Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa untuk Menolong Semua Makhluk yang Menderita
Selama Tahun Baru Imlek, sekelompok demi sekelompok relawan Tzu Chi dari luar negeri kembali ke Griya Jing Si. Saat berada di sini, mereka berbagi kesan dan pengalaman tentang bagaimana mereka membantu orang yang menderita di negara tempat tinggal mereka. Jadi, selama Tahun Baru Imlek, kita dapat mendengar tentang bagaimana mereka membawa harapan bagi dunia.
Kita juga bisa melihat Pemberkahan Akhir Tahun di Malaysia. Dalam 15 sesi, hadir lebih dari sepuluh ribu orang. Ada beberapa penerima bantuan berbagi tentang bagaimana Tzu Chi membantu mereka. Contohnya kisah Bapak Yang ini. Dia pernah menjadi koki. Saat kariernya sukses, dia minum minuman keras, berjudi, dan sebagainya. Namun, tiba-tiba terjadi perubahan dalam hidupnya. Dia menderita penyakit dan disaat yang sama juga mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga mengalami keterbatasan gerak. Saking terpuruknya, dia bahkan tak memiliki uang untuk membeli popok. Dia hanya bisa menjemur popoknya, lalu menggunakannya kembali. Pada saat itu, dia selalu berkeluh kesah.
“Hati saya dipenuhi rasa benci. Saya beranggapan bahwa dunia ini banyak berutang pada saya,” ujar Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
Beruntung, dia masih memiliki jalinan jodoh baik. Temannya melaporkan kasusnya kepada Tzu Chi. Tzu Chi pun menerima kasusnya dan mulai memberi perhatian padanya. Insan Tzu Chi membantunya dengan satu syarat, yaitu dia harus menjalani cuci darah 3 kali seminggu.
“Saya menjalani cuci darah 2 kali seminggu karena sudah perlahan-lahan menyerah untuk menjalani pengobatan,” ucap Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
“Dia hanya menjalani cuci darah 2 kali seminggu saat itu sehingga di dalam tubuhnya terdapat toksin,” ujar Chen Hui-qiu, Relawan Tzu Chi.
“Insan Tzu Chi meminta saya untuk menjalani cuci darah 3 kali seminggu. Jika tidak, mereka tidak akan memberi bantuan kepada saya. Saya setuju. Saya bisa melakukannya. Ketika saya ingin pergi ke rumah sakit, mereka akan mengambil cuti untuk mengantar saya ke sana. Saya sungguh sangat tersentuh,” ungkap Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
Inilah Bodhisatwa. Mereka mengatur pekerjaan mereka dengan baik sehinggga bisa mengambil cuti untuk mendampanginya pergi berobat. Mereka melakukan ini dalam jangka waktu panjang. Ini membuat Bapak Yang lebih tersentuh lagi. Kesehatannya sudah perlahan-lahan pulih. Insan Tzu Chi juga mendorongnya untuk melakukan daur ulang.
“Saya sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang telah mendorong saya melakukan daur ulang. Sekarang saya sudah bisa mengangkat barang dan bisa mandi sendiri. Dahulu, tangan saya tidak dapat diangkat,” kata Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
Insan Tzu Chi memiliki kebijaksanaan untuk mendorongnya melakukan daur ulang. Dengan melakukan daur ulang, dia menjadi ada teman serta dapat melatih otak dan tangannya.
“Setelah mengenal Tzu Chi, saya telah belajar melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin dahulu saya telah melakukan banyak perbuatan buruk. Intinya, ini adalah buah karma saya. Saya menerimanya dengan damai. Sungguh, di dalam masyarakat ini, tidak ada orang yang berutang pada saya, tetapi saya yang berutang pada masyarakat ini,” ujar Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
Dia juga beranggapan bahwa meski dibantu oleh orang lain, dia juga memiliki kemampuan untuk membantu orang lain.
“Sekarang saya tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Uang saya adalah pemberian orang lain. Namun, saya berpikir setiap bulan saya bisa tidak makan sehari agar bisa menghemat 5 ringgit. Saya merasa ini sangat bermakna. Jadi, ketika merasa lapar, saya juga sangat senang karena saya dapat berkontribusi bagi masyarakat. Terima kasih atas bimbingan dan energi positif dari relawan Tzu Chi sehingga saya dapat memahami kebahagiaan dalam kehidupan. Ternyata bahagia itu sangatlah sederhana, tidak harus memiliki banyak uang. Dengan membantu orang lain, kita akan merasa bahagia,” ungkap Yang Jin-biao, Penerima bantuan Tzu Chi.
Sekarang dia merasa sangat damai karena dia telah membebaskan diri dari penderitaan dengan bersikap penuh pengertian. Ini berkat para relawan yang memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin untuk merangkul semua orang di dunia. Dengan berlapang hati, kita dapat berinteraksi dengan orang dengan hati yang murni. Mereka memiliki hati yang lapang.
Bodhisatwa Tzu Chi selalu mengasihi tanpa mementingkan jalinan jodoh. Setiap kali ada orang yang membutuhkan, mereka akan memberi bantuan dengan sepenuh hati. Tak peduli seberapa sulit berinteraksi dengan orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi selalu memberi perhatian dengan kesabaran dan cinta kasih. Mereka mempraktikkan Enam Paramita, yaitu dana, disiplin moral, kesabaran, dll. Lihatlah kasus Bapak Yang ini, penampilannya yang dahulu sudah sangat berbeda dengan sekarang. Ini karena insan Tzu Chi memiliki hati yang lapang dan memberi perhatian padanya dengan kesabaran dan cinta kasih. Dengan hati yang lapang, mereka dapat menoleransi sikap Bapak Yang yang awalnya tidak percaya pada mereka. Jika tidak memiliki hati yang lapang, mereka tidak dapat membantu Bapak Yang mengubah kehidupannya. Hanya dengan hati yang lapanglah, kita dapat membimbing semua makhluk.
Semua relawan kita memiliki hati yang murni dan tulus dalam membantu orang. Saat seseorang membutuhkan bantuan kita, kita harus mengatasi amarah kita dan membimbing mereka dengan hati yang tenang, sabar, dan lapang hati. Tidak peduli bagaimana kasusnya, mereka dapat menanganinya. Demikianlah sikap relawan kita dalam menghadapi kasus seperti ini. Berkat sekelompok relawan Tzu Chi yang berlapang hati ini, dia menjadi mengerti untuk bersyukur. Relawan kita tidak hanya membimbing dia untuk bersyukur, tetapi juga membimbing dia untuk tahu berpuas diri lewat berbagai cara dalam keseharian. Sekarang dia sudah memiliki rasa puas diri dan bisa berdonasi walaupun sedikit. Relawan kita juga membimbing dia untuk bersikap penuh pengertian bahwa masyarakat tidak berutang padanya, melainkan dia yang berutang kepada masyarakat. Jadi, sekarang dia harus membina diri sendiri agar bisa membantu orang lain.
Inilah cara kita membimbing orang. Kita membimbing orang untuk berpuas diri, bersyukur, penuh pengertian, dan berlapang hati. Asalkan bersungguh hati menyerap Dharma ke dalam hati, kita juga bisa terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk. Kita harus mengubah tabiat buruk kita setiap saat dan segera melakukan perbuatan baik karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Saya harus mengubah tabiat buruk saya. Kita harus mengubah tabiat buruk kita setiap saat, melakukan perbuatan baik, dan bertutur kata baik. Saya berharap semua orang dapat melakukannya. Dengan demikian, dunia ini akan lebih indah.
Bodhisattva muncul untuk menolong semua makhluk yang menderita
Memiliki kelapangan hati, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Membantu orang dengan tulus dan mengatasi amarah
Menyerap Dharma ke dalam hati dan membimbing semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Februari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Februari 2019