Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Agung untuk Melenyapkan Penderitaan
“Saya menggosoknya terlebih dahulu agar
Anda tidak merasa dingin. Tangan saya agak dingin. Saya akan menggosok telapak
tangan saya,” petikan wawancara Chien Sou-hsin,
Kepala RS Tzu Chi Taichung.
“Tinggal di lingkungan seperti ini, tidak
mengherankan dia bisa jatuh sakit dan tidak bisa berdiri selama ini. Karena
itu, kita menghimpun kekuatan para staf rumah sakit dan relawan kita untuk
memperbaiki kondisi tempat tinggalnya agar kelak kehidupannya bisa membaik,”
petikan wawancara Fu Chin-hua, Dokter
neurologi RS Tzu Chi Taichung.
“Yang membuat kita merasa lebih
terhibur adalah melihat pasien bisa berjalan keluar setelah minum obat selama
beberapa waktu. Pertama kali saya mengunjunginya, dia bahkan tidak bisa melangkah
keluar dari pintu rumah,” petikan wawancara Fu Chin-hua, Dokter neurologi RS Tzu Chi Taichung.
“Jalan di luar ini adalah jalan
biasa dan selalu saya lalui setiap hari. Saya tidak menyangka setelah berbelok,
ada gang kecil seperti ini dan di dalamnya ada orang yang begitu membutuhkan
bantuan,” petikan wawancara Wakil kepala RS
Tzu Chi Taichung, Hsu Chuan-jen.
“Tanggung jawab terpenting sebagai
dokter adalah terjun ke komunitas untuk memperhatikan orang yang membutuhkan. Semakin
kita memahami kondisi mereka, mereka akan merasa semakin dekat dengan kita,”
petikan wawancara Kepala departemen THT, Wu
Hung-pin.
Setiap orang yang jatuh sakit membutuhkan
tenaga medis. Hanya tenaga medis yang bisa melenyapkan penderitaan akibat
penyakit. Setiap orang mengalami fase tua, sakit, dan mati. Fase tersebut sungguh
sangat menyiksa. Jadi, misi tenaga medis adalah melenyapkan penderitaan
terbesar di dunia. Karena itulah, saya menyebut dokter sebagai “Tabib Agung”.
Dalam ajaran Buddha, Tabib Agung adalah
salah satu dari sebutan Buddha. Para dokter terlahir di dunia ini dengan
membawa ikrar dan semangat misi untuk bersumbangsih. Karena itulah, saya
menganggap para dokter sebagai Buddha hidup. Tim medis mengenakan seragam putih
serta memiliki tujuan yang sangat mulia dan murni. Inilah yang disebut semangat
misi.
Mereka menjalankan misi kesehatan. Mereka
memilih profesi tenaga medis dan berfokus mendalami bidang tersebut. Inilah
yang disebut datang dengan membawa ikrar. Jadi, mereka memilih jurusan yang
berkaitan dengan bidang medis. Setelah lulus, mereka pun mendedikasikan diri. Berkat
kerja sama para tenaga medis dari berbagai departemen, baik dokter, perawat,
maupun teknisi medis, kita bisa memberikan pelayanan medis secara menyeluruh.
Saya juga bersyukur rumah sakit kita
terus membimbing tenaga medis baru. Inilah yang paling saya syukuri. Membina
insan berbakat adalah hal yang paling saya inginkan. Dengan berlapang hati dan
membina lebih banyak insan berbakat, kita bisa membawa manfaat besar bagi
dunia. Kita menjalankan misi kesehatan untuk bersumbangsih bagi orang-orang
yang menderita.
Dalam setiap laporan tim medis, yang
paling saya sukai adalah mendengar bagaimana mereka menolong orang-orang. Terlebih,
pada masa-masa tersulit pasien, bagaimana sikap mereka dalam menolong pasien. Ini
dapat menetapkan arah misi kesehatan kita. Dari laporan setiap departemen, kita
bisa mengetahui bahwa seorang dokter bukan hanya harus memiliki keterampilan
medis yang baik, tetapi juga harus mengasihi pasien karena semua kehidupan
adalah setara.
Melihat para tenaga medis kita
mendedikasikan diri untuk menyelamatkan kehidupan pasien dan begitu perhatian
pada pasien, saya sangat tersentuh. Jadi, saya sungguh sangat bersyukur kalian
semua bisa menghimpun kekuatan cinta kasih. Sesuai hukum alam, setiap orang
akan menua dan jatuh sakit. Itu sangat menderita. Sekarang, saya bisa merasakan
penderitaan akibat penuaan.
Seiring bertambahnya usia, kita
semakin memahami penderitaan akibat penyakit. Sesungguhnya, bencana alam juga
mendatangkan penderitaan besar. Semua orang di seluruh dunia hendaknya
membangkitkan cinta kasih agar bisa melenyapkan berbagai penderitaan di dunia. Kita
juga melihat relawan Tzu Chi menjangkau berbagai wilayah dan menyaksikan berbagai penderitaan akibat
bencana alam dan bencana akibat ulah manusia.
Mereka sungguh-sungguh memahaminya, bukan
hanya menyaksikan atau mendengarnya saja. Segala sesuatu yang dilihat insan Tzu
Chi membuat mereka memahami kebenaran. Mereka menjangkau negara-negara lain untuk
berinteraksi dengan orang yang membutuhkan dan mengatasi kesulitan mereka. Mereka
menyaksikannya secara langsung. Jadi, relawan kita telah menjadi saksi sejarah
bagi zaman sekarang.
“Di Yordania, saya melihat tatapan
tidak berdaya pengungsi Suriah di kamp pengungsi. Dalam baksos kesehatan di
Meksiko, korban bencana yang dilanda penderitaan merangkul kita erat-erat karena
merasa kembali melihat harapan. Di tengah terpaan angin dingin yang menusuk
tulang, saya menyentuh tangan para tunawisma yang kedinginan.”
“Semua itu bagai berkata bahwa saat
dunia telah melupakan mereka, dengan welas asih dan kebijaksanaan, Tzu Chi
menopang mereka untuk keluar dari kepedihan dan penderitaan. Tanpa Master Cheng
Yen dan Tzu Chi, entah berapa lama mereka harus menanggung kepedihan dan
penderitaan ini. Betapa beruntungnya kami dapat turut berpartisipasi.”
“Namun, di sini, kami ingin bertobat
di hadapan Master. Saat Master dan para insan Tzu Chi bekerja keras demi dunia
ini, kami malah tidak menjaga tekad pelatihan dengan baik sehingga Master sangat
mengkhawatirkan kami. Untuk itu, kami meminta maaf. Di sini, kami bertobat
dengan tulus.”
“Kelak, kami akan lebih bekerja
keras. Kami akan menjaga ucapan dan tindakan serta bermawas diri dan berhati
tulus agar pikiran kami tidak terpengaruh oleh kondisi luar. Semoga dengan
menyerap Dharma dan mempraktikkannya secara nyata, kami bisa mempertahankan
tekad pelatihan. Saya yakin ini bukan hanya harapan saya.”
“Seluruh staf RS Tzu Chi Taichung berikrar
di hadapan Master. Kami berikrar menjaga ucapan dan tindakan serta bersikap
rendah hati agar bisa bekerja sama dengan harmonis; menjaga kemurnian enam
indra agar tidak terpengaruh kondisi luar; mempertahankan tekad pelatihan agar
bisa menjalankan praktik Bodhisatwa sesuai Sutra Makna Tanpa Batas. Kami
berikrar mempertahankan tekad pelatihan agar bisa menjalankan praktik Bodhisatwa
sesuai Sutra Makna Tanpa Batas,” kata Chien
Sou-hsin, Kepala RS Tzu Chi Taichung.
Saya sangat bersyukur dan tersentuh.
Sungguh, para tenaga medis mendedikasikan diri untuk menyelamatkan kehidupan. Pada
saat yang sama, dengan cinta kasih, kalian juga terjun ke tengah masyarakat untuk
memahami penderitaan di dunia. Semuanya kalian lakukan dengan sepenuh hati. Sungguh,
di dunia yang luas dengan pikiran manusia yang berbeda-beda, kita harus
memiliki keteguhan tekad. Jangan sampai tekad kita tergoyahkan karena suatu hal
atau seseorang.
Kita harus yakin pada diri sendiri dan
arah tujuan kita, sepenuh hati menyelami Dharma, dan terjun ke tengah
masyarakat untuk menyelamatkan orang yang menderita. Saya tidak bisa
menyampaikan semua yang ingin saya sampaikan. Intinya, saya mendoakan kalian
dengan tulus. Semoga kita bisa bersatu hati melangkah maju di Jalan Bodhisatwa.
Semoga kalian bisa membina berkah sekaligus kebijaksanaan dan segala sesuatu
berjalan sesuai keinginan di tahun yang baru ini. Saya bersyukur kepada kepala
RS serta para dokter dan perawat. Terima kasih.
Terlahir
di dunia ini dengan membawa ikrar untuk bersumbangsih
Berlapang
hati membina insan berbakat untuk melindungi cinta kasih
Menolong
orang yang membutuhkan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Menapaki
Jalan Agung untuk menolong orang yang menderita
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina