Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Welas Asih

(Dialok antara Master Cheng Yen dengan relawan Liao Ding-xing yang telah berusia 90 tahun).

Relawan Liao:Saya telah melakukan daur ulang selama 16 tahun. Saya melakukannya dengan penuh sukacita. Bersama Kakak Ye dan seorang relawan lainnya, kami masih bisa mengumpulkan 60 truk barang daur ulang dalam waktu sebulan.”

 Master Cheng Yen: “Sebulan?”

 Relawan Liao: “Betul. Kini ada belasan relawan yang melakukan daur ulang bersama kami. Meski sudah berusia 90 tahun, saya tetap melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Saya mendaki gunung pada pukul enam pagi dan melakukan daur ulang pada pukul delapan pagi.”

 Master Cheng Yen:Dalam hal ini, saya mengaku kalah.”

 Relawan Liao: Saya baru berusia 90 tahun, masih sangat sehat.”

 Master Cheng Yen: “Anda tidak terlihat seperti orang yang sudah berusia 90 tahun.”

 Relawan Liao: “Selama ini saya tidak pernah jatuh sakit. Ini semua berkat Master. Saya sangat berterima kasih kepada Master. Setiap hari, saya merasa sangat gembira. Saya keluar rumah pada pukul enam pagi untuk berolahraga dan melakukan daur ulang. Pada usia 90 tahun ini, saya masih sehat.”

 Master Cheng Yen:Baiklah, saya mendoakan kalian semua. Semoga senantiasa sehat seperti sekarang ini.”

 Relawan Liao: “Terima kasih.”

 Master Cheng Yen: “Barang daur ulang masih sangat banyak. Jadi, waktu untuk melakukan daur ulang tidak dibatasi. Kita cukup terus melakukannya saja. Lupakanlah usia kita.

 Relawan Liao: “Saya sudah melupakannya.”

 Master Cheng Yen:Lupakanlah usia kita dan terus lakukan daur ulang karena barang daur ulang sangatlah banyak.”

 Relawan Liao:Karena sering melakukan daur ulang, saya tidak pernah jatuh sakit. Saya sangat sehat. Lebih sehat daripada Master.”

 Master Cheng Yen: “Baguslah kalau begitu.”

 Mendengar bagaimana mereka bersumbangsih, saya sungguh sangat bersyukur. Para relawan daur ulang terus melakukan kegiatan daur ulang dengan sepenuh hati dan keteguhan tekad. Selain melakukan daur ulang, sebagian relawan juga bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng. Lebih dari 20 tahun yang lalu, Relawan Liao bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng (Komite Laki-laki) yang saat itu dinamakan Bao Quan. Kemudian, baru diganti menjadi Tzu Cheng. Jadi, Relawan Liao sudah lama bergabung ke dalam barisan ini, sudah hampir 30 tahun. Kini dia mengemban berbagai pekerjaan Tzu Chi.

 Relawan Liao:Sejak bergabung menjadi anggota Bao Quan, saya terus aktif hingga kini. Awalnya, saya menjadi relawan rumah sakit di RS Tzu Chi Hualien. Setelah RS Tzu Chi di Xindian mulai beroperasi, saya pun menjadi relawan di sana untuk mengantar rekam medis. Saya masih menjadi relawan di sana hingga kini. Kini, setiap hari Senin dan Selasa,saya tetap pergi ke sana.”

 

Master Cheng Yen: “Anda juga piket seperti relawan lainnya?”

Relawan Liao: “Ya.”

Selain relawan yang berusia 90-an tahun, juga ada relawan yang berusia 102 tahun. Meski sudah berusia 102 tahun, tubuh beliau sama sekali tidak bungkuk. Beliau masih bisa berdiri dengan sangat tegak. Saat berjalan, beliau juga tidak perlu dipapah.

“Saya ingin menunjukkan sebuah tata krama tradisional Tiongkok kepada Master. Terima kasih,” kata si nenek.

Saya mengerti, dalam tata krama Tiongkok, gerakan tadi berarti terima kasih. Beliau juga berterima kasih kepada para bhiksuni dari Griya Jing Si.Beliau sangat ceria. Beliau menunjukkan tata krama tradisional seperti ini. Gerakan itu sungguh indah. Meski sudah berusia 102 tahun, pikiran beliau masih sangat jelas. Beliau bahkan mencurahkan perhatian kepada seorang relawan berusia 87 tahun. Beliau menulis sepucuk surat untuknya. Kini sudah jarang ada orang yang menulis surat.

Saya berkata, “Mengapa Anda tidak memperlihatkan surat itu kepada saya?” Beliau berkata, “Saya lupa membawanya.” Tidak apa-apa. Anda bisa menulis sepucuk surat untuk saya.

Tulisan orang yang berusia 100 tahun lebih akan saya simpan sebagai kenang-kenangan.”

“Master meminta Anda menulis sepucuk surat untuk beliau,” kata relawan.

“Baiklah, saya akan menulisnya saat tangan saya tidak gemetar,” jawab sang nenek.

“Menulis saat gemetar juga sangat baik. Saat gemetar, tulisan Anda akan semakin indah. Semakin berseni.”

“Tangan saya selalu gemetar seperti ini,” terang si nenek.

 “Saya suka tulisan Anda saat tangan Anda gemetar seperti itu.”

Ada juga seorang relawan lain yang menguasai berbagai bahasa. Dia sering kembali ke Griya Jing Si. Dia berkata bahwa Griya Jing Si dikunjungi banyak tamu asing. Setelah mendapati bahwa ada tamu yang berasal dari Korea, kini dia mulai belajar bahasa Korea. Meski sudah berusia 80-an tahun, dia masih sangat bersemangat. Dia sangat aktif dalam mengemban tugas relawan. Sering kali, saat tidak ada kegiatan, dia pun kembali ke Griya Jing Si. Dia bisa menjadi relawan rumah sakit, menjadi pelindung Dharma di Griya Jing Si, dan juga bisa melakukan daur ulang. Singkat kata, dia tidak pernah melewatkan kegiatan relawan.

Intinya, sejarah Tzu Chi yang diukir dengan cinta kasih sungguh sangat indah. Banyak hal yang harus kita syukuri. Untuk menapaki jalan Tzu Chi di dunia, kita harus membangkitkan kekuatan cinta kasih. Kalian seharusnya masih ingat bahwa menapaki jalan Tzu Chi di dunia berarti menapaki Jalan Bodhi dengan penuh welas asih. Jadi, jalan Tzu Chi di dunia adalah jalan yang kita bentangkan sendiri. Kita harus bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia dan menerapkan ajaran Buddha dalam keseharian.

Setiap relawan kita merupakan Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya. Setiap relawan memiliki cinta kasih berkesadaran. Mereka memahami kebenaran dan mengasihi semua makhluk. Karena itulah, mereka bisa menapaki jalan Tzu Chi di dunia dan bersumbangsih dengan penuh welas asih. Mereka dapat turut merasakan penderitaan orang lain. Dengan memiliki welas asih dan cinta kasih, barulah mereka bisa menapaki Jalan Bodhi. Inilah insan Tzu Chi. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, mereka akan segera muncul di sana. Jadi, insan Tzu Chi selalu muncul di berbagai tempat yang membutuhkan bantuan. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih.

Tadi pagi, juga ada dua korban luka-luka dalam insiden ledakan di Ba-xian Water Park yang datang untuk menemui saya. Sekujur tubuh mereka menderita luka-luka. Pakaian kompresi yang mereka kenakan benar-benar membuat mereka sangat tidak nyaman. Saya sangat berterima kasih kepada para insan Tzu Chi yang memberikan penghiburan dan membawa kekuatan cinta kasih ke berbagai rumah sakit. Insan Tzu Chi menuju 57 RS untuk bersumbangsih. Untuk pasien yang telah keluar dari RS, insan Tzu Chi mulai mengadakan kunjungan kasih ke rumah mereka. Ini karena luka batin para korban luka-luka lebih berat daripada luka fisik mereka.

Berhubung para korban luka-luka merupakan anak muda, maka untuk membuat mereka menerima luka fisik mereka dengan lapang hati merupakan hal yang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Karena itu, kini insan Tzu Chi terus memperhatikan para korban luka-luka di berbagai wilayah di Taiwan.

Tadi pagi, saat menyentuh tangan seorang korban luka-luka, saya mendapati bahwa pakaian kompresi sangat ketat dan membuatnya tidak nyaman. sangat ketat dan membuatnya tidak nyaman. Karena itu, kini kita berusaha untuk mengembangkan pakaian kompresi yang tetap ketat tetapi juga tembus udara. Saya berharap pakaian kompresi yang sedang kita kembangkan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan para pasien seperti yang dirasakan oleh pasien ini. Dia berkata bahwa setiap kali mengganti obat dan melepas pakaian kompresi itu, lukanya selalu terbuka kembali. Saya berharap pakaian kompresi baru dapat meringankan penderitaan mereka.

Singkat kata, yang paling mengkhawatirkan adalah batin mereka tidak dapat pulih. Kita membutuhkan orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran untuk membantu mereka membentangkan sebuah jalan yang lapang dan tanpa keakuan.


Para relawan lansia memiliki tekad yang tak tergoyahkan

Mengukir sejarah Tzu Chi dengan cinta kasih

Mengembangkan pakaian kompresi dengan rasa empati untuk meringankan penderitaan pasien

Menapaki Jalan Bodhi dengan penuh welas asih


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 September 2015

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -