Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa yang Lapang dan Lurus

Kisah-kisah yang dibagikan relawan kita penuh dengan Dharma. Kita mendengar pengalaman hidup mereka dan bagaimana mereka membentangkan jalan yang lapang setelah bergabung dengan Tzu Chi. Melihat para relawan kita memiliki arah dan menapaki jalan yang sama, saya sangat tersentuh.

Kita melihat seorang relawan dari Zamboanga, Filipina yang dahulu sangat gemar merokok. Akibatnya, kakinya memborok hingga akhirnya diamputasi satu per satu. Di Zamboanga, banyak penerima bantuan kita yang mengalami keterbatasan fisik. Karena itu, kita memasang prosthesis secara gratis bagi mereka. Yang membutuhkan prostesis semakin banyak sehingga aktivitas kita hampir sama dengan pabrik pembuatan prostesis. Kita membuatnya dengan sangat baik.


Kini, banyak penerima bantuan kita yang bisa hidup mandiri. Saya sangat tersentuh melihatnya. Ini telah dilakukan di Zamboanga selama lebih dari 20 tahun dan kita telah memiliki pusat pembuatan prosthesis dengan fasilitas yang memadai di sana. Di Zamboanga, kita juga mendirikan pusat kesehatan mata. Kita melihat seorang relawan yang penglihatannya kabur sejak kecil. Kita pernah menjalankan transplantasi kornea untuknya. Di masa mudanya kini, dia bisa melihat dengan jelas.

Singkat kata, demi membantu orang-orang yang menderita, kita mendirikan pusat kesehatan mata ini. Pelayanan di sana cukup menyeluruh. Ini juga di Zamboanga. Misi Tzu Chi telah dijalankan selama 20 tahun lebih di Filipina. Saya sangat bersyukur atas kesungguhan hati insan Tzu Chi Filipina. Pulau Bohol diguncang gempa bumi sekitar 4 atau 5 tahun lalu. Setelah itu, terjangan Topan Haiyan juga menimbulkan kerusakan besar. Insan Tzu Chi Filipina mengemban tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan di Tacloban, Ormoc, dan Palo agar warga bisa memulihkan sendi kehidupan, bahkan lebih sejahtera dari sebelumnya.


Yang lebih mengagumkan, banyak orang yang pikirannya terbuka. Selain berhenti merokok, mengonsumsi minuman keras, dan berjudi, mereka juga bergabung dengan Tzu Chi. Inilah yang disebut menyucikan hati manusia. Kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Mengenai beberapa tempat ini, kalian harus mengunjungi situs web Tzu Chi untuk mempelajari sejarah Tzu Chi. Di mana pun insan Tzu Chi berada, akan terbentuk kekuatan besar yang bermanfaat bagi orang yang menderita.

Di Vietnam dan Kamboja, kita pun telah menjalin jodoh sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Contohnya Kamboja. Saat itu, sangat sulit untuk masuk ke Kamboja. Namun, pemerintah setempat sangat berharap insan Tzu Chi bisa pergi ke sana. Mereka melindungi insan Tzu Chi yang berbuat baik dengan semangat kemanusiaan. Saat kita akan membagikan bantuan di pedesaan, militer setempat menggerakkan tank untuk membuka jalan. Ini karena saat itu, terdapat banyak ranjau darat di Kamboja. Mereka khawatir kendaraan kita akan melindas ranjau darat. Demikianlah perjalanan Tzu Chi yang penuh semangat kemanusiaan di Kamboja.


Perjalanan Tzu Chi di Kamboja pernah terputus beberapa waktu. Kini, relawan kita telah melanjutkan perjalanan tersebut. Kini relawan di Kamboja juga sangat tekun dan bersemangat. Semua orang sangat bersungguh hati. Insan Tzu Chi Vietnam juga sangat bersungguh hati. Berhubung negara ini sangat luas, maka relawan kita harus menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk menyalurkan bantuan. Untuk mencurahkan perhatian, mereka harus sangat bersungguh hati. Di sana, juga ada banyak relawan keturunan Tionghoa yang menghimpun kekuatan bersama.

“Master yang terkasih, para bhiksuni Griya Jing Si, dan para relawan Tzu Chi, Amitabha. Pada tahun 2016, saya berkesempatan kembali ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan. Saat itulah, saya mendengar ceramah Master. Setelah pulang ke Vietnam, saya mulai mencari ceramah Master di internet. Namun, saat itu saya tidak mengerti bahasa Mandarin dan hanya mengerti sedikit bahasa Inggris. Jadi, saya terpaksa menyalin teks bahasa Inggris dan menerjemahkannya dengan google. Meski menonton satu episode membutuhkan waktu empat jam, tetapi saya dipenuhi sukacita dalam Dharma,” tutur Ruan Yu-bi, relawan Tzu Chi.


“Kami pun berkumpul bersama untuk mendengar ceramah Master. Semua orang penuh semangat pelatihan. Setelah mengikuti ceramah Master, kami bisa semakin ulet, berani, dan kompak saat terjun ke masyarakat. Karena mengikuti ceramah Master, kini saya mengerti sedikit bahasa Mandarin. Saya juga mempelajari dialek Taiwan. Master, saya sungguh sangat mengasihi Master. Saya berikrar untuk menjadi insan Tzu Chi, mendengar Dharma setiap hari, serta mengajak lebih banyak orang mendengar Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa,” imbuhnya.

Saat saya memberikan ceramah dalam dialek Taiwan, mereka harus sangat bersungguh hati, baru bisa memahami setengahnya. Namun, dengan kesungguhan hati, mereka bisa berbagi pemahaman satu sama lain. Dengan begitu, mereka juga bisa menapaki jalan kebenaran di dunia. Kita bisa melihat kesungguhan hati mereka.


Kita juga melihat insan Tzu Chi Hong Kong dengan tulus mengunjungi banyak keluarga yang berada dalam kondisi yang rumit. Relawan kita menggunakan kebijaksanaan untuk mendekati dan membimbing mereka agar pikiran mereka dapat tenang dan perlahan-lahan menerima kondisi mereka. Kita membebaskan pikiran mereka dari “sangkar”. Apakah kalian mengerti? Kita membuka pikiran mereka. Memandang ke seluruh dunia, setiap orang memiliki pola hidup yang berbeda-beda.

Bodhisatwa sekalian, kita yang duduk di sini sangat dipenuhi berkah. Kita lebih kaya dari orang yang kaya materi karena memiliki kekayaan batin. Selain kekayaan batin diri sendiri, kita juga harus membangkitkan kekayaan batin orang lain.

Belajar hidup mandiri setelah dipasangi prostesis

Mengubah tabiat buruk setelah berpikiran terbuka

Mempelajari sejarah dan kegiatan Tzu Chi

Membangkitkan kekayaan batin diri sendiri sekaligus orang lain

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Juni 2018
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -