Ceramah Master Cheng Yen: Mencapai Pencerahan dengan Niat Baik dan Pikiran Benar


Belakangan ini, berbagai wilayah di Tiongkok Daratan dilanda bencana. Insan Tzu Chi yang tidak terkena dampak bencana berkumpul untuk menyalurkan bantuan. Relawan kita yang aman dan tenteram memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan sehingga memahami bahwa korban bencana tengah mengalami kesulitan. Karena itu, kita berinisiatif untuk memberikan penghiburan dan bantuan yang mereka butuhkan.

Kita bersumbangsih tanpa pamrih dan bersyukur memiliki jalinan jodoh untuk bersumbangsih pascabencana. Lewat bencana yang terjadi, kita bisa melihat ketidakkekalan dan penderitaan orang-orang.

Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat memberikan bantuan dan mereka menerima dengan kedua tangan mereka. Ini berkat adanya jalinan jodoh baik. Sesungguhnya, bantuan yang bisa kita berikan serta daerah yang bisa kita jangkau terbatas. Sebagian korban bencana tidak bisa kita jangkau dan kita tidak berdaya dalam hal ini.

Setelah bersumbangsih, kita memperoleh kedamaian, ketenangan, dan sukacita. Saat orang-orang yang menderita menerima barang bantuan yang dibutuhkan, mereka akan bersyukur atas cinta kasih ini. Mereka tidak akan merasa sendirian karena ada orang yang memperhatikan mereka. Cinta kasih di dunia ini dapat mendatangkan kehangatan.


Jadi, sesama manusia hendaklah berinteraksi dengan penuh cinta kasih. Namun, hanya memiliki cinta kasih tidaklah cukup. Buddha datang ke dunia ini dan terus mengajari orang-orang untuk menyadari prinsip kebenaran.

Ketidakkekalan bisa di lihat di mana-mana. Alam, perasaan antar manusia, tubuh manusia, kehidupan, dan segala sesuatu di dunia ini tidaklah kekal, termasuk manusia dan materi, semuanya tidak kekal dan terus mengalami perubahan yang tidak kita sadari.

Sungguh, seiring berjalannya waktu, kita mengalami penuaan. Setiap kali saya memikirkan usia, saya selalu teringat murid saya Cai Kuan. Meski sudah berusia 103 tahun, beliau tetap bisa berdiri dengan tegak dan menjalankan Tzu Chi.

Beliau berkata pada saya, "Saya bersyukur kepada anggota Tzu Cheng yang datang untuk menjemput saya”. "Berhubung sekarang saya tidak bisa pergi sendiri, mereka pun datang menjemput saya”. "Anggota komite juga datang mendampingi saya”.


Sesama saudara se-Dharma sangatlah dekat. Anggota komite kita sering mendampinginya dan anggota Tzu Cheng kita menjemputnya. Di dalam barisan relawan Tzu Chi, beliau sungguh merupakan permata. Beliau dan relawan lain berbagi dengan orang-orang tentang Tzu Chi dan bagaimana mereka mulai menjalankan Tzu Chi pada puluhan tahun lalu di Changhua.

Jadi, Bodhisattva sekalian, kita harus menggenggam waktu untuk mengakumulasi pencapaian kita. Lebih dari 50 tahun yang lalu, Tzu Chi berawal dari semangat celengan bambu. Semangat celengan bambu ini belum hilang hingga kini. Kini semangat ini dipraktikkan di seluruh dunia karena orang-orang memahami bahwa dari semangat inilah Tzu Chi berawal.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa janganlah kita meremehkan sesuatu yang kecil. Kita bisa melihat relawan Tzu Chi dari Changhua membawa sekantong kerajinan tangan berbentuk semut ke Griya Jing Si. Terbuat dari apakah semut-semut itu? Benih. Saya lalu berkata, "Lihatlah, saya sering berkata bahwa sebutir benih dapat bertumbuh menjadi tak terhingga.

"Sebutir benih yang di tanam akan bertumbuh menjadi sebatang pohon. Benih ini akan bertunas dan perlahan-lahan bertumbuh menjadi pohon besar. Pohon besar ini berasal dari sebutir benih kecil. Kita bisa melihat bahwa bagian kepala, dada, dan perut semut terbuat dari tiga butir benih. Kedua antena dan keenam kakinya juga terbuat dari benih. Begitu pula dengan kedua mata di atas kepalanya.


Alam semesta ini sungguh menakjubkan. Semua makhluk hidup di bumi ini menikmati cahaya matahari dan bulan yang sama. Cahaya bulan dan embun pada malam hari, cahaya matahari pada siang hari, dan air hujan menopang kehidupan semua makhluk di bumi ini.

Jadi, kehidupan sungguh menakjubkan. Bukan hanya manusia, hewan juga merupakan makhluk hidup. Lebah, ulat, nyamuk, dan sebagainya juga merupakan makhluk hidup.

Jadi, terdapat makhluk hidup yang tak terhitung dengan wujud yang berbeda-beda dan kehidupan yang berbeda-beda sesuai kekuatan karma masing-masing. Segala sesuatu tidak bisa dibawa pergi, hanya karma yang selalu menyertai.

Singkat kata, setiap orang hendaklah menggenggam waktu. Kita juga harus senantiasa menjaga niat dan pikiran kita agar tidak menyimpang. Kita harus senantiasa membina niat baik dan pikiran benar serta mempraktikkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.

Di kehidupan sekarang, jika kita terus mempraktikkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan tanpa menyimpang sedikit pun, maka di kehidupan mendatang kita pasti bisa menjadi Bodhisattva dunia dan menjalin jodoh baik dengan semua orang. Dengan jalinan jodoh baik, kita dapat memupuk berkah bagi dunia.

Alam menopang kehidupan semua makhluk
Menyadari bahwa dunia ini penuh dengan ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan
Cinta kasih membuat orang-orang tidak merasa sendirian
Mencapai pencerahan dengan niat baik dan pikiran benar    

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Juli 2021
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -