Ceramah Master Cheng Yen: Menaruh Harapan Besar terhadap Calon Dokter Humanis
Dalam upacara pengambilan sumpah, mahasiswa-mahasiswi kedokteran Universitas Tzu Chi angkatan ke-19 mengucapkan ikrar: “Kami bersumpah! Saat memasuki bidang medis, saya dengan sungguh-sungguh bersumpah untuk mendedikasikan segalanya demi melayani umat manusia. Saya akan memberi pelayanan medis berdasarkan hati nurani dan harga diri saya serta menjadikan kesehatan pasien sebagai prioritas saya. Saya akan berusaha semampu saya untuk menjaga nama baik dan tradisi mulia bidang medis. Saya tidak akan membiarkan agama, kewarganegaraan, ras, politik, status sosial, dan sebagainya memengaruhi tanggung jawab saya terhadap pasien.”
Kita bisa melihat anak-anak kita telah tumbuh dewasa. Mereka memilih profesi yang merupakan profesi yang mulia dan bisa membawa manfaat besar bagi dunia, yakni tenaga medis. Untuk menjadi tenaga medis, dibutuhkan keberanian. Tenaga medis merupakan profesi yang dibutuhkan di dunia ini.
Dalam ajaran Buddha, penderitaan terbesar di dunia ini tidak lain adalah penyakit. Saya sering berkata bahwa
di antara Delapan Ladang Berkah, mengobati
penyakit mendatangkan pahala yang sangat
besar karena berkaitan dengan kehidupan. Bukankah mahasiswa-mahasiswi kedokteran di sini terus melangkah maju dengan semangat untuk menjadi seorang dokter humanis? Mereka telah memasuki tahun kelima mereka.
Saat menggantungkan stetoskop di leher mereka, saya
mendoakan mereka dengan tulus. Saya juga
menanti untuk melihat setiap calon dokter
kita bermagang di rumah sakit. Ini merupakan proses pembelajaran yang sangat penting bagi mereka.
Di rumah sakit, mereka bisa melihat bagaimana para dokter memperlakukan pasien. Mereka juga bisa melihat penderitaan pasien dan bagaimana pasien memercayakan nyawa mereka kepada dokter. Proses pembelajaran ini mengutamakan rasa kemanusiaan. Rasa kemanusiaan adalah spirit dalam diri kita yang menentukan jalan hidup kita. Yang menentukan benar atau salah dalam pikiran dan pandangan kita adalah rasa kemanusiaan. Yang paling berharga dalam hidup manusia adalah rasa kemanusiaan.
Pada hakikatnya, manusia memiliki rasa kemanusiaan untuk membawa manfaat bagi sesama. Empat Misi Tzu Chi, semuanya
mementingkan rasa kemanusiaan, termasuk misi
amal. Di seluruh dunia, saat menyalurkan
bantuan, kita selalu melakukannya dengan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Kata-kata ini selalu
dipraktikkan oleh setiap orang dalam
menjalankan Empat Misi Tzu Chi.
Kita harus bersyukur karena berkesempatan untuk bersumbangsih. Dokter harus bersyukur kepada pasien karena pasien bagaikan buku pelajaran hidup. Belajar tidaklah berujung. Setiap pasien merupakan buku pelajaran hidup bagi dokter karena lewat pasien, para dokter bisa mempelajari banyak hal dan meningkatkan semangat misi mereka. Contohnya pusat cuci darah di Malaysia. Dengan hati penuh rasa syukur, kita memberikan pelayanan cuci darah sekaligus menyucikan hati pasien. Pasien kurang mampu bisa menjalani cuci darah secara gratis dengan fasilitas yang baik. Kita juga berusaha memahami kesulitan mereka sehingga bisa memberikan bantuan pada mereka. Dengan penuh rasa syukur dan hormat, kita berbagi prinsip kebenaran dengan mereka sehingga mereka bisa memahaminya.
Di Malaysia, ada banyak warga yang bukan umat Buddha, tetapi kita tetap bersumbangsih dan menghormati agama mereka. Sebagian pasien juga bergabung menjadi relawan. Mereka juga bisa bersumbangsih untuk menolong sesama. Sukacita yang mereka peroleh dengan menolong sesama membuat mereka terbebas dari kekurangan dan penyakit. Mereka terbebas dari kekurangan karena telah membangkitkan kekayaan batin untuk bersumbangsih bagi sesama. Inilah kekuatan cinta kasih.
Intinya, yang terpenting adalah rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Para dokter masa depan,
jika kalian bisa menyelami makna dari
kata-kata ini, kalian akan menyadari bahwa profesi pilihan kalian sangat bermakna. Calon dokter sekalian,
saat saya dengan tulus menggantungkan
stetoskop di leher kalian, saya juga menaruh banyak harapan pada kalian di dalam hati. Saya berharap kelak kalian
bisa menjadi dokter humanis. Ada banyak
pasien yang kesehatannya akan diletakkan di
pundak kalian. Ada banyak pasien yang bergantung pada kalian untuk memperoleh hidup yang berkualitas. Karena itu, sekarang kalian harus tekun belajar.
Kalian harus mengikuti perkembangan pengetahuan medis dan menyerap pendidikan yang diberikan oleh para mentor kalian. Setelah masuk ke rumah sakit, para profesor dan dokter senior akan menjadi mentor sekaligus teman yang mendampingi kalian. Saat mereka memeriksa pasien, kalian harus rajin bertanya. Dengan begitu, mereka akan membimbing dan berbagi banyak pengalaman dengan kalian.
Sungguh, kita mengerahkan segenap hati untuk membina tenaga medis yang baik. Perlu kalian ketahui bahwa para Silent Mentor yang kalian gunakan dalam kelas simulasi bedah adalah Bodhisatwa dunia. Saat masih hidup dan sehat, mereka mendukung saya mendirikan rumah sakit dan sekolah. Setelah meninggal dunia, mereka menyumbangkan tubuh mereka agar mahasiswa-mahasiswi kedokteran dapat belajar dengan tubuh mereka. Tidak peduli betapa banyak sayatan yang salah di tubuh mereka, satu-satunya harapan mereka adalah jangan ada satu pun sayatan yang salah di tubuh pasien. Perlu kalian ketahui bahwa di antara para Silent Mentor, sebagian besar merupakan murid saya yang baik. Mereka telah mendampingi saya melalui berbagai kesulitan. Jadi, kalian harus menghargai para Silent Mentor.
Kita telah memberikan segalanya dengan tulus dan sepenuh hati untuk mendukung kalian menjadi tenaga medis. Jadi, kalian harus bisa menghargainya dan bisa bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Inilah harapan terbesar saya.
Yang
paling berharga dalam kehidupan adalah rasa kemanusiaan
Menaruh
harapan besar terhadap para calon dokter humanis
Para
Silent Mentor menyumbangkan tubuh demi kepentingan medis
Memilih
profesi sebagai tenaga medis dengan berani
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina