Ceramah Master Cheng Yen: Menanam Akar Kebajikan dan Mendedikasikan Potensi Diri


“Pada tanggal 6 Juni, Kepala RS Chao mengadakan rapat luar biasa dan memberi tahu kami bahwa Aula Jing Si dapat dijadikan lokasi vaksinasi. Di masa-masa krusial memburuknya kondisi pandemi saat ini, memiliki jalinan jodoh untuk melayani warga masyarakat sangatlah luar biasa,” tutur Wu Fu-chuan, relawan Tzu Chi.

“Di sini, setiap hari relawan medis selalu bersimbah peluh, tetapi kami tidak mengeluh lelah. Semua orang sangat sukacita. Kami berharap rasio penerima vaksinasi bisa meningkat. Hingga akhir Juli, kami telah memvaksin lebih dari 23 ribu warga,” jelas relawan lainnya.

Mendengar laporan dari insan Tzu Chi di Sanchong, Banqiao, dan Xindian, saya sungguh merasa tersentuh.

Pandemi kali ini berdampak besar bagi para tenaga medis, terutama di RS Tzu Chi Taipei. Para tenaga medis harus menghadapi pandemi ini. Semua orang harus menjaga hati dan menjaga kebugaran fisik masing-masing. Jadi, mereka sangat bekerja keras. Namun, mereka tidak mengeluh lelah dan tetap menjalankan tugas dengan sukarela. Mereka juga membantu vaksinasi di berbagai komunitas. Semua orang melakukannya dengan sukarela. Ini sungguh mengharukan dan patut disyukuri. Mereka dapat menjaga masyarakat lewat vaksinasi.

Sesungguhnya, saya juga berterima kasih kepada para relawan yang mendukung dan mendampingi para tenaga kesehatan dengan penuh perhatian. Ketulusan mereka dalam bersumbangsih ini dapat dirasakan satu sama lain. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri.

Jadi, di setiap tempat, terutama di bawah tenda ataupun di dalam Aula Jing Si, para relawan berusaha menjaga lantai dari kerusakan. Mereka melapisi lantai perlahan-lahan. Saya melihat semuanya. Terlebih lagi, mereka melakukannya di bawah terik matahari. Suhu udara di bawah tenda sungguh panas.


Saya juga berterima kasih kepada semua orang yang mengerahkan kebijaksanaan dan cinta kasih serta menggunakan es, kipas angin, dan kabut pendingin untuk menyejukkan lokasi. Cuaca sangatlah panas. Lagi pula, dalam 31 hari, sebanyak 20 ribu orang lebih telah divaksin.

Bisa dilihat bahwa setiap hari ada hampir seribu orang yang keluar masuk lokasi vaksinasi. Selain datang untuk menerima vaksin demi menjaga kesehatan tubuh, yang terpenting, para warga juga mendapat penghiburan batin dari relawan. Hati banyak orang sangat cemas dan takut.

Meski telah divaksin, mereka masih merasa takut. Insan Tzu Chi menenangkan mereka. Saya juga berterima kasih kepada relawan yang juga menyosialisasikan vegetarisme di sana.

Vegetarisme sungguh harus disosialisasikan. Sesungguhnya, kini semua orang harus menerima pelajaran. Biasanya, kita semua selalu mengumbar nafsu keinginan, terutama nafsu makan sesaat. Kenikmatan itu mungkin hanya berlangsung beberapa detik. Namun, jika kita renungkan dengan tenang dan sepenuh hati, Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk menolong dan mengasihi semua makhluk. Semua makhluk yang dimaksud adalah semua yang bernyawa, bukan hanya manusia, melainkan semua makhluk hidup yang memiliki nyawa dan kesadaran. Inilah ajaran Buddha kepada kita.

Kita harus memiliki cinta kasih dan welas asih. Memberi kebahagiaan dan ketenteraman bagi semua makhluk, inilah cinta kasih. Kita berharap semua makhluk dapat tenteram dan bahagia. Welas asih berarti tidak tega semua makhluk menderita. Jadi, kita harus melakukan hal yang benar, terlebih kini kita harus mulai menyosialisasikan vegetarisme.


Dahulu, masih banyak orang yang tidak tahu. Saya tak dapat mengatakannya, pun tidak ada gunanya. Namun, dalam pandemi ini, saya harus mengatakannya dan menyosialisasikannya karena penyakit masuk melalui mulut. Banyak kuman penyakit yang masuk lewat makanan.

Sampai kapan pandemi ini akan berlangsung, kita tidak tahu. Aula Jing Si kita, jika digunakan sebagai tempat vaksinasi, berarti kita menjalin jodoh dengan warga masyarakat. Ini jugalah yang harus dilakukan oleh insan Tzu Chi, yakni menggunakan sumber daya dari masyarakat untuk masyarakat.

Saya sungguh ingin berterima kasih kepada semua orang yang memberi saya kebebasan untuk menentukan apa yang harus dilakukan.

Saat saya memberi ide, kalian tidak mempertanyakannya. Sungguh, dalam pengadaan vaksin kali ini, kita menggunakan dana yang biasanya dihimpun sedikit demi sedikit dari para donatur oleh para anggota komite. Para anggota komite mengajak orang untuk berdonasi sedikit demi sedikit, entah seratus dolar atau lima puluh dolar NT.

Dahulu, kita mengajak orang untuk menyisihkan 50 sen. Buletin bulanan pada masa itu berisi catatan donasi yang saya buat sendiri. Setiap donasi dari para donatur, baik 5 dolar maupun 10 dolar, semuanya tercatat. Pembuatan buletin ini saya kerjakan dari awal sampai akhir. Saya mencatatnya perlahan-lahan. Saya bahkan bertanggung jawab sebagai ketua badan amal saat itu. Saya mencatat semuanya.

Saat menerima lima dolar, saya akan segera mencatat lima dolar; saat menerima sepuluh dolar, saya mencatat sepuluh dolar. Saya juga menjabarkan pengeluarannya. Lambat laun, ada orang yang berkata, "Master, saya juga bisa membantu menggalang dana." Jadi, begitulah mulanya.

Singkat kata, semua ini adalah jalinan jodoh. Meski dimulai sedikit demi sedikit dari imbauan 50 sen sehari, dalam sebulan orang-orang menyumbangkan 5, 10, atau 15 dolar dan ini berlangsung sampai saat ini. Satu dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Yang tak terhingga berawal dari satu.


Jangan meremehkan suatu tindakan kecil. Selama ada cinta kasih di hati, sebutir benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Ini adalah pahala yang tak terhingga. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian.

Saya sering merasa bahwa saya tidak pernah menyesal atas kehidupan kali ini. Apa yang ingin saya lakukan, banyak orang yang memberi dukungan dan dedikasi. Saat saya menyerukan sesuatu, semua orang bergerak menyumbangkan uang dan tenaga. Saya tidak mengukur kekuatan sendiri, tetapi semua orang mendukung saya dengan antusias. Apa lagi yang ingin saya katakan? Tidak ada lagi.

Sulit untuk melukiskan perasaan saya dengan kata-kata, terlebih lagi sulit juga untuk melukiskan rasa terima kasih saya terhadap kalian semua. Namun, saya tetap harus mengatakannya. Diri sendiri yang melakukan, diri sendiri yang menerima hasilnya. Jalinan jodoh yang kalian buat adalah milik kalian sendiri. Kalian sendiri yang menjalin jodoh baik lewat apa yang kalian lakukan, kalian pulalah yang akan menuai pahalanya. Mereka yang luhur akan menerima pahalanya.

Keluhuran ini dicapai setelah kita bersumbangsih dan akan berpulang pada kehidupan kita sendiri. Saya merasa bahwa kehidupan saya bernilai. Kalian semua seharusnya juga demikian karena kalian telah bersumbangsih demi orang lain dan memberi perhatian bagi masyarakat di Tzu Chi.  

Menjaga kesehatan masyarakat dengan sukarela
Aula Jing Si membawa ketenangan lahir dan batin
Menghimpun tetes-tetes sumbangsih ke dalam lautan pahala
Menanam akar kebajikan dengan menolong semua makhluk

 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 30 Agustus 2021
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -