Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan di Afrika
“Ada yang berkata bahwa mereka tidak bisa membantu dengan materi atau melakukan yang kita lakukan. Namun, kontribusi setiap orang bisa mengubah dunia,” kata Ted, relawan Tzu Chi Afrika.
“Saya sangat bersyukur. Saya hidup kekurangan, tetapi ada Tzu Chi yang membantu saya. Tzu Chi akan membagikan makanan pada waktu yang tepat agar kami tidak kelaparan. Karena itu, saya sangat bersedia terus bersumbangsih di Tzu Chi,” kata Beauty, relawan Tzu Chi lainnya di Afrika.
Saya sering berkata bahwa berbuat baik bukan hanya hak orang berada. Orang kurang mampu juga bisa berbuat baik. Ini sesuai dengan apa yang Buddha ajarkan pada kita, yaitu semua orang memiliki hakikat Kebuddhaan dan hati yang baik. Ini sungguh sangat menyentuh.
Di Afrika Selatan, para relawan lokal sudah sangat senior. Mereka mengunjungi negara demi negara di Afrika untuk menyebarkan semangat Tzu Chi. Tentu saja, mereka dibimbing oleh Relawan Pan, Relawan Zhou, Relawan Fang, Relawan Lin, dan lain-lain. Generasi pertama relawan Tzu Chi di Afrika Selatan merupakan pengusaha dari Taiwan, termasuk Zhang Min-hui. Mereka membimbing banyak orang menjalankan Tzu Chi di sana. Shi Hong-qi juga termasuk relawan senior yang perlahan-lahan menginspirasi warga setempat.
Relawan Pan memiliki jalinan jodoh yang baik dengan relawan lokal. Dia membimbing mereka dengan memberikan teladan nyata. Dia mengasihi mereka, tetapi juga membimbing mereka dengan ketat. Dia juga berbagi ajaran saya dengan mereka. Dia berbagi dengan mereka tentang cara mempraktikkan Dharma dan semangat agama Buddha, yakni melapangkan hati untuk bersumbangsih bagi umat manusia. Hati mereka sangat murni terhadap ajaran Buddha. Karena itu, mereka bisa menerima apa yang Relawan Pan bagikan.
Relawan Pan berbagi kebenaran sesuai kondisi mereka dan mereka bersedia mempraktikkannya. Mereka mengunjungi negara demi negara untuk menyebarkan filosofi, semangat, dan kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Mereka sangat tertib dan sopan. Pergi kemana pun, para relawan ini selalu mengendarai kendaraan tua untuk menempuh jarak yang jauh.
Berhubung Afrika merupakan daratan yang luas maka saat melakukan perjalanan lintas negara, terkadang mereka bisa tersesat dan kendaraan mereka bisa mogok. Namun, mereka tenang dalam segala kondisi. Saat langit sudah gelap dan mereka merasa lelah, mereka tidur dengan kantong tidur. Mereka beristirahat semalam, baru melanjutkan perjalanan. Mereka sering mengalami kondisi seperti ini dan telah berulang kali melakukan perjalanan.
Belakangan ini, mereka juga menjangkau Zambia. Dalam beberapa waktu terakhir, kita menyalurkan bantuan ke Malawi yang diterjang siklon Idai. Berhubung telah berjanji untuk menjangkau Zambia, mereka pun menepati janji mereka. Kita bisa melihat warga Afrika yang selalu sangat optimis.
Selama beberapa tahun ini, kondisi kesehatan Relawan Pan kurang baik, tulang lumbarnya terluka. Saat dia kembali ke Griya Jing Si, saya melihat bahwa sulit baginya untuk duduk dan berjalan. Namun, dia bisa menahan rasa sakitnya dan dengan gembira menempuh perjalanan yang jauh bersama para relawan lokal. Dia membimbing para relawan lokal sesuai kondisi dan memberikan teladan nyata. Berkat adanya jalinan jodoh, dia bisa menginspirasi Bodhisatwa di Afrika.
Kini saya sering mengulas tentang Mozambik. Sesungguhnya, beberapa tahun yang lalu, Relawan Pan jugalah yang memimpin relawan lokal dari Afrika Selatan ke Mozambik. Mereka juga menempuh jarak yang jauh dan bermalam di tengah jalan. Mereka berulang kali melakukan perjalanan. Di bawah bimbingan Relawan Pan, para relawan lokal Afrika Selatan menjangkau Mozambik dan menginspirasi banyak warga setempat.
Dengan fondasi yang mereka bangun, Relawan Denise Tsai terus menginspirasi relawan yang tak terhingga. Jadi, kita bisa melihat bahwa di Mozambik, jumlah relawan kita telah lebih dari 3.000 orang. Mereka sangat tekun dan bersemangat, mengikuti pemandian Rupang Buddha, maupun mendengar Dharma. Meski mendengar Dharma dalam kondisi yang tidak nyaman, tetapi mereka tetap sangat tertib. Mereka tidak memiliki aula, hanya duduk di atas tanah. Bumi merupakan ladang pelatihan yang agung bagi mereka.
Singkat kata, jalinan jodoh tidak terbayangkan. Kini kita memiliki banyak relawan di Mozambik. Janganlah kita melupakan Relawan Pan yang membawa relawan dari Afrika Selatan ke Mozambik. Tentu saja, juga ada banyak relawan lain. Jadi, janganlah kita melupakan tahun itu, orang itu, dan hal itu.
Menabur benih kebajikan di Afrika
Menjadi teladan nyata dan mendampingi dengan cinta
kasih
Berbagi kebenaran sesuai kondisi untuk membimbing
orang-orang
Tulus, tekun, dan bersemangat menyebarkan ajaran
Buddha