benih. Ini sangatlah penting. Semoga kalian yang kembali ke sini saat ini dapat menjadi benih-benih Bodhi di negara masing-masing.
Bodhisatwa menggarap ladang
berkah di dunia
Bersumbangsih diam-diam dan
menjalankan mazhab Tzu Chi
Berbagi Dharma setelah
melenyapkan penderitaan
Menabur benih kebajikan agar
tumbuh menjadi hutan Bodhi
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 13 November 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan
tanggal 15 November 2019