Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Kebenaran

Cuaca sungguh sangat dingin. Tahukah kalian penderitaan para tunawisma yang tinggal di pinggir jalan? Orang-orang yang hidup berada menikmati pemandangan salju, sedangkan orang-orang yang kurang mampu berusaha menghindar dari salju. Mereka tidak tahu harus berteduh di mana agar tetap hangat.

Kita dapat melihat para relawan Tzu Chi berusaha segenap tenaga untuk memberi bantuan. Para anggota TIMA dari Tainan juga turun ke jalan-jalan dan jalan bawah tanah untuk mengunjungi para tunawisma. Inilah semangat Bodhisatwa. Mereka terjun ke tengah umat manusia untuk mengantarkan kehangatan. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Di Kaohsiung, para anggota TIMA dan komisaris kehormatan berangkat ke Distrik Jiasian untuk melakukan kunjungan kasih. Mereka bukan hanya mencurahkan perhatian, tetapi juga membantu membersihkan rumah dan memberikan angpau untuk membawa kehangatan bagi penerima bantuan. Mereka sungguh memandang semua makhluk dengan cinta kasih dan welas asih yang setara. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Para anggota TIMA kita sungguh mengembangkan kemampuan dan kekuatan cinta kasih mereka. Seluruh staf dari RS Tzu Chi juga bergerak untuk bersumbangsih. Ini sungguh menyentuh hati. Sungguh, setiap orang hendaknya membangkitkan kehangatan. Jika manusia bersikap terlalu dingin, maka kondisi iklim bisa menjadi tak seimbang.

Saat cuaca sangat panas bagai kobaran api, itu karena kebencian manusia sangat besar. Saat api kebencian membakar, maka suhu udara di Bumi ini akan ikut meningkat. Suhu air di laut juga ikut meningkat. Kebencian mengakibatkan kondisi iklim menjadi tak seimbang. Kebodohan membuat manusia bersikap dingin terhadap sesama.

Lihatlah, gelombang arus dingin yang menerjang sekarang telah memecahkan rekor selama puluhan bahkan ratusan tahun terakhir. Cuaca kini sungguh sangat dingin. Singkat kata, suhu udara Bumi sudah tak seimbang.

Tahun 2015 lalu, Bumi mencapai suhu terpanas selama ratusan tahun terakhir. Menurut Biro Cuaca Pusat, di tahun 2016 ini, suhu udara akan semakin meningkat. Namun, di musim dingin sekarang ini, suhu udara menjadi lebih dingin dari biasanya. Sungguh, perubahan iklim sudah semakin ekstrem. Ada pula beberapa tempat yang tengah dilanda kekeringan parah. Contohnya Brasil dan Afrika Selatan.

Kekeringan yang melanda Afrika Selatan dikabarkan merupakan kekeringan terparah selama 110 tahun terakhir. Kekeringan itu telah mendatangkan bencana. Para warga kurang mampu setempat bahkan kesulitan membeli bahan pangan lokal, terlebih lagi bahan pangan impor? Dapat kita bayangkan penderitaan para warga kurang mampu.

Kita sungguh harus mengintrospeksi diri. Melihat kondisi iklim yang begitu tak seimbang, bagaimana boleh kita tak berintrospeksi? Bahkan seekor gorila bernama Koko juga menggunakan bahasa isyarat tangan untuk mengungkapkan perhatiannya kepada bumi. Tahun lalu, saat Konferensi Perubahan Iklim di Perancis, lewat sebuah video, Koko menggunakan isyarat tangan untuk menyampaikan, “Selamatkan Bumi. Waktu berjalan cepat. Cepat selamatkan Bumi. Alam sedang melihat kalian. Benahi Bumi. Terima kasih.” Ia bahkan bisa mengucapkan terima kasih. Ia sungguh gorila yang sopan dan cerdas. Manusia sungguh harus sadar. Jika tidak, maka konsekuensinya sungguh mengkhawatirkan.

Dalam perjalanan kali ini, saya bertemu dengan banyak orang yang bijaksana. Penderitaan terbesar manusia adalah saat menghadapi kematian, terutama saat kehilangan keluarga yang dikasihi.

Saat acara Pemberkahan Akhir Tahun di Aula Jing Si Fengyuan, salah seorang calon anggota komite kita, Relawan Song A-yuan yang telah menyemat pita bertuliskan “Hati Buddha, Tekad Guru” dan bersiap-siap untuk dilantik oleh saya, tiba-tiba mendapat telepon bahwa anaknya mengalami kecelakaan. Dia pun segera pergi ke rumah sakit. Dia merasa sangat kehilangan atas kepergian anaknya.

Relawan kita juga pergi ke sana untuk menghiburnya dan membantunya mengurus pemakaman anaknya. Ini terjadi saat saya berada di Fengyuan. Saat saya tiba di Qingshui, sang suami mendampinginya datang bertemu saya. Mereka terlihat sangat tenang dan damai. Ini semua berkat sekelompok besar saudara se-Dharma yang terus menghibur dan mendampingi mereka. Sungguh, saudara se-Dharma sangat penting.

Semua yang kita hadapi sekarang merupakan hasil dari naskah hidup yang kita tulis di masa lalu. Saat terjadi hal yang tidak diinginkan, kita tetap harus menerimanya. Kita juga harus berusaha keluar dari kesedihan. Janganlah kita terperangkap oleh kesedihan dan penderitaan. Lihatlah, mereka telah membuka hati dan keluar dari kesedihan itu. Daripada berlarut dalam kesedihan, mereka menggunakan kekuatan untuk bersumbangsih bagi sesama. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Hidup di dunia ini, kita harus bersumbangsih. Jika tidak, bencana di dunia ini akan semakin kerap terjadi dan kondisi iklim bisa semakin ekstrem. Kita harus menyucikan hati manusia dan merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia. Janganlah kita menjalani hidup sesuka hati. Kita harus berpacu dengan waktu. Koko juga berkata kepada kita bahwa kita harus cepat selamatkan Bumi karena waktu berjalan cepat. Saya juga sering berkata bahwa tiada waktu lagi. Kedua prinsip ini adalah sama. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.

Bodhisatwa dunia mengantarkan kehangatan di tengah cuaca yang dingin

Hendaknya berintrospeksi terhadap pikiran yang tak selaras

Seekor gorila yang cerdas mengajak orang-orang untuk turut melindungi Bumi

Melepaskan kesedihan dan ikut terjun ke tengah masyarakat

Sumber: Lentera Kehidupan tanggal 26 Januari 2016 - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 28 Januari 2016

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -