Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Cinta Kasih dan Kebijaksanaan
Tanpa memandang perbedaan kewarganegaraan, ras, dan agama, insan Tzu Chi dari 21 negara dan wilayah yang penuh kekuatan cinta kasih berkumpul bersama untuk menjalani pelantikan. Bagaimana bisa saya tidak tersentuh? Saya sungguh sangat tersentuh. Setiap tahun, saya memberikan sebuah tema untuk menyemangati insan Tzu Chi. Tahun lalu, tema yang saya berikan adalah “Jalan cinta kasih universal membentang luas ke seluruh dunia; jalinan kasih sayang terus bertahan untuk selamanya”. Benar, inilah tema yang saya berikan tahun lalu agar insan Tzu Chi bisa saling mengingatkan bahwa Tzu Chi dimulai dari nol.
Saat mendirikan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi, kita tidak memiliki apa-apa. Karena perpaduan berbagai kondisi, saya akhirnya membangkitkan tekad dan terus menjalankannya sepanjang hidup saya. Tekad saya waktu itu adalah mendirikan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi. Hingga kini, tekad saya tidak pernah mundur dan akan saya jalankan sepanjang hidup saya.
Kini, saat para relawan berbagi pengalaman di atas panggung, banyak di antara mereka yang berkata bahwa mereka akan mewariskan semangat Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, para relawan kita mewarisi tekad saya. Saya sudah lanjut usia dan akan meninggal dunia suatu hari nanti. Jika saat itu tiba, maka kalian harus terus membentangkan jalan dengan ajaran Jing Si. Sepanjang perjalanan kita dari tidak ada hingga ada, praktik kita tak luput dari cinta kasih universal.
Kita telah membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih universal selama 50 tahun. Saya sangat bersyukur setiap teringat akan relawan di Taiwan yang terus mendukung Tzu Chi dari tak ada hingga ada, dari kecil hingga besar. Ada banyak relawan yang setiap hari mengikuti jejak langkah saya dengan erat. Dari misi amal Tzu Chi hingga terbentuknya Empat Misi Tzu Chi, mereka tidak pernah meninggalkan saya. Mereka mengikuti setiap langkah saya dengan erat dan mendukung saya dari belakang sehingga saya bisa melangkah maju tanpa merasa takut.
Jalan cinta kasih bukan hanya dibentangkan dari 50 tahun yang lalu hingga sekarang, tetapi juga di masa mendatang. Jadi, dari masa lalu, masa kini, hingga masa mendatang, relawan kita akan terus membentangkan jalan dengan cinta kasih berkesadaran Bodhisatwa.
Dengan kesadaran Bodhisatwa,kita memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Kita sungguh-sungguh mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Membina jalinan yang erat dengan sesama manusia dan membimbing satu sama lain, inilah Bodhisatwa dunia.
Tema tahun lalu bertujuan untuk membuat semua orang memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Tema tahun ini adalah “Dengan cinta kasih, kita bisa berkumpul bersama untuk bersumbangsih; dengan kebijaksanaan, kita bisa melihat dunia di dalam sebutir benih.”
Jalan Bodhisatwa sangatlah penting. Jalan Bodhisatwa merupakan jalan menuju kebuddhaan. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Karena itu, kita harus membina berkah dengan cara menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Belakangan ini, saya terus mengulas tentang Enam Paramita dan puluhan ribu praktik.
Dalam Enam Paramita, yang pertama adalah berdana. Berdana bisa dengan memberikan materi atau memberikan penghiburan. Setelah melenyapkan penderitaan semua makhluk, kita juga harus berbagi Dharma dengan mereka. Kita bisa melihat Bodhisatwa di Afrika. Meski secara finansial mereka kalah dari kita, tetapi batin mereka sangat kaya. Asalkan kita bisa membangkitkan kekayaan batin mereka, maka mereka juga bisa melenyapkan penderitaan, berbagi Dharma, dan menenteramkan hati orang yang ketakutan.
Tidak ada tempat yang bukan ladang pelatihan bagi mereka dan tidak ada orang yang tidak mereka bimbing. Mereka sungguh membuat saya sangat tersentuh. Jadi, dengan kebijaksanaan, kita mempraktikkan Dharma untuk membawa manfaat bagi orang lain. Ajaran Buddha tidak berbentuk, tidak berwujud, tidak bisa dilihat, dan tidak bisa disentuh. Kita hanya bisa menjelaskannya agar orang-orang bisa memahaminya, menyerapnya ke dalam hati, dan mempraktikkannya dalam keseharian.
Lewat interaksi antarmanusia, kita bisa mengembangkan kekuatan cinta kasih. Inilah yang disebut mempraktikkan Dharma untuk membawa manfaat bagi orang lain. Jadi, kita harus yakin terhadap ajaran Buddha. Tujuan Buddha datang ke dunia ini adalah membimbing kita menapaki Jalan Bodhisatwa dengan terjun ke tengah masyarakat.
Dengan berpegang pada ajaran Buddha, kita bisa mendisiplinkan diri sehingga bisa mencegah diri sendiri dari kesalahan dan kejahatan. Dengan mendisiplinkan diri, kita bisa terjun ke tengah masyarakat dan menolong orang lain tanpa terpengaruh oleh kegelapan dan noda batin. Untuk mempertahankan konsentrasi, kita harus mempraktikkan dana, disiplin moral, kesabaran, dan ketekunan.
Dengan mempraktikkan empat hal ini, kita pasti akan memiliki konsentrasi yang tidak terpengaruh oleh kondisi luar. Dengan begitu, kita bisa terjun ke tengah masyarakat tanpa terpengaruh. Inilah Bodhisatwa dunia yang bisa menjaga pikiran dan mengasihi diri sendiri di tengah masyarakat sekaligus menolong banyak orang.
Dengan bersumbangsih tanpa pamrih, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Bagai bunga teratai yang bermekaran karena memperoleh gizi dari kolam berlumpur dan memperindah kolam berlumpur karenanya, Bodhisatwa dunia juga datang ke dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan ini untuk memperindah dunia ini.
Menghargai jalinan jodoh untuk menabur benih kebajikan
Mewariskan ajaran Jing Si dari kehidupan ke kehidupan
Melenyapkan penderitaan semua makhluk dan berbagi Dharma dengan mereka
Menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang yang dibentangkan dengan cinta kasih universal
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 November 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 November 2016