Ceramah Master Cheng Yen: Menabur dan Menumbuhkan Benih Cinta Kasih
“Saat anak-anak bertutur kata buruk, saya menggunakan Kata
Renungan Jing Si untuk mengajari mereka bertutur kata dengan cinta kasih,” kata
Guru di sebuah sekolah di
Myanmar.
“Dahulu saya selalu sibuk dengan telepon seluler. Sekarang, saya
beralih membaca buku-buku yang bermanfaat,” ujar seorang murid.
“Guru mengajari mereka untuk mengalahkan kesulitan, jangan
dikalahkan oleh kesulitan. Setelah naik ke kelas satu SD, mereka akan
mempelajari lebih banyak Kata Renungan Jing Si dan lebih bijaksana dalam
mengatasi kesulitan,” tutur orang tua murid.
“Saya selalu menyelesaikan PR dan tugas-tugas yang saya kerjakan,”
kata seorang murid.
“Sebelum mempelajari Kata Renungan Jing Si?”
tanya seorang reporter.
“Meski belum menyelesaikan PR, saya tidak
peduli,” jawab murid itu.
“Saya tidak mau membunuh hewan. Saya juga memberi tahu Ayah untuk
berhenti merokok,” kata murid lainnya.
“Merokok dapat menimbulkan penyakit paru, mengunyah
buah pinang juga dapat menimbulkan penyakit. Setelah mendengar hal ini, ayahnya
pun berhenti merokok dan mengunyah buah pinang,” jelas orang tua murid.
Setiap orang memiliki tanggung jawab, terlebih
orang tua, untuk membina generasi penerus. Setiap tindakan kita dapat membawa
dampak bagi kondisi kehidupan di masa mendatang. Setiap orang memiliki tanggung
jawab. Lihatlah di Myanmar, ada banyak organisasi Buddhis yang menggunakan Kata
Renungan Jing Si untuk mendidik anak-anak. Anak-anak juga dapat membawa
semangat Kata Renungan Jing Si ke rumah dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ini sungguh hal yang membahagiakan.
Insan Tzu Chi Myanmar sangat bersungguh hati menjalankan
misi amal dan pendidikan. Saya juga bersyukur kepada insan Tzu Chi dari Penang,
Malaysia yang selama 10 tahun belakangan ini terus mencurahkan perhatian di
Myanmar.
“Insan Tzu Chi Malaysia bukan hanya mengajari kami keterampilan, tetapi
juga mengajari kami untuk bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan
bergotong royong dalam menjalankan misi,” kata Luo Da-ming, relawan Tzu Chi Myanmar.
“Kelak, kita bisa mengadakan baksos kesehatan di sini. Penuangan
celengan beras juga bisa diadakan di sini,” ujar U San Thein, seorang relawan.
Sekitar 8 hingga 9 tahun lalu, usai memberikan
bantuan darurat di Myanmar, kita membagikan benih padi sehingga petani setempat
dapat bercocok tanam. Saat itu, saya sangat bersyukur di Myanmar, warga
setempat yang mengenal Kata Renungan Jing Si dari insan Tzu Chi Malaysia sangat
antusias. Dengan sepenuh hati, mereka membuat kartu Kata Renungan Jing Si dan
membagikannya ke rumah-rumah, desa, sekolah, vihara, dan lain-lain. Semua orang
sangat gembira menerima Kata Renungan Jing Si.
Contohnya Bapak U Thein Tun yang setiap hari
menggunakan Kata Renungan Jing Si. Di sawahnya, dia tidak menggunakan pestisida
dan pupuk kimia. Setiap hari, dia berjalan di pematang sawah untuk berbagi Kata
Renungan Jing Si dengan tanamannya. Saat masa panen tiba, hasil panennya jauh
lebih baik daripada petani lain.
“Lihatlah di sawah sebelah, bulir padinya lebih
sedikit dan kurang berisi. Tanaman padi saya batangnya lebih tinggi, bulir
padinya juga dua kali lipat lebih banyak dari sawah sebelah. Meski menyisihkan segenggam
beras setiap hari, saya merasa itu masih tidak cukup. Saya ingin menyumbangkan hasil
panen 0,4 hektare lahan. Sebelumnya, saya merasa bahwa saya sangat kekurangan. Namun,
kini saya melihat banyak orang yang lebih kekurangan dari saya,” tutur U Thein Tun, seorang petani.
Kondisi kehidupannya terus membaik dari tahun ke
tahun. Dia juga mengganti rumahnya yang bobrok menjadi rumah baru. Setelah
memiliki rumah baru, dia mulai menyebarkan semangat Tzu Chi di rumahnya. Di
rumah barunya, dia sering berbagi tentang Tzu Chi dan Kata Renungan Jing Si serta
menggalakkan celengan beras.
“Menyisihkan segenggam beras adalah kebajikan yang bisa dilakukan tanpa
membebani diri secara ekonomi. Namun, kita harus senantiasa mengingatkan diri
untuk menyisihkan segenggam beras saat akan memasak. Ini juga merupakan sejenis
pelatihan diri. Saat mengenakan seragam ini, saya selalu mengingatkan diri untuk
menjaga kebersihannya. Dengan berpikiran positif, kita baru bisa menolong
sesama,” kata U Tin Hlaing,
petani lainnya.
Tzu Chi berawal dari kisah celengan bambu dengan
konsep butiran beras dapat memenuhi lumbung dan tetesan air dapat membentuk
sungai. Karena itu, dia terus menyebarkan konsep ini.
“Saya ingin mewariskan cinta kasih ini. Petani di sini dapat
membantu petani di tempat lain. Dengan saling mendukung dan membantu, kekuatan
kita akan semakin besar. Dengan saling mendukung dan membantu, kekuatan kita
akan semakin besar,” kata U Thein Tun, relawan Tzu Chi.
“Saya juga ingin menyumbangkan beras. Saya berusaha berbuat baik
semampu saya,” kata U Tin
Hlaing Petani
“Demi membalas budi Tzu Chi, saya berharap hadirin sekalian dapat
menyumbangkan beras semampu kaliandan bersama-sama mengembangkan cinta kasih,”
kata U Aye Khine,
Kepala desa Tha Na Pin.
Dia berbagi konsep ini dengan warga sehingga
semua orang mulai memiliki semangat untuk memenuhi lumbung dengan butiran
beras. Bapak U San Thein juga hadir dan mendengar hal tersebut. Dia
menggalakkan konsep itu di desanya dan mendapat sambutan banyak orang. Himpunan
segenggam demi segenggam beras dikumpulkan setiap bulan sehingga bisa digunakan
untuk menolong orang yang membutuhkan. Saat melihat orang yang menderita, mereka
juga melaporkannya kepada Tzu Chi.
Ada sepasang suami istri. Sang suami tertimpa
pohon saat bekerja sehingga mengalami luka serius. Setelah menerima laporan, insan
Tzu Chi pun mengunjunginya. Kemudian, relawan kita membantunya dan
mengantarkannya ke rumah sakit. Setelah menerima pengobatan, kondisi sang suami
yang semula lumpuh perlahan-lahan membaik. Saat sang suami menerima pengobatan,
insan Tzu Chi pergi ke rumahnya untuk memperbaiki rumahnya.
Kemudian, relawan kita juga membantunya membuka
warung. Meski dengan cara yang sederhana, relawan kita bisa menjaga kelangsungan
hidup mereka. Jadi, asalkan ada benih cinta kasih, meski di pedesaan yang
warganya hidup kekurangan, mereka tetap bisa menolong orang yang lebih membutuhkan
dari mereka. Inilah kehangatan antarmanusia. Kekuatan cinta kasih setiap orang dapat
dibangkitkan. Janganlah meremehkan sumbangsih kecil. Asalkan ada tekad, maka
akan terbentuk kekuatan besar.
Dalam ceramah pagi, saya juga mengulas bahwa
asalkan memiliki kekuatan ikrar, setiap orang bisa mempraktikkan Enam Paramita.
Saat semua orang membangun ikrar yang sama secara bersamaan, banyak kebajikan
yang bisa dilakukan di berbagai tempat. Semua kebajikan yang dilakukan dapat
membentuk kekuatan besar.
Memberikan bantuan darurat dan membagikan benih
padi
Menabur benih kebajikan dan menyebarkan ajaran
benar
Menyisihkan segenggam beras setiap hari untuk
menolong makhluk yang menderita
Menyambut perbuatan baik dan menyebarkan cinta
kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina