Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Selalu Memiliki Pikiran yang Penuh Syukur
“Saya mengenal Tzu Chi pada tahun 1986. Hingga kini, saya masih menjalankan Tzu Chi setiap saat. Meskipun sekarang tidak bisa melakukannya karena sedang mengalami patah kaki, saya masih menghubungi donatur saya untuk memberi perhatian pada mereka. Hati para donatur ini sangat tulus. Karena saya tidak bisa keluar rumah, mereka pun mengantarkan donasi ke rumah saya. Jadi, saya sangat bersyukur pada para relawan atas tekad mereka ini,” kata Li You Mei-yi, relawan Tzu Chi.
“Anak saya yang bernama Zhong De sekarang juga bisa membantu saya mengemban pekerjaan-pekerjaan Tzu Chi. Saya paling bersyukur pada Master karena telah menciptakan dunia Tzu Chi yang memungkinkan saya masih bisa hidup dengan damai di dunia ini di usia saya sekarang. Selain itu, anak dan cucu saya juga sangat mendukung Tzu Chi. Saya sangat bersyukur pada Master,” pungkas Li You Mei-yi.
“Pada tahun 1990, kami mengikuti Master dalam perjalanan ke SMK Shin Min Taichung. Master berkata dengan lembut, ‘Gunakan kedua tangan kalian yang bertepuk tangan itu untuk melestarikan lingkungan.’ Meskipun sepulang dari sana tidak langsung dipraktikkan, tetapi kami menyimpan kalimat tersebut di dalam hati. Karena saya bekerja di bidang konstruksi, melakukan daur ulang seharusnya tidak terlalu sulit. Saya pulang dengan membawa pemikiran yang didapat dari sana. Saya pun mulai mengubah lantai bawah rumah saya yang mulanya adalah garasi menjadi titik pengumpulan barang daur ulang,” kata Chen Jin-hai, relawan Tzu Chi.
“Pada saat itu, saya sebenarnya ingin melakukan hal yang lebih dari itu. Namun, karena belum terwujud, saya pun tidak membicarakan itu. Jika ingin melakukannya, saya harus bersungguh hati. Jadi, pada saat itu, saya pun berkunjung ke Shuanghe untuk bertemu dengan Kakak Li. Ketika kami pergi ke sana, Kakak Li membawa kami mendatangi depo daur ulang di Jalan Juguang dan lainnya. Kala itu, kami menggelar acara-acara berskala besar,” lanjut Chen Jin-hai.
Chen Jin-hai melanjutkan “Sepulangnya dari sana, saya mengajak orang untuk bergabung dengan kami. Lihatlah foto itu. Dalam melakukan daur ulang, kami menyiapkan 10 sampai 20 titik pengumpulan barang daur ulang di sepanjang jalan di Luzhou. Saat sedang tidak ada kendaraan, kami akan meminta bantuan orang yang mau meminjamkan kendaraannya sehingga mereka juga dapat berpartisipasi. Jadi, pada saat itu, jumlah relawan di Taiwan Utara pun meningkat jauh.”
“Saya merasa Master berharap orang-orang dapat terinspirasi dan bisa bergabung menjadi relawan. Pada awal tahun 1991, saya mengikuti Wakil Direktur Senior Wang beserta timnya untuk menyalurkan bantuan bencana. Hampir di setiap insiden kecelakaan pesawat terbang, termasuk di Taoyuan, Penghu, dan lainnya, saya bersama Kakak Luo turut terlibat untuk membantu. Saya merasa sangat bersyukur karena meski hanya orang biasa yang hidup biasa, saya bisa melakukan banyak hal yang luar biasa,” pungkas Chen Jin-hai.

Tentu saja, berkah diciptakan oleh diri sendiri, bukan semata-mata dari doa yang saya berikan. Jika kalian tidak menciptakan berkah, bagaimana bisa memberkati kalian? Jadi, untuk mendapat berkah, kita harus menciptakannya sendiri. Wujud syukur saya pada kalian ialah dengan mendoakan kalian. Namun, kalian tentu harus menciptakan sendiri berkah itu.
Relawan sekalian, mendengar cerita kalian, bukankah kalian merasa kehidupan ini sangat bernilai? Tidak hanya saat membicarakan hidup kita saja, saya juga terharu saat mendengar kisah orang lain. Kita harus mementingkan nilai kehidupan kita. Ini juga adalah bentuk balas budi kita terhadap orang tua. Kita menggunakan tubuh yang diberikan orang tua kita untuk menciptakan berkah bagi dunia. Inilah nilai kehidupan.
Bodhisatwa sekalian, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Untuk membangkitkan potensi kebuddhaan ini, kita harus bersumbangsih. Inilah sosok Buddha dan Bodhisatwa di dunia. Demikianlah wujud Buddha yang hakiki dalam diri kita. Buddha berkata pada kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika ingin dunia yang damai dan penuh berkah, kita harus menciptakan berkah.
Kita hendaknya memperluas cinta kasih kita. Di dunia ini, tidak ada orang yang tidak saya kasihi, tidak ada orang yang tidak saya percayai, dan tidak ada orang yang tidak dapat saya maafkan. Saya mengasihi semua orang di dunia karena hati saya sangat lapang. Tak peduli angin kegelapan batin apa pun yang menerpa, itu tidak akan mampu menumbangkan keyakinan dan cinta kasih saya. Saya senantiasa berlapang hati sehingga bisa merangkul segalanya. Saya menjaga pikiran saya agar murni dan sederhana.

Saya selalu percaya bahwa di dunia ini, semua orang adalah Buddha. Itu karena saya percaya pada ajaran Buddha bahwa setiap orang memiliki Buddha di dalam hati. Namun, itu tidak dapat diwujudkan tanpa pelatihan diri. Bagaimana cara melatih diri? Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa, yakni dengan bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus bersyukur.
Semua makhluk mengalami banyak penderitaan. Kita bertekad di mana ada penderitaan, kita akan menghampiri mereka yang membutuhkan bantuan. Ada orang yang berkata, Saya berjalan mengikuti Master. Itu pilihan yang benar karena saya selalu ingin menghampiri tempat di mana ada orang yang menderita karena misi saya ialah menyelamatkan semua makhluk. Jika hanya seorang diri, apakah cukup? Tidak mungkin. Ini harus dijalankan bersama-sama.
Saya membimbing orang-orang yang pemikirannya serupa untuk membuka jalan dan mengajak orang lain. Dari tempat mereka semula berada, mereka dapat menapaki jalan ini hingga mencapai kebuddhaan. Jadi, Bodhisatwa sekalian, melihat kalian hari ini, saya sangat bersukacita.
Kalian telah berjalan bersama saya dan membantu saya menapaki Jalan Bodhisatwa. Tanpa kalian, kita tidak bisa mewujudkan Jalan Bodhisatwa. Begitu jalan ini dibuka, kita bisa menginspirasi sangat banyak orang yang lebih muda. Dengan mewariskan semangat ini dari generasi ke generasi, dunia dan lingkungan pun dapat menjadi baik dan kebaikan ini dapat berlanjut tanpa henti.
Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih itu tidak terbatas. Jangan berpikir kita sudah tua, lalu membiarkan anak muda yang menjalankan Tzu Chi. Kita hendaknya menghimpun, mendukung, mendampingi, serta membimbing mereka dalam menjalankannya. Hanya dengan begitu, barulah kita tidak salah jalan. Sedikit saja kita menyimpang, kita akan jauh tersesat.

Relawan sekalian, Jalan Bodhisatwa adalah jalan kebenaran di dunia. Tujuan kedatangan Buddha ke dunia ialah untuk membimbing kita ke arah yang benar, yaitu Jalan Bodhisatwa. Tubuh dan pikiran kita harus menuju arah yang benar. Waktu terus berlalu detik demi detik, hari demi hari pun demikian. Oleh karena itu, kita hendaknya menggenggam waktu sedari kita membuka mata setiap harinya. Saya beri tahu bagaimana saya melakukannya.
Begitu membuka mata, saya segera menggerakan tangan dan kaki saya. Kemudian, saya akan mengucap syukur karena bisa menggerakannya dengan bebas. Saya lalu berdiri dari tempat tidur dan kembali mengucap syukur karena masih bisa berdiri. Begitu mulai melangkahkan kaki, saya bersyukur karena bisa melangkah maju dan mundur. Saya mensyukuri segala hal, termasuk saat bisa mengangkat tangan dan menggerakan kaki.
Saya bersyukur dalam setiap pikiran saya. Jadi, jika kita mampu menempuh jalan yang benar, dengan hakikat kebuddhaan yang kita miliki, hati kita akan selalu seperti hati Buddha. Jadi, kita harus mampu menjaga hati Buddha kita dengan menapaki Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa harus ditapaki dengan benar dengan pikiran penuh syukur setiap waktunya.
Kita bersyukur bisa membangkitkan hati dan pikiran yang benar. Kita bersyukur bisa berinteraksi dengan sesama. Dengan hati yang penuh syukur, niat, pikiran, dan tindakan kita pun ikut menjadi benar. Jadi, saya ingin mengungkapkan rasa syukur saya pada kalian. Sedari pagi hingga malam, kita harus selalu bersyukur. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa dengan hati Buddha. Jadi, hendaknya pikiran kita selalu dipenuhi rasa syukur.
Mengembangkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin untuk membawa manfaat bagi dunia
Menciptakan berkah sebagai wujud balas budi kepada orang tua
Menapaki jalan yang benar dengan hati yang lapang dan pikiran yang murni
Tidak mengharapkan pamrih seperti Buddha
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 Februari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 17 Februari 2025