Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan dengan Kasih Sayang Bodhisatwa
Di Afrika, terbentuk sebuah siklon yang sebelum mendarat sudah diprediksi berkekuatan tinggi. Setelah mendarat, siklon ini membawa dampak bencana bagi tiga negara, yakni Malawi, Zimbabwe, dan Mozambik. Di 3 negara ini, semula sudah terdapat banyak orang kurang mampu. Bagaimana mereka sanggup menghadapi bencana sebesar ini?
Kita bisa melihat kondisi warga yang memprihatinkan. Kita pun mulai memikirkan cara untuk mengirimkan barang bantuan.
Saat ini, ada beberapa relawan lokal dari Afrika Selatan yang telah menempuh jarak yang jauh selama 3 hari 2 malam hingga akhirnya tiba di Malawi. Selama perjalanan, mereka tidak berhenti untuk beristirahat di hotel ataupun penginapan lainnya. Mereka terus berjalan selama 3 hari 2 malam. Inilah yang dilakukan oleh relawan lokal dari Afrika Selatan, murid saya yang baik, demi menyurvei kondisi bencana di Malawi.
Relawan Pan Ming-shui dan Zhou Xian-bin juga naik pesawat terbang ke sana untuk bergabung dengan mereka. Malawi merupakan negara terbaru di Afrika yang memiliki relawan Tzu Chi. Berhubung insan Tzu Chi baru menabur benih kebajikan di sana, kali ini kita bisa dengan cepat menggerakkan warga setempat untuk membantu.
Kita mengajak warga yang kekurangan untuk menolong sesama. Bagaimana kita menenteramkan kehidupan mereka? Dengan program bantuan lewat pemberian upah. Kita mengajak mereka bersumbangsih sekaligus menginspirasi kekuatan cinta kasih mereka.
Bantuan yang bisa kita berikan sangat terbatas. Kita hanya bisa menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Namun, kini yang paling mereka butuhkan adalah barang kebutuhan sehari-hari, pakaian, makanan, dan tempat tinggal. Mereka membutuhkan banyak barang kebutuhan sehari-hari. Barang bantuan dalam jumlah besar, baik selimut, beras, maupun yang lainnya, hanya bisa dikirim dengan kapal. Karena itu, kita mencari tahu di mana pelabuhannya dan bagaimana mengangkut barang yang diturunkan dari kapal.
Pelabuhan terdekat terdapat di wilayah tengah Mozambik. Untuk menjangkau Malawi, para relawan dari Afrika Selatan menempuh jarak lebih dari 2.000 kilometer. Mengirimkan barang bantuan ke sana dengan truk sungguh sangat sulit. Inilah tantangan yang kita hadapi sekarang.
Saya terus mengingatkan relawan kita untuk mencari jalan mengirimkan barang bantuan ke Malawi. Jadi, dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita bisa melihat bahwa meski hidup kekurangan dalam jangka panjang, relawan lokal di Afrika Selatan bersedia bersumbangsih dengan berani, tekun, dan bersemangat. Dengan ketulusan, mereka berikrar untuk membimbing semua makhluk. Karena itu, mereka bersedia bersumbangsih.
Para korban bencana di Malawi hidup kekurangan sejak lahir. Mereka terlahir di sana karena kekuatan karma. Buah karma mengondisikan mereka terlahir di negara itu sehingga hidup menderita seumur hidup. Kini mereka juga menghadapi bencana besar yang mendatangkan penderitaan. Melihat para relawan berseragam biru putih mengerahkan tenaga untuk membantu, membeli material, dan membangun kembali rumah warga, warga setempat sangat tersentuh. Karena itu, kepala komunitas dan warga terinspirasi untuk membantu sebagai relawan.
“Karena jalan yang sulit ditempuh, tidak ada yang bersedia mengirimkan material untuk kita, termasuk semen dan batu bata. Jadi, banyak yang harus dikerjakan sendiri. Pasir juga dijinjing oleh para relawan seember demi seember ke sini,” cerita relawan Zhou Xian-bin.
“Yayasan Tzu Chi tidak tega melihat rumah warga hancur. Karena itu, mereka datang untuk membangun pembangunan kembali. Semua orang di sini sangat gembira, termasuk saya. Semua orang sangat bersemangat dan gembira bisa mendukung apa yang Tzu Chi lakukan,” kata Joanna, relawan Malawi.
“Saya sangat berterima kasih atas bantuan Tzu Chi bagi komunitas kami. Terima kasih atas cinta kasih universal Master Cheng Yen dan para relawan. Terima kasih,” tutur Godfry Madukani, Kepala Komunitas Ching’ombe.
Singkat kata, saya ingin berkata pada kalian bahwa kita dipenuhi berkah. Berkah harus kita ciptakan sendiri. Ketenteraman harus dijaga oleh setiap orang dengan membangkitkan cinta kasih dan melakukan segala kebajikan. Kita harus mengembangkan potensi kebajikan. Berhubung dunia ini penuh penderitaan, kita harus bersumbangsih dengan kasih sayang Bodhisatwa.
Sebelas tahun yang lalu, kita telah menabur benih relawan di Myanmar yang akan bertumbuh menjadi tak terhingga. Kali ini, ada banyak Bodhisatwa yang telah menciptakan pahala besar dengan membagikan bibit padi kepada lebih dari 40.000 petani kurang mampu di Myanmar. Dengan demikian, kita telah menabur benih kebajikan dan mereka bisa memahami kekuatan cinta kasih. Dengan menunjukkan kebajikan, kita juga bisa menginspirasi orang-orang untuk membangkitkan niat baik dan bersumbangsih.
“Pemerintah juga berharap kita tidak membeda-bedakan suku dan agama. Kini, Tzu Chi datang membantu kita tanpa membeda-bedakan. Tzu Chi merupakan teladan terbaik bagi kita,” ucap Ei Bo Hlaing Eaint, petani Myanmar.
“Ini berkat doa Master. Saya tidak pernah melihat acara seperti ini sebelumnya. Saya sangat gembira. Tzu Chi berbuat baik tanpa membeda-bedakan agama dan suku. Saya merasa sangat gembira,” ungkap U Kyi Aye, petani.
“Saya menyisihkan segenggam beras setiap hari sebelum memasak. Warga desa lain juga melakukan hal yang sama. Kita bisa menolong orang lain dan mengubah dunia ini menjadi lebih baik,” ujar U Saw Aung Tin, petani.
Para relawan kita menabur benih kebajikan di dalam hati para petani kurang mampu. Meski hidup kekurangan, mereka bisa membalas budi dengan menyisihkan segenggam beras dengan penuh rasa syukur. Dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, mereka bisa menolong warga setempat yang kekurangan. Ini semua berawal dari relawan Tzu Chi yang pergi ke sana untuk memberi bantuan.
Asalkan bersedia membangun tekad, kita bisa melakukan banyak hal bagi dunia. Kita harus memiliki keyakinan dan berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram serta terbebas dari bencana.
Warga yang semula sudah kekurangan semakin menderita karena dilanda bencana
Menabur benih kebajikan dan memberikan bantuan
Menyisihkan segenggam beras setiap hari sebagai wujud rasa syukur
Mendoakan ketenteraman dunia dengan kasih sayang Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Maret 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Maret 2019
Editor: Metta Wulandari