Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa untuk Membina Berkah dan Kebijaksanaan
Tujuan utama saya adalah ingin melakukan hal yang baik. Jika punya saya sesuai maka orang lain bisa tertolong. Berkesempatan menolong orang lain seperti sedang menolong diri sendiri. Ini karena kita semua di planet yang sama dan layaknya satu keluarga besar. Dengan ikut mendaftarkan diri, kita memberi kesempatan kepada pasien. Kita bisa menyelamatkan satu nyawa tanpa membahayakan tubuh sendiri.
Buddha pernah mengulas tentang mampu merelakan kepala, mata, sumsum, dan otak. Lihat, inilah kebijaksanaan Buddha. Kita harus meyakini kebijaksanaan Buddha. Di dalam tubuh manusia terdapat misteri yang sangat dalam. Untuk menemukan sumsum tulang yang cocok di antara puluhan ribu orang bukanlah hal yang mudah. Meski tidak memiliki hubungan darah, tetapi sumsum tulang kita bisa menyembuhkan orang yang sesuai. Inilah ajaran Buddha.
Ajaran Buddha juga mencakup pengetahuan. Di zaman yang modern ini, seiring dengan perkembangan medis dan teknologi, orang-orang menggunakan pengetahuan untuk membuktikan kebenaran dari ajaran Buddha. Manusia mampu membuktikan apa yang diajarkan oleh Buddha. Jika tidak orang yang melakukan sosialisasi donor sumsum tulang, meski kita memiliki teknologi yang canggih, itu juga tidak berguna. Karena itu, Bodhisatwa dunia sangatlah penting.
Demi mengajak orang untuk donor sumsum tulang, dibutuhkan usaha keras dari banyak orang. Relawan Tzu Chi sangat bijaksana. Mereka merendahkan hati dan melepaskan status diri untuk mensosialisasikan donor sumsum tulang. Saya sungguh kagum kepada mereka. Mereka bekerja keras demi mendukung Bank Data Sumsum Tulang Tzu Chi. Para relawan Tzu Chi sungguh adalah Bodhisatwa dunia.
Bodhisatwa bukanlah patung yang diukir dari kayu atau terbuat dari tanah liat, melainkah adalah manusia. Dengan semangat ajaran Jing Si, kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Lewat praktik Mazhab Tzu Chi, kita menanamkan benih kebajikan di dunia. Lihatlah, bukankah kalian semua adalah butir-butir benih kebajikan?
Setiap relawan senior sangat giat menggarap ladang berkah. Para relawan senior bagaikan petani penggarap ladang berkah di dunia. Kalian semua adalah hasil bimbingan dari sekelompok relawan senior. Setelah datang ke sini, lingkungan di sini telah menarik perhatian kalian. Lingkungan ini bisa tercipta berkat kerja keras dari banyak relawan. Setiap badan misi dari Empat Misi Tzu Chi tidak kekurangan satu orang pun dari kalian. Kini Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Jika tanpa mereka dan kalian, bagaimana mungkin kita memiliki lingkungan seperti ini?
Sekarang kita berada di era kemunduran Dharma. Pikiran manusia yang kacau membuat empat unsur alam menjadi tidak selaras dan bencana akibat ulah manusia pun terjadi silih berganti. Saya berharap semua orang yang telah bergabung dengan Tzu Chi dapat menyadari hal-hal yang tengah terjadi di dunia.
Saya melewati keseharian dengan sibuk. Ini karena saya memanfaatkan setiap detik dengan sangat baik. Di pagi hari, saya berjalan cepat ke ruang makan untuk sarapan. Sesungguhnya, saya tidak tahu rasa makanan saya. Entah makanan saya asin atau manis, saya tidak tahu. Seusai makan, saya segera pergi ke ruang baca untuk menonton siaran berita pagi. Siaran berita di pagi hari memberi tahu saya tentang kejadian di dunia pada hari sebelumnya.
Bodhisatwa sekalian, di dalam Empat Misi Tzu Chi, misi budaya humanis sangatlah penting. Hanya manusialah yang dapat membabarkan Dharma dan hal-hal yang terjadi di dunia. Ajaran Buddha menjelaskan tentang hal-hal yang terjadi di dunia dan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Saudara sekalian, kita harus menggenggam waktu dengan baik. Belakangan ini saya sering berkata bahwa tidak ada waktu lagi karena setiap hari saya merasa waktu saya tidak cukup. Dunia ini bagaikan rumah yang tengah terbakar. Kita harus tahu bahwa akibat benih kegelapan batin, kini kita harus menerima konsekuensinya. Kini “rumah besar” ini tengah mengalami kerusakan. Artinya, empat unsur alam menjadi tidak selaras dan bumi yang mengalami kerusakan. Orang yang terkena dampak bencana membutuhkan curahan cinta kasih dari orang-orang di seluruh dunia. Kita harus saling menyemangati.
Janganlah kita meremehkan kekuatan yang kecil. Karena itu, kita harus membangun tekad dan ikrar luhur karena saat kegelapan batin terbangkitkan maka akan tercipta karma kolektif yang berkekuatan besar. Inilah yang disebut efek kupu-kupu. Saat seekor kupu-kupu kecil mengepakkan sayapnya maka akan tercipta dampak yang sangat besar. Intinya, saya berharap semua orang bisa memanfaatkan waktu dan menyerap Dharma ke dalam hati.
Belakangan ini, saya terus mengingatkan setiap orang untuk menyerap Dharma ke dalam hati agar jiwa kebijaksanaan dapat bertumbuh. Setelah datang ke dunia ini, janganlah kita pulang dengan tangan kosong. Inilah harapan saya kepada semua relawan Tzu Chi. Setiap pagi, saya juga mengerahkan tenaga saya untuk memberikan ceramah. Namun, apakah kalian bisa menerimanya?
Belakangan ini, saya sering berkata bahwa saya sedang membalas budi kalian. Kalian bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan segenap tenaga, bagaimana saya membalas budi kalian?
Hanya dengan berbagi ajaran Buddha. Jika kalian tidak menerimanya maka saya akan merasa bersalah karena Dharma yang saya babarkan tidak sesuai dengan kalian. Karena itu, kalian enggan mendengar dan menerimanya. Jadi, jika kalian tidak menerima Dharma maka saya akan merasa bersalah pada kalian. Saya berharap kalian dapat mendalami Dharma. Bukan demi alasan lain, hanya berharap jiwa kebijaksanaan kalian dapat bertumbuh.
Kita harus meyakini kebijaksanaan Buddha. Semoga kalian dapat lebih bersungguh hati untuk mendalami Dharma. Penyebab timbulnya kegelapan batin adalah cinta dan rasa benci yang melekat serta kondisi sekitar. Kegelapan seperti ini dapat menimbulkan rasa cinta, dendam, dan benci sehingga terciptalah karma buruk dan pertikaian antarsesama. Inilah awal mula dari terciptanya karma buruk. Dengan mendengar Dharma, barulah kita dapat melenyapan kegelapan batin.
Membabarkan dan mempraktikkan Dharma di dunia
Relawan Tzu Chi mensosialisasikan donor
sumsum tulang
Dunia ini bagaikan rumah yang tengah
terbakar
Tekun dan bersemangat mendengar Dharma untuk melenyapkan kegelapan
batin
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 September 2019