Ceramah Master Cheng Yen: Menabur Benih Kebajikan di Dalam Kesadaran Kedelapan
Kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Berhubung tahu bahwa pandemi ini sangat menakutkan, kita hendaknya meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penyebarannya dan menjauhkan virus penyakit ini.
Kehidupan tidaklah kekal dan bisa berakhir dalam satu tarikan napas. Karena itu, kita hendaklah menggenggam waktu dan senantiasa bersyukur kepada semua orang. Dengan memiliki rasa syukur, kita akan memiliki kehidupan yang baik.
Berhubung memiliki rasa syukur, segala hal akan terlihat baik dan semua orang akan terlihat baik. Bukankah kehidupan seperti ini penuh berkah? Jadi, kita harus membina rasa syukur dari sekarang.
Waktu berlalu dengan cepat. Setiap momen pasti akan berlalu. "Sekarang" yang kita katakan saat ini juga akan berlalu. Alangkah baiknya jika kita bisa sepenuhnya menyadari bahwa waktu terus berlalu. Jadi, kita harus menggenggam setiap waktu yang ada untuk menjalankan tekad.
Jika kita membangkitkan tekad, tetapi membiarkan waktu berlalu sia-sia, kita tidak akan memperoleh pencapaian apa pun. Jadi, tekad itu hanyalah tekad kosong karena kita tidak menggenggam apa pun.
Kita hendaklah mengingat tekad kita di dalam hati dan berkata pada diri sendiri, "Mulai sekarang, inilah arah tujuan saya. Saya tidak boleh melupakan tekad saya."
Kita harus membangun tekad dan ikrar agung. Tekad yang dijalankan baru bisa disebut tekad agung. Jika tidak, itu hanyalah tekad kosong. Ikrar agung adalah ikrar yang dijalankan secara nyata. Tanpa tindakan nyata, itu pun hanya ikrar kosong. Jika kita selalu membangun tekad dan ikrar kosong, hidup kita akan penuh penyesalan.
Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa setelah bersumbangsih dan melihat orang lain tersenyum bahagia, saya akan bersyukur pada diri sendiri karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan menabur benih kebajikan di dalam kesadaran kedelapan mereka.
Setelah merasakan kebaikan kita, mereka akan mengingatnya. Demikianlah kita menabur benih kebajikan di dalam kesadaran kedelapan dan ladang batin mereka. Dengan adanya benih ini, kelak mereka juga akan melakukan kebaikan.
“Saya merasa bahwa menjadi relawan sangatlah penting karena dapat menolong orang yang benar-benar membutuhkan,” kata Santiago relawan.
“Misi kami adalah menabur benih kebajikan. Saya rasa kami telah menabur benih kebajikan dan menginspirasi rasa empati di sini,” kata Jenyffer Ruiz relawan Tzu Chi.
“Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah membantu saya dan banyak orang di seluruh dunia. Saya berharap kelak, saya juga dapat membantu orang-orang di seluruh dunia seperti Tzu Chi,” kata Adik Wang penerima beasiswa Tzu Chi.
Dia ingin menolong orang lain seperti Tzu Chi.
Inilah hal yang benar. Demikianlah hendaknya kita membalas kebaikan dan mengembangkan nilai kehidupan kita. Inilah yang disebut memahami kebenaran. Dia memahami bahwa setelah menerima bantuan, dia hendaknya bersumbangsih untuk kembali menolong lebih banyak orang.
Lihatlah, setiap hari, dus demi dus barang dimasukkan ke dalam mobil. Mereka bukan pergi berdagang, melainkan mengantarkannya ke rumah anak-anak kurang mampu.
Akibat pandemi kali ini, banyak orang yang tidak bisa bekerja. Murid-murid, termasuk yang tinggal di wilayah pegunungan dan pedesaan, tidak bisa pergi ke sekolah, tetapi kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Agar murid-murid memiliki peralatan elektronik untuk belajar secara daring, relawan kita mengumpulkan komputer bekas, memperbaikinya, dan mengantarkannya ke tangan mereka. Jadi, mereka juga bisa belajar secara daring. Meski tidak pergi ke sekolah, mereka tetap dapat belajar.
Selain mengantarkan peralatan elektronik, bagi keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, relawan kita juga mengantarkan paket sayuran dan buah-buahan. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di tengah pandemi. Jika ada yang harus dilakukan, kita selalu berusaha untuk melakukannya.
Setelah pelaksanaan vaksinasi dimulai, kita juga turut memberikan dukungan dengan menyediakan tempat di Aula Jing Si, tenaga manusia, sumber daya, dan sebagainya. Kita turut berpartisipasi dengan penuh sukacita.
Kita semua bisa bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia. Dengan senantiasa menghimpun tetes demi tetes cinta kasih orang-orang, di mana pun dan kapan pun ada orang yang membutuhkan, kita dapat segera bersumbangsih.
Selain meringankan kesulitan hidup orang-orang, kita juga membantu pendidikan anak-anak. Yang terpenting, kita membimbing orang-orang agar menuju arah yang benar dan tidak mengganggu kehidupan orang lain. Demikianlah hati Bodhisatwa. Bodhisatwa membimbing semua makhluk menuju arah yang benar.
Saat ini, sebagian anak muda memiliki pendidikan yang sangat tinggi, tetapi pikiran yang menyimpang sedikit saja mungkin akan membuat mereka mengganggu kehidupan orang lain. Ini sangat mengkhawatirkan.
Singkat kata, kita harus menjaga pikiran kita dan memiliki arah yang benar.
Pada saat seperti ini, kita harus menenangkan pikiran serta berusaha untuk menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan nilai kehidupan. Inilah pelajaran besar yang harus dipelajari oleh setiap orang.
Senantiasa bersyukur dan menggenggam setiap detik
Mengamati pikiran dan menyadari ketidakkekalan
Bersumbangsih dengan hati tertulus untuk menjalankan ikrar agung
Menabur benih kebajikan di dalam kesadaran kedelapan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Juli 2021