Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Sutra Teratai

Dalam telekonferensi dengan insan Tzu Chi Chongqing, Tiongkok, saya mendengar mereka berbagi tentang banjir besar di Tiongkok kali ini.

Pascabanjir, insan Tzu Chi segera melakukan survei bencana. Setelah melakukan survei, mereka segera memberikan bantuan. Mereka telah mengadakan tujuh kali pembagian bantuan. Namun, mereka juga terus melakukan survei bencana karena wilayah yang terkena dampak banjir sangatlah luas.

Di setiap kota dan kabupaten yang dijangkau, insan Tzu Chi langsung memberikan bantuan saat ada yang membutuhkan. Mereka masih berusaha untuk menjangkau tempat-tempat yang belum mereka jangkau.

Perjalanan mereka penuh kesulitan. Baik mengarungi banjir, naik perahu, mendaki gunung, maupun berjalan kaki, setiap langkah sangatlah sulit. Meski demikian, mereka bisa mengatasi kesulitan dengan saling mengasihi, saling menyemangati, dan saling mendukung.

Yang berjalan di belakang bisa membantu mendorong orang di depannya dan yang berjalan di depan bisa membantu menarik orang di belakangnya. Demikianlah mereka melangkah dengan mendukung satu sama lain. Mengapa mereka bersedia melakukannya?

Karena memiliki cinta kasih tanpa syarat serta perasaan senasib dan sepenanggungan. Karena bisa turut merasakan kepedihan dan penderitaan korban bencana, para relawan kita rela menempuh perjalanan yang sulit. Demikianlah mereka menapaki Jalan Bodhisatwa setelah mempelajari Sutra Teratai.

 

Murid-murid saya di Tiongkok mendengar Dharma dan mempraktikkannya. Saat menyalurkan bantuan bencana, mereka tetap mengikuti ceramah saya tanpa melewatkan satu hari pun. Mereka bukan hanya menunjukkan pemandangan di lokasi bencana dan menceritakan kondisi bencana pada saya, tetapi juga berbagi tentang pemahaman mereka dalam mendengar Dharma. Saya sungguh tergugah dan terharu. Rasa haru membuat saya tergugah.

Sutra Buddha mengulas tentang enam jenis getaran. Saat kita sangat terharu, kita akan merasakan getaran hingga hati kita tergugah.

Makhluk awam bisa menjalankan praktik Bodhisatwa secara menyeluruh, ini sungguh tidak mudah. Karena itulah, saya memuji para Bodhisatwa dunia ini. Jadi, mereka menerima setiap kata dan kalimat dari Sutra Teratai. Mereka mempelajari isi Sutra, menyerapnya ke dalam hati, dan menapaki jalan yang dibentangkan sesuai Sutra. Kita yang berada di sini juga hendaknya melakukan hal yang sama. Mereka merupakan teladan bagi kita.

Saat hidup kita dipenuhi berkah, kita harus senantiasa bersyukur dan memuji satu sama lain.

“Terima kasih atas cinta kasih yang Kakek Guru berikan pada saya sehingga saya bisa menjangkau orang-orang yang membutuhkan dan belajar bersumbangsih. Saya harap dapat menggunakan kekuatan saya untuk melindungi bumi ini dan menggunakan cinta kasih saya untuk membawa kehangatan bagi lebih banyak orang yang membutuhkan,” kata Yang Xue relawan Guizhou.

“Saat tiba di lokasi bencana, kami melihat ketidakselarasan unsur alam, juga melihat kekuatan alam. Kami juga menyadari bahwa obat mujarab untuk menyelamatkan dunia ialah ketulusan semua orang dalam mengasihi dan melindungi kehidupan. Mari kita bersyukur kepada langit dan bertobat kepada bumi,” kata Peng Xiaobin relawan Tzu Chi Changsha, Hunan.

 

Untuk menapaki jalan ini, kita harus mendalami Sutra Teratai. Berhubung telah menapaki jalan yang dibentangkan sesuai Sutra Teratai, kita harus menghargainya. Sungguh, kita harus mempraktikkannya, baru bisa memahaminya.

“Banjir kali ini membawa dampak bagi 16 daerah. Kita hanya memiliki 16 daerah dan semuanya terkena dampak banjir,” kata Shi Xiaomin wakil ketua Biro Urusan Sipil Huangmei.

“Kami sudah mengeluarkan modal, tetapi tidak bisa panen. Tidak untung, malah rugi. Semua pupuk dan bibit sudah terendam banjir,” kata Nenek Mao korban bencana.

“Semua bergantung pada cuaca. Jika cuaca membaik, hasilnya mungkin sedikit lebih baik,” kata Chen Xingshan korban bencana.

“Masih ada padi lambat yang bisa diselamatkan,” kata Yue Dan relawan Tzu Chi

“Kami sedang menyelamatkan padi lambat. Yang lain sudah tidak bisa diselamatkan. Padi yang terendam banjir sudah tidak berguna,” kata Chen Xingshan korban bencana.

“Ada sebuah hadiah kecil, lonceng keselamatan. Sebenarnya, saat ini, yang penting orang-orang selamat,” kata Yue Dan relawan Tzu Chi.

“Benar,” kata Chen Xingshan korban bencana.

“Yang penting masih hidup, benar tidak?” Yue Dan relawan Tzu Chi.

Kita telah melihat apa yang mereka lihat saat menyurvei kondisi bencana. Jika tidak terjun secara langsung, mereka tidak bisa melihatnya. Mereka tidak akan tahu tentang penderitaan di dunia. Mereka juga tidak bisa memahami bahwa hidup manusia tidak kekal dan bumi ini sangat rentan. Alam sangatlah rentan dan tidak kekal.

Berhubung telah terjun ke lokasi bencana, melihat secara langsung, dan memahami kebenaran, mereka sangat bersungguh hati.

 

Tujuan Buddha datang ke dunia ini tak lain ialah demi mengajarkan praktik Bodhisatwa. Inilah yang Buddha ajarkan saat datang ke dunia ini. Buddha hanya ingin memberi tahu kita bahwa kita harus memiliki pikiran yang jernih dan arah yang benar. Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan mendengar Dharma. Jika tidak membimbing diri sendiri di kehidupan sekarang, kapan lagi?

Kita sangat beruntung bisa terlahir sebagai manusia. Kita hendaknya bersyukur atas jalinan jodoh ini. Orang tua memberikan tubuh ini pada kita, kita hendaknya memanfaatkannya dengan baik untuk mewarisi ajaran Buddha. Kita mempraktikkan Dharma di dunia dan membentangkan jalan sesuai Dharma untuk membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah misi kita.

Bodhisatwa sekalian, berhubung telah memasuki pintu Tzu Chi, kalian harus membimbing diri sendiri di kehidupan sekarang dan membentangkan jalan sesuai Sutra Teratai. Sutra Teratai membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang. Sutra menunjukkan jalan. Jadi, semua orang harus bersungguh hati.

Sebagai umat Buddha, kita harus menerima Dharma serta senantiasa mengingat dan menghargainya. Kita harus mempraktikkan Dharma dan melapangkan hati hingga bisa merangkul semua orang. Kita harus menyemangati satu sama lain. Dengan mendukung pencapaian orang lain, kita juga akan memperoleh pencapaian. Dengan menjaga keselamatan orang lain, keselamatan kita juga akan terjaga. Contohnya dalam menyalurkan bantuan bencana.

Saat kita memberikan bantuan, jiwa kebijaksanaan kita juga bertumbuh. Saat menolong orang-orang yang menderita, kita harus melenyapkan noda batin kita. Dengan demikian, barulah kita benar-benar membawa manfaat bagi orang lain dan diri sendiri. Jadi, mari kita lebih bersungguh hati setiap waktu.

Melakukan survei dan memberi bantuan tanpa takut bekerja keras
Turut merasakan penderitaan orang lain
Menapaki jalan yang dibentangkan sesuai Sutra Teratai
Membawa manfaat bagi orang lain sekaligus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan diri sendiri

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Juli 2020      
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 02 Agustus 2020
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -