Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa yang Dibentangkan Sesuai Sutra
Lebih dari dua bulan yang lalu, saat berkunjung ke Taipei, saya berkata bahwa jangan melupakan tahun itu, orang-orang itu, dan tekad saat itu.
Ada relawan yang berbagi tentang SARS (Severe Acute Respitory Syndrome: sindrom pernapasan akut) yang merebak pada tahun 2003. Mendengar tentang SARS, sel otak saya tiba-tiba aktif. Saat itu, semua orang takut saat mendengar tentang SARS.
Pada tanggal 14 Maret 2003, muncul kasus SARS pertama di Taiwan. Pada tanggal 22 April, banyak orang yang terjangkit SARS di Rumah Sakit Hoping, Taipei. Karena itu, pada tanggal 24 April, rumah sakit itu ditutup.
Pada tanggal 25 April yang bertepatan dengan tanggal 24 bulan 3 Imlek, saya ingat bahwa usai kebaktian Sutra Bhaisajyaguru, kita mendengar kabar tentang Rumah Sakit Hoping dan segera menghubungi insan Tzu Chi Taipei untuk mendirikan Pusat Koordinasi SARS guna membantu rumah sakit itu.
Berhubung pihak lain tidak diizinkan masuk maka insan Tzu Chi yang bertanggung jawab mengantarkan barang ke rumah sakit. Insan Tzu Chi bahkan menyediakan nasi kotak vegetaris. Selama SARS merebak, insan Tzu Chi bergerak untuk membantu. Ini sangat menyentuh.
Setiap orang merasa tidak aman dan tegang. Orang-orang yang pernah membesuk pasien juga tidak boleh meninggalkan rumah. Selama hampir dua bulan, insan Tzu Chi mengantarkan nasi kotak vegetaris yang hangat dari rumah ke rumah setiap hari. Inilah sejarah 16 tahun yang lalu. Banyak orang yang telah melupakannya. Namun, ada pula orang yang mengingatnya dengan jelas karena turut berpartisipasi saat itu.
Saat itu, semua orang merasa takut saat mendengar tentang SARS. Namun, insan Tzu Chi yang penuh kehangatan dan cinta kasih rela membahayakan diri demi bersumbangsih. Ada seorang relawan kita yang menulis surat terakhir untuk keluarganya.
“Dalam surat, saya berkata, seandainya Ibu terjangkit SARS dan membuat kalian dikarantina, tolong jangan menyalahkan Tzu Chi karena Ibu banyak belajar dari Master dan paling suka menjalankan Tzu Chi. Kalian harus bangga pada Ibu,” kata Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.
Demikianlah isi surat terakhirnya. Setelah dia berbagi, relawan lain berkata bahwa mereka juga berbuat demikian. Ada pula seorang dokter yang berkata bahwa selama dua bulan lebih, dia tidak menghubungi keluarganya sehingga ibunya sangat khawatir.
“Saya sangat bersyukur kepada ibu saya. Ada yang bertanya padanya, ‘di mana putramu’? Dia berkata, ‘Jika masih hidup, dia seharusnya ada di rumah sakit. Aneh sekali, belakangan ini dia tidak menelepon. Sebelumnya dia menelepon setiap hari’,” cerita Luo Qing-hui, mantan Kepala Penanggulangan SARS Rumah Sakit Umum Songshan.
“Suatu hari, dia sangat gembira karena melihat saya di televisi. Dia berkata, ‘ternyata putra saya masih hidup’. Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi yang mendampingi saya sehingga saya bisa bertahan. Pada masa-masa sulit itu, tanpa insan Tzu Chi, saya mungkin tidak bisa bertahan,” kata Luo Qing-hui lagi.
Pada periode itu, rumah sakit ditutup, para dokter dan perawat juga tidak boleh meninggalkan rumah sakit. Mereka merawat pasien di rumah sakit dan tidak boleh pergi ke mana-mana. Ini merupakan isu yang menegangkan saat itu.
Di aula kebaktian Kantor Cabang Tzu Chi Kaohsiung, dipasang banyak mesin jahit. Kita mengumpulkan kain-kain antibakteri. Para relawan yang bisa menjahit berkumpul di sana untuk menjahit barang-barang yang diperlukan. Sementara itu, dimulai dari Taipei, insan Tzu Chi mengadakan acara doa bersama sebanyak 3.600 sesi. Lebih dari 200.000 orang hadir dan berdoa dengan tulus. Inilah yang pernah kita lakukan.
Janganlah kita melupakan tahun itu. Mulai sekarang, marilah kita menjadi saksi sejarah bagi zaman sekarang dan menulis sejarah bagi umat manusia dengan mengenang hal-hal besar yang terjadi pada tahun tertentu, bagaimana insan Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis serta untuk bersumbangsih, berapa banyak orang yang bergerak, dan apa yang dilakukan oleh tim relawan di komunitas kita.
Demikianlah Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa bukanlah sekadar rupang, melainkan orang-orang yang bersumbangsih secara nyata di dunia. Kita menyaksikan bahwa setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa yang dibentangkan sesuai Sutra.
Sebelumnya, telah terjadi banyak ketidakkekalan yang mendatangkan penderitaan. Kita hanya berharap semua makhluk terbebas dari penderitaan, tidak mengejar kebahagiaan pribadi. Bukankah ini yang disebut Bodhisatwa?
Jadi, Bodhisatwa sekalian, mulai sekarang, mari kita mengenang pengalaman kita. Jangan biarkan kenangan itu hilang. Nilai hidup kita ditentukan oleh apa yang kita lakukan setiap hari. Akumulasi detik demi detik dapat membentuk waktu. Waktu yang sudah berlalu merupakan saksi bagi nilai hidup kita. Jadi, mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.
Jangan melupakan tahun merebaknya SARS
Menyediakan makanan vegetaris dan mengadakan acara doa bersama
Menyaksikan jejak langkah Bodhisatwa dunia
Membentangkan jalan sesuai Sutra dan melindungi masyarakat