Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Cinta Kasih Berkesadaran


Saya ingin mengingatkan semua orang bahwa kita hendaknya senantiasa bersungguh hati dan menghadapi dunia dengan tulus. Saya sering berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Kita hendaknya senantiasa tulus dalam menghadapi dunia ini. Dunia ini meliputi seluruh alam semesta dan semua makhluk.

Kita hendaknya tidak hanya peduli terhadap manusia, tetapi juga peduli terhadap semua makhluk, seluruh alam semesta, bahkan gunung, bumi, rumput, dan pohon. Terlebih, dalam Sutra juga diulas tentang delapan kelompok makhluk pelindung Dharma. Tiga inci di atas kepala ada dewa.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan. Bagaimana caranya kita membina keyakinan? Cakupannya bisa sangat luas. Singkat kata, kita harus membina ketulusan. Kita hendaknya menghadapi segala sesuatu di dunia ini dengan ketulusan dan cinta kasih. Yang dibutuhkan hanyalah cinta kasih.

Mari kita menghadapi dunia dengan cinta kasih dan kebajikan serta bersumbangsih semampu kita tanpa pamrih. Jika setiap orang bisa berbuat demikian, dunia akan aman dan tenteram. Di Tzu Chi, bukankah kita juga bekerja keras untuk mengimbau orang-orang berbuat baik bersama dan membentangkan jalan yang lapang dengan cinta kasih? Apakah nama dari jalan yang lapang ini? Jalan Bodhisatwa.


Setiap orang hendaknya memahami arti dari Bodhisatwa. Bodhisatwa adalah makhluk berkesadaran. Kita belum mencapai pencerahan sempurna. Mencapai pencerahan sempurna berarti mencapai kebuddhaan. Kita belum mencapainya, melainkan baru mulai mempelajari praktik Bodhisatwa. Karena itu, kita harus tulus. Bagaimana menapaki Jalan Bodhisatwa? Ke manakah arah tujuan kita? Semua ini membutuhkan kesungguhan hati dan ketulusan.

Dahulu, juga ada Bodhisatwa yang datang ke dunia. Kita mungkin pernah hidup di era yang sama dengan Buddha. Belakangan ini, saya sering melihat miniatur Puncak Burung Nasar di meja kita. Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai di Puncak Burung Nasar. Setiap hari, miniatur Puncak Burung Nasar di atas meja ini mengingatkan saya untuk lebih sering mengajarkan praktik Bodhisatwa dan mengingatkan orang-orang bahwa kini kita berada pada era kemunduran Dharma.

Saat ini, kita hendaknya memanfaatkan kemajuan teknologi dan menggenggam waktu untuk menyebarkan Dharma. Kita berharap dapat kembali pada era kemurnian Dharma dan membabarkan Dharma seperti Buddha. Mulai sekarang, kita harus membangkitkan hakikat kebuddhaan setiap orang.

Dalam rapat mingguan, saya mendengar dan melihat laporan dari berbagai negara. Sejarah Tzu Chi, apa yang dilakukan sekarang, dan rencana untuk masa depan, semuanya dibahas dalam rapat. Semua orang tahu bahwa warga Mozambik kekurangan. Namun, mereka sering mengikuti ceramah saya secara daring.


Dahulu, saya terus mengimbau orang-orang untuk menyisihkan segenggam beras. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Himpunan segenggam demi segenggam beras juga dapat digunakan untuk menolong sesama. Prinsip seperti ini telah menjadi suatu edukasi. Meski seseorang hidup kekurangan, dia dapat turut menyumbangkan segenggam beras dan membantu orang yang membutuhkan. Jadi, kita menunjukkan bahwa dengan mengakumulasi sedikit demi sedikit cinta kasih, setiap orang dapat berbuat baik.

Bodhisatwa sekalian, ini adalah salah satu metode. Buddha datang ke dunia untuk mengajari kita menolong makhluk yang menderita dan mengembangkan kebijaksanaan kita agar kita dapat menemukan metode untuk membimbing sesama. Metode yang kita gunakan telah membawa manfaat besar. Saya berharap semua orang dapat menyerap sejarah Tzu Chi ke dalam hati.

Saya sering berkata bahwa pengalaman kalian merupakan bagian dari sejarah Tzu Chi yang menunjukkan jalan yang harus dipraktikkan. Karena itu, kalian hendaknya berbagi dengan orang-orang tentang bagaimana kalian menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian bersumbangsih dan melatih diri di Jalan Bodhisatwa dengan hati Bodhisatwa.


Jalan Bodhisatwa adalah jalan menuju kebuddhaan. Jalan menuju kebuddhaan ada di antara kita dan kita telah membentangkan jalan ini dari Taiwan ke seluruh dunia. Lihatlah banyaknya bencana yang terjadi di seluruh dunia. Jika di sana ada insan Tzu Chi, mereka akan segera bergerak untuk menolong orang-orang yang menderita. Bukankah relawan kita selalu demikian?

Bodhisatwa sekalian, kita harus lebih bekerja keras. Kini, jalan ini sudah sangat lapang dan tidak berujung. Meski demikian, kita tetap harus terus membentangkannya. Jika memiliki teman, kerabat, atau anak di luar negeri, kini kalian hendaknya menggenggam jalinan jodoh untuk berbagi tentang apa yang kalian lakukan setiap hari untuk menginspirasi dan membimbing mereka bersumbangsih bagi dunia dengan kekuatan cinta kasih. Dengan demikian, barulah kita dapat menjaga Bumi dan keseimbangan ekosistem hingga selamanya. Untuk itu, mari kita lebih bersungguh hati.   

Teguh menuju arah yang baik dan membentangkan jalan yang lapang
Bersumbangsih tanpa pamrih dengan tulus
Menolong orang-orang yang menderita dengan welas asih dan kebijaksanaan
Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 28 Mei 2023
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -