Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan demi Dunia yang Damai dan Harmonis
Berdasarkan data resmi, pada tanggal 4 Agustus, jumlah kasus terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia telah melebihi 200 juta dengan angka kematian lebih dari empat juta. Ini hanya angka kematian akibat Covid-19.
Petugas yang menangani jenazah Covid-19 sudah kelelahan dan hampir tidak sanggup. Kantong jenazah juga tidak memadai. Tzu Chi juga berusaha untuk membantu. Di mana pun dibutuhkan, kita akan berusaha untuk memberikan bantuan.
Namun, kini sangat sulit untuk memesan atau membelinya. Meski produksi di pabrik terus berjalan, tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan di lapangan. Betapa menakutkannya pandemi ini. Karena itulah, kita harus menaati protokol kesehatan dan menerima vaksinasi.
Saat terjadi pandemi seperti ini, kita hendaklah percaya kepada pencegahan medis dan segera menerima vaksinasi. Dengan melindungi kesehatan diri sendiri, kita juga melindungi kesehatan orang lain. Jika kita tidak terinfeksi virus, barulah kita dapat berinteraksi dengan orang lain dengan aman.
Saat ini, insan Tzu Chi di Asia Tenggara sangat bekerja keras. Selain membantu menjaga ketertiban di posko vaksinasi, relawan kita juga membagikan barang bantuan. Berhubung banyak orang yang kehabisan bahan pangan, insan Tzu Chi juga membagikan bahan pangan.
Orang yang membutuhkan sangat banyak, tetapi relawan yang bisa bersumbangsih terbatas. Karena itu, semua relawan sangat bekerja keras. Mereka sungguh sangat bekerja keras. Orang yang membutuhkan sangat banyak, sedangkan relawan kita sangat sedikit.
Saat ini, relawan kita harus menjangkau begitu banyak orang yang menderita di negara yang luas. Bayangkanlah, bukankah itu melelahkan?
Saya memuji para relawan kita yang bersedia bergerak untuk bersumbangsih, tetapi tidak tega melihat mereka sibuk siang dan malam. Mereka mengemas barang bantuan di malam hari agar bisa membagikannya keesokannya. Mereka bergerak siang dan malam.
Para Bodhisatwa ini sangat bekerja keras. Namun, ini tidak membuat mereka mundur. Bodhisatwa dunia ini menjangkau berbagai wilayah untuk memberikan bantuan. Di wilayah yang ada insan Tzu Chi, orang-orang yang menderita berkesempatan untuk memperoleh bantuan. Namun, lain halnya jika tidak ada insan Tzu Chi.
Saat suatu wilayah dilanda bencana besar, saya akan bertanya apakah ada insan Tzu Chi di sana. Adakalanya, jawabannya adalah tidak ada. Saat membuka peta dunia, kita akan mendapati bahwa wilayah yang tidak ada insan Tzu Chi sangat luas.
Di wilayah yang terdapat banyak insan Tzu Chi, saat ada orang yang mengalami kesulitan, insan Tzu Chi akan segera berinisiatif untuk memberikan bantuan dan penghiburan.
Beberapa hari ini, saya merasa kagum kepada para relawan kita. Para Bodhisatwa dunia ini sungguh bersumbangsih bagi dunia. Mereka menjangkau berbagai wilayah dan berusaha sekuat tenaga untuk bersumbangsih. Demikianlah insan Tzu Chi. Saya bisa melihat dan merasakan dedikasi mereka. Saya juga bersyukur pada mereka.
Namun, saat melihat ada orang yang menderita, tetapi tidak ada relawan yang dapat membantu dan memperhatikan mereka, saya sangat sedih dan prihatin. Mengapa tidak ada insan Tzu Chi di sana?
Semangat dan filosofi Tzu Chi belum dipraktikkan dan benih Tzu Chi belum ditabur di sana sehingga tidak ada pohon Tzu Chi yang dapat membawa manfaat bagi orang-orang. Jadi, saya merasa bahwa jalinan jodoh belum matang. Karena itulah, belakangan ini saya terus berkata bahwa kita harus lebih banyak menjalin jodoh baik agar berkesempatan untuk menciptakan berkah bagi dunia.
Melihat wilayah yang belum bisa kita jangkau karena jalinan jodoh belum matang, saya menyalahkan diri sendiri dan berpikir, "Mengapa saya tidak menjalin jodoh di sana? Mengapa belum ada insan Tzu Chi di sana?"
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Saat ini, saya berharap insan Tzu Chi dapat memikirkan apakah mereka memiliki kerabat, teman, atau jalinan jodoh untuk menabur benih Tzu Chi di negara tertentu. Jika bisa demikian, benih-benih ini akan bertumbuh menjadi pohon-pohon besar hingga membentuk hutan Bodhi dan menghasilkan banyak benih Bodhi.
Dengan demikian, akan tercipta kedamaian dan keharmonisan di mana-mana. Dengan lebih banyak bertutur kata baik dan berbuat baik, kita bisa mewujudkan kedamaian dan keharmonisan serta mengurangi bencana.
Saat bencana terjadi, juga ada Bodhisatwa yang akan segera muncul untuk melenyapkan penderitaan. Jadi, benih Bodhisatwa harus segera ditabur.
Singkat kata, dalam keseharian, kita harus menggenggam setiap detik dan menit untuk berbagi tentang semangat cinta kasih Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui. Demikianlah kita menabur benih kebajikan yang akan bertumbuh menjadi hutan Bodhi.
Bodhi adalah kesadaran. Setiap orang hendaklah tersadarkan. Kita harus membuka jalan kebajikan, mengajak orang-orang menapakinya, dan terus membimbing mereka dengan Dharma hingga mereka dapat tersadarkan, menumbuhkan kebijaksanaan, dan menciptakan berkah bagi dunia.
Banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia, tetapi relawan Tzu Chi sangat sedikit
Bekerja keras untuk memberikan bantuan tanpa istirahat
Mencari jalinan jodoh untuk menabur benih kebajikan
Berharap dapat membentuk hutan Bodhi untuk membawa manfaat bagi dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Agustus 2021