Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan dengan Penuh Tekad dan Keberanian

Kita bisa melihat sekelompok Bodhisatwa di Tiongkok yang semuanya masih sangat muda dan merupakan insan berbakat di masyarakat. Mereka semua bekerja sama dengan harmonis untuk menyalurkan bantuan. Contohnya seorang professor yang biasanya mengemban tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi. Kali ini, selain relawan dokumentasi, dia juga merangkap sebagai sopir. Banyak di antara mereka yang melakukan tugas baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Tim konsumsi juga sangat mengagumkan. Seorang koki di sebuah restoran bintang lima juga bergabung ke dalam tim konsumsi. Dia bersumbangsih dengan mengambil cuti. Saat ditanya akan bersumbangsih berapa lama, dia berkata, “Selama ada tim konsumsi, saya juga akan berada di sini.” Dia akan bersumbangsih hingga korban bencana dapat meninggalkan tempat penampungan dan penyaluran bantuan kita berakhir. Ini merupakan kesungguhan hatinya. Singkat kata, dia bahkan bersedia mengambil cuti demi turut bersumbangsih.

Para relawan harus melewati jalan yang penuh rintangan dan lumpur yang tidak pernah mereka lewati sebelumnya. Semua relawan bekerja sama untuk memberikan bantuan. Lihatlah dinding dapur yang penuh dengan noda minyak itu. Relawan kita membersihkan dapur itu hingga tidak ada noda sedikitpun. Berhubung tidak ada air di sana, maka relawan kita mengambil air dari tempat yang jauh. Mereka belum pernah melakukan hal seperti itu, tetapi mereka rela bersumbangsih. Mereka mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan belajar dengan sepenuh hati, inilah yang disebut profesional. Inilah sumbangsih yang penuh cinta kasih.

Para korban bencana hanya bisa duduk seharian tanpa tahu bagaimana masa depan mereka dan di mana rumah mereka. Mereka sangat menderita dan terperangkap di tengah kekhawatiran. Insan Tzu Chi menggunakan kebijaksanaan untuk membimbing dan menginspirasi mereka untuk mengerahkan kekuatan dan bekerja sama untuk menolong sesama. Inilah cinta kasih relawan kita. Kita menggunakan welas asih dan kebijaksanaan untuk membuka hati para korban bencana agar mereka dapat merasa gembira dan melupakan kekhawatiran untuk sementara. Korban bencana yang terinspirasi bisa mengenal banyak orang serta menghibur dan menyemangati satu sama lain. Karena itu, banyak orang yang bergabung menjadi relawan. Inilah kekuatan cinta kasih. Para relawan kita melepaskan status sosial dan bersedia terjun ke tengah masyarakat untuk belajar. Sekelompok relawan ini sungguh mengagumkan.

Kita juga bisa melihat relawan di Afrika Selatan yang perjalanannya lebih sulit lagi. Kondisi ekonomi para relawan di sana sangatlah sulit. Tidak ada seorang pun yang hidup makmur. Semua relawan kekurangan secara materi. Namun, asalkan ada tekad, maka tidak ada yang sulit. Relawan di sana bisa menempuh ribuan kilometer demi membimbing dan menolong semua makhluk. Cuaca di sana sangat panas dan warganya hidup kekurangan. Selain itu, alat transportasi juga terbatas dan kondisi jalan sangat buruk. Saat bepergian, relawan kita harus berjalan dan mendaki bukit. Meski ini sangat berat bagi mereka karena postur tubuh mereka, tetapi mereka tetap bersumbangsih.

Kali ini, kita juga melihat Lü Wei. Demi bergabung bersama relawan lain, dia terus berlari hingga terjatuh. Saat teman seperjalanannya membantunya berdiri, di dahinya sudah terdapat satu benjolan. Seorang relawan membantu membersihkan lukanya dengan pelan dan menanyakan kondisinya. Dia menghibur semua orang dengan berkata, “Tidak apa-apa.” Relawan lain bertanya, “Apakah kamu masih bisa berjalan?” Dia berkata, “Bisa, saya bahkan bisa berlari.” Relawan lain berkata, “Tidak masalah?” Dia berkata, “Saya akan menunjukkannya pada kalian.” Lihatlah, meski sudah lanjut usia, dia tidak kalah dari relawan muda. Dia sungguh membuat orang merasa kagum.

Kita bisa melihat relawan di Afrika mengatasi berbagai kesulitan selama bertahun-tahun ini. Mengatasi segala kesulitan demi menuntaskan misi. Kalimat ini paling sesuai untuk mendeskripsikan relawan di Afrika Selatan. Mereka harus mengatasi berbagai kesulitan, seperti lingkungan, kondisi kehidupan, dan postur tubuh mereka, untuk mengemban misi Tzu Chi di Afrika. Kini, mereka telah menjangkau berbagai negara di Afrika dengan harapan dapat menyebarkan benih Tzu Chi ke setiap Negara agar setiap negara dapat mandiri. Tzu Chi hanya memberikan benih kebajikan. Kita berharap para relawan lokal dapat menabur benih kebajikan dan memanen hasilnya sendiri. Meski demikian, kita harus mendampingi mereka dalam jangka panjang. Lihatlah, gerakan mereka tidak begitu lincah karena tubuh mereka agak gemuk. Meski demikian, mereka rela bersumbangsih. Mereka rela menempuh perjalanan yang jauh demi membimbing semua orang dan menolong orang yang menderita. Saya berharap setiap orang dapat menyerap ajaran Mahayana ke dalam hati. Bodhisatwa sekalian, inilah kekuatan cinta kasih.

Hari ini juga merupakan hari bersejarah Tzu Chi. Pada tanggal 25 Juli 1990, Tzu Cheng diresmikan. “Ceritakanlah bagaimana perasaan Anda saat Master melantik Anda secara langsung menjadi anggota Tzu Cheng pertama?” “Itu merupakan awal dari sebuah tanggung jawab. Saya merupakan anggota Tzu Cheng yang pertama. Satu dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Saya yakin kita bisa mempertahankan prinsip Master yang menganggap semua makhluk bagai keluarga sendiri. Dari kehidupan ke kehidupan, kita akan terus mengikuti langkah Master. Satu dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Karena itu, saya berharap anggota Tzu Cheng dapat menyalakan lentera yang tak terhingga, mengubah Dunia Saha ini menjadi tanah suci, dan terus mengikuti Master menapaki Jalan Bodhisatwa,” ucap Huang Yong-cun, Relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat para anggota Tzu Cheng yang dahulu masih sangat muda, kini telah lanjut usia. Namun, tekad pelatihan mereka tidak mundur. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Banyak hal yang saya syukuri. Intinya, kita harus mengakumulasi tetes demi tetes cinta kasih. Jadi, kita harus menggenggam setiap detik dalam setiap hari untuk mempertahankan niat baik hingga selamanya. 

Insan berbakat di masyarakat bergabung menjadi relawan Tzu Chi

Mengerahkan semua kekuatan untuk membawa manfaat terbesar bagi sesama

Bertekad untuk mengatasi segala kesulitan dan bersumbangsih dengan tekun dan bersemangat

Menabur benih kebajikan dengan penuh tekad dan keberanian

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Juli 2016

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -