Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Keyakinan, Ikrar, dan Praktik Nyata

Di ladang pelatihan kita, kita melatih keyakinan, ikrar, dan praktik nyata. Apa keyakinan kita? Kita meyakini kebenaran yang diajarkan Buddha. Apa ikrar kita? Menapaki jalan kebenaran.

Saya bukan memilih untuk membawa manfaat bagi diri sendiri saja. Saya memilih untuk mendalami ajaran Mahayana.

Berhubung meyakini ajaran Buddha, saya bersedia mempraktikkannya. Meski bersedia mempraktikkannya, saya tetap harus menghadapi berbagai ujian untuk menemukan arah tujuan saya.

Lewat ajaran Mahayana, kita memahami bahwa kita tidak boleh memiliki pamrih. Ajaran Mahayana terlebih dahulu membuka hati kita. Kemudian, kita meratakan jalan batin kita dan meneguhkan ikrar kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, membuka dan membentangkan Jalan Bodhisatwa yang lapang dan rata, inilah keyakinan, ikrar, dan praktik nyata serta ajaran Mahayana yang harus kita dalami.

Kini kita bukan hanya harus meyakini dan mendalami ajaran Mahayana, tetapi juga harus berikrar dan mempraktikkannya dengan mengambil langkah nyata.

Selain itu, kita juga bertanggung jawab untuk menjalankan praktik Bodhisatwa.

Kita bukan hanya menapaki Jalan Bodhisatwa sendiri, tetapi juga membimbing orang-orang untuk menapaki jalan yang lapang ini. Dalam menapaki jalan ini, tidak semua orang bisa mencapai tujuan.  Jalan ini sangat lapang dan panjang. Kita harus membangun tekad dan ikrar serta tidak takut pada perjalanan yang panjang. Setelah memilih jalan ini, kita harus terus melangkah maju.


Dunia ini penuh dengan penderitaan. Setiap orang ingin menapaki Jalan Bodhisatwa. Namun, menapaki Jalan Bodhisatwa membutuhkan jalinan jodoh. Jika kita tidak menggenggam jalinan jodoh yang ada, kesempatan akan lewat. Meski ingin berbuat baik, menolong sesama, dan bersumbangsih, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa tanpa adanya jalinan jodoh. Jadi, saat ada jalinan jodoh, kita harus menggenggamnya untuk bersumbangsih.

Kita melihat di Filipina, insan Tzu Chi menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Contohnya gadis itu.

Setelah Tzu Chi mengetahui kondisinya, Relawan Xu Yi-le dan relawan lainnya yang mendampinginya ke Taiwan. Berhubung sudah berada di Taiwan, Relawan Xu sekalian menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapati bahwa arteri koronernya tersumbat.

Dokter berkata padanya, “Ini sangat berbahaya. Anda harus segera menjalani operasi.” Jadi, dia mengikuti saran dokter untuk menjalani pengobatan dan operasi.

Ini membuatnya sepenuhnya menyadari bahwa hidup manusia tidaklah kekal. Dia tidak menyadari penyakit jantungnya. Jika tidak memiliki jalinan jodoh baik, dia mungkin sudah dihampiri ketidakkekalan karena tidak menyadari penyakitnya.


Kehidupannya juga tidak akan seperti sekarang. Karena itu, dia bertekad untuk menggenggam waktu yang ada dan melakukan hal yang benar. Siapa yang bersumbangsih, dialah yang memperoleh.

Dia menuruti kata-kata saya untuk melakukan hal yang benar. Sejak dahulu hingga kini, dia telah mendedikasikan diri di Tzu Chi selama bertahun-tahun. Dia bertekad untuk berbuat baik.

Belakangan ini, dia masih terus memberi pendampingan. Merespons pandemi kali ini, dia juga bertekad untuk mendedikasikan diri di komunitas dan mengembangkan potensi kebajikannya. Ini sungguh tidak mudah.

Sungguh, selama masih hidup, kita harus bersumbangsih bagi dunia. Berhubung memiliki jalinan jodoh dengan Dharma dan nyawanya terselamatkan, dia bisa memahami kebenaran dan segera bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Selama bertahun-tahun, dia telah melakukan banyak hal. Pandemi COVID-19 membuatnya memperoleh pemahaman yang semakin mendalam. Karena itu, dia berpartisipasi dalam pembagian bantuan dengan mengikuti aturan yang berlaku.

Di Filipina, selain bersumbangsih secara nyata, dia juga menggenggam jalinan jodoh untuk berbagi tentang Dharma dan nilai kehidupan. Dia memanfaatkan tubuhnya untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah praktik murni Bodhisatwa.


Ini bukan demi mengembangkan bisnisnya. Dengan sepenuh hati dan tekad, dia bersumbangsih di tengah masyarakat, berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui, dan menjalankan misi Tzu Chi bagi orang-orang yang menderita.

Tzu Chi bertujuan untuk menolong dan membimbing orang-orang menjadi Bodhisatwa dunia. Di lautan yang luas, dia bagaikan sebuah kapal yang memiliki arah. Dia juga bisa menjadi pemandu arah bagi kapal-kapal lain. Dengan memiliki arah yang benar, kita bisa membimbing orang-orang ke arah yang benar pula. Jadi, dengan pengetahuan dan pandangan Buddha, kita bisa melihat jelas yang benar dan salah.

Kini kita membimbing orang-orang untuk berpegang pada keyakinan benar demi membawa manfaat bagi diri sendiri sekaligus orang lain. Ini disebut praktik Bodhisatwa.

Bodhisatwa terjun ke tengah masyarakat demi menyelamatkan semua makhluk. Sesungguhnya, ke mana kita menyelamatkan semua makhluk, di sanalah kita melatih diri. Jadi, kita harus menggenggam jalinan jodoh.

Dharma di dunia ini tak lain hanyalah mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Sepenuhnya menyadari ketidakkekalan dan membangun tekad agung
Menggenggam jalinan jodoh untuk menyelamatkan semua makhluk
Terus membimbing orang-orang tanpa takut jauhnya perjalanan
Berikrar menjalankan praktik Bodhisatwa dengan keyakinan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Mei 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 25 Mei 2020
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -