Ceramah Master Cheng Yen: Menanam Berkah, Kebijaksanaan, dan Akar Kebajikan di Ladang Batin


Belakangan ini, kita telah meninjau kembali tanah kelahiran Buddha. Saya telah menelusuri jejak Buddha, di mana Beliau melakukan perjalanan dan di mana Beliau berhenti. Ketika berhenti, Buddha selalu membabarkan Dharma. Demi memperbaiki kehidupan warga di tempat yang dikunjungi-Nya, Buddha akan tinggal di sana beberapa waktu untuk membabarkan Dharma bagi orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan-Nya.

Di India, terdapat sistem kasta. Orang yang kurang mampu disebut kaum paria. Kehidupan mereka sungguh tak terbayangkan Sungguh sulit untuk membayangkan bahwa ada orang-orang yang dapat hidup seperti ini. Kita tidak menyangka bahwa ada begitu banyak orang yang hidup seperti ini.

Seperti kehidupan di India saat ini. Ada seorang pengemis yang setiap hari hanya mengemis di jalan. Usianya kini telah 65 tahun. Dia telah mengemis sejak lahir hingga saat ini karena leluhurnya sejak dahulu telah menjadi pengemis untuk bertahan hidup. Namun, saat ini, dia telah membalikkan tangan untuk bersumbangsih. Untuk mengubah kehidupan, dia cukup berubah dari orang yang menerima menjadi orang yang memberikan bantuan. Dengan berpuas diri, dia dapat merelakan dan bersumbangsih.

Bodhisatwa sekalian, Jalan Bodhisatwa mudah untuk ditapaki. Lihatlah, Bodhisatwa Singapura dan Malaysia telah menginjakkan kaki di tanah kelahiran Buddha. Mereka telah memulainya sejak lebih dari setahun lalu hingga saat ini. Relawan kita telah membagi diri dalam beberapa gelombang untuk pergi ke sana.


Saat ini, kita tengah mencari sebidang lahan di sana. Kalian telah ada di sana untuk memahami kondisi kehidupan warga setempat. Namun, tanpa pendidikan, kita selamanya tidak dapat mengubah kehidupan di sana. Karena itu, kita ingin mendukung pendidikan setempat untuk mengubah kondisi kehidupan mereka. Ini membutuhkan perencanaan jangka panjang sehingga kita perlu melakukan estafet dan menggalang Bodhisatwa secara luas.

Menapaki Jalan Bodhisatwa tidaklah sulit jika kita memiliki hati yang tahu berpuas diri dan bersedia bersumbangsih. Dengan bersumbangsih, kita akan dipenuhi senyum kebahagiaan setiap hari. Seperti inilah isyarat tangan wajah yang bahagia. Hendaklah kita senantiasa mengulurkan kedua tangan untuk memberi. Bukankah gerakan memberi seperti ini?

Dalam Sutra Teratai, Buddha telah mengatakan bahwa Bodhisatwa hendaknya merekrut lebih banyak Bodhisatwa dari generasi ke generasi hingga 50 generasi. Namun, janganlah kita berhenti di generasi ke-50 atau orang ke-50. Itu tidaklah cukup. Setiap orang dapat menginspirasi 100 orang, bahkan sampai tak terhingga. Hendaknya kita berusaha memperkenalkan Tzu Chi setiap kali bertemu dengan orang lain dan memberi tahu mereka tentang penderitaan di dunia.

Kita harus membimbing orang lain agar mereka dapat menyadari berkah. Hendaklah kita menyadari berkah. Tanpa bersumbangsih, selamanya kita tidak akan dipenuhi berkah. Sama halnya dengan rekening bank. Ketika kita telah membuka rekening bank, barulah kita dapat menyimpan uang di sana. Setelah memiliki tabungan, barulah kita dapat menariknya ketika membutuhkan. Ini semua adalah prinsip yang wajar.


Insan Tzu Chi sekalian, sebagai Bodhisatwa dunia, hendaknya kita menabung berkah dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus terus memupuk benih kebajikan di ladang batin kita tanpa henti agar ia dapat tumbuh dengan subur. Ladang batin kita juga memerlukan pupuk agar benih yang ditanam dapat bertunas. Jika ladang ini dipenuhi bebatuan atau dilapisi semen, benih yang kita tanam akan menjadi kering dan tidak dapat bertumbuh. Oleh karena itu, hendaklah kita menggarap ladang batin kita dengan baik. Inilah mengapa kita harus membina cinta kasih dan merawat ladang berkah di hati.

Hendaknya kita bersumbangsih tetes demi tetes. Bahkan, untuk menabung di celengan bambu, kita perlu memiliki keyakinan yang teguh. Setiap hari, kita harus memupuk cinta kasih dan mengembangkannya hingga 10 kali lipat, 100 kali lipat, bahkan 1.000 kali lipat. Kita harus melakukan yang terbaik dan dalam waktu yang lama. Inilah yang disebut dengan merawat ladang batin. Kita harus merawat ladang batin kita dan membuatnya menjadi subur. Anak cucu kita juga dapat mewariskannya dari generasi ke generasi. Kita pun dapat membawa berkah yang telah kita ciptakan di kehidupan sekarang ke kehidupan berikutnya.

Dalam melatih diri, apa yang harus kita latih? Kita harus membina berkah dan kebijaksanaan. Jika tidak mendengar Dharma, kita tidak akan tahu bagaimana cara menggarap berkah dan dari mana kita bisa memperoleh benih. Kebijaksanaan adalah benih. Kita harus terus membudidayakan benih kita dan terus merawat ladang batin kita.

Lihatlah relawan kita yang bernama Huang Sheng-bi. Dia adalah benih Tzu Chi pertama di Tainan. Benih pertama ini menginspirasi banyak orang menjadi donatur Tzu Chi dan membina mereka hingga menjadi komite Tzu Chi. Perlahan-lahan, donatur Tzu Chi Tainan terus bertambah. Saat ini, meski Huang Sheng-bi telah meninggal dunia, tetapi saya yakin bahwa dia ada di antara siswa-siswa di sekolah kita karena dia pasti akan kembali dengan membawa ikrar.


Saat ini, cucunya juga bersekolah di Tzu Chi. Mungkin saja saat ini dia adalah seorang siswa yang lebih muda dari cucunya. Inilah kelahiran kembali. Kita harus menjalin lebih banyak jodoh baik. Hendaklah kita menciptakan lebih banyak benih berkah dan menjalin lebih banyak jodoh baik. Inilah kebenaran ajaran Buddha.

Lihatlah siswa-siswa di Sekolah Tzu Chi. Meski masih sangat kecil, mereka sangat rapi dan dipenuhi berkah. Tzu Chi memiliki sistem pendidikan yang menyeluruh. Saya merasa sungguh bersyukur. Seseorang hanya lulus sekali seumur hidup dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Tzu Chi memiliki sistem pendidikan yang lengkap dari TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Setiap tahun, kita mengadakan wisuda di aula yang agung. Saya sungguh bersyukur dan senang.

Saya bersyukur atas Empat Misi Tzu Chi. Semua orang telah bersumbangsih dengan sepenuh hati untuk membangun misi pendidikan Tzu Chi. Kita telah membangun tradisi sekolah yang sangat baik. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri. Kepala sekolah dan para guru telah melakukan yang terbaik. Terima kasih atas dukungan para Bodhisatwa dalam membangun sekolah yang baik ini. Terima kasih. 

Menanam benih kebajikan dan akar kebijaksanaan di ladang batin
Tekun menggarap ladang berkah dan keluhuran
Membangun tradisi pendidikan yang mengutamakan tata krama dan rasa hormat terhadap guru
Ikrar agung Bodhisatwa ialah menjalin jodoh baik   
  
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 Juni 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 14 Juni 2023
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -