Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah, Berbuat Kebajikan, dan Menapaki Jalan Bodhisatwa


“Nomor relawan saya adalah 229. Saya bergabung dengan Tzu Chi saat berusia 28 tahun. Pada saat itu, saya masuk dalam tim ketiga dan melakukan survei kasus bersama Kakak Ketiga. Dahulu, ketika kembali ke Griya Jing Si, saya sering mendengar Guru De Ci mengatakan bahwa setelah pulang dari melakukan survei kasus, Master tidak berselera makan karena beliau sungguh tak sampai hati melihat orang-orang mengalami penderitaan,”
kata Wu Bi-tao relawan Tzu Chi.

“Saya selalu mengingat perkataan Guru De Ci dan berpikir bahwa meski kekuatan saya sangat kecil bagaikan sebutir pasir atau seekor kunang-kunang, tetapi saya berharap dapat membantu mengemban sedikit beban Master. Jadi, ketika kembali ke komunitas, saya dengan sungguh-sungguh mengajak satu per satu orang di komunitas untuk bergabung dengan Tzu Chi,” imbuh kata Wu Bi-tao.

Wu Bi-tao menambahkan “Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa saya benar-benar berpegang teguh pada tekad. Saya telah bersumbangsih selama 44 tahun. Tidak peduli seberapa besar kesulitan yang ditemui, baik dalam masalah pribadi maupun saat menjalankan Tzu Chi, saya selalu menggunakan ajaran Master untuk mengatasinya.

“Jika ada sesama relawan yang bertemu kesulitan dan ingin menyerah, saya akan berkata, ‘Janganlah kamu menyerah. Di mana kita dapat menemukan guru seperti Master?’ Saya juga akan berkata, ‘Master menguras energi setiap hari untuk berceramah. Bagaimana bisa kita menyerah? Kita seharusnya membantu mengemban beban Master. Dengan demikian, kita juga mengembangkan jiwa kebijaksanaan.’ Untuk itu, Master, saya sekali lagi mengungkapkan rasa syukur saya kepada Anda. Berkah terbesar dalam hidup saya adalah dapat bersumbangsih di Tzu Chi,” pungkas Wu Bi-tao.


Ketika melihat para Bodhisatwa lansia membagikan pengalamannya, saya pun berpikir bahwa 30 atau 40 tahun yang lalu, mereka masih sangat muda. Namun, 30 atau 40 tahun kemudian, tubuh mereka menjadi bungkuk, rambut mereka juga memutih. Tubuh mereka telah mengalami perubahan. Inilah yang disebut kehidupan. Jadi, saya selalu mengatakan bahwa kita seharusnya menggenggam kehidupan untuk bersumbangsih.

Belakangan ini, saya selalu memberi tahu kalian bahwa melakukan perjalanan kali ini merupakan cara saya untuk menggenggam waktu dalam kehidupan. Kehidupan tidaklah kekal. Sekarang, saya bisa melihat bagaimana kalian semua tidak rela mengakhiri jalinan kasih sayang kita sebagai guru dan murid. Saya juga sungguh tidak rela.

Dalam hidup ini, kita hendaknya bisa merelakan. Namun, rasa tidak rela inilah yang akan membawa kita kembali ke dunia ini. Dalam ajaran Buddha, kita melatih diri untuk mencapai pembebasan. Namun, sulit untuk merelakan jalinan kasih sayang ini. Jadi, bagaimana mungkin saya tidak kembali ke dunia ini di kehidupan berikutnya?

Sekarang, kita melihat banyak orang hidup menderita dan banyak bencana terjadi di seluruh dunia. Bencana, kemiskinan, dan kegelapan batin telah membawa penderitaan untuk banyak orang. Karena itu, bagaimana mungkin saya tidak kembali ke dunia ini? Orang-orang yang berjodoh dengan saya di kehidupan ini telah mempraktikkan apa yang saya katakan. Demikianlah jalinan jodoh.


Selama puluhan tahun terakhir, kita telah menjalin jodoh baik. Ini juga berkat jalinan jodoh kita di kehidupan lampau. Di kehidupan ini, kalian semua berjodoh dengan saya sehingga bersedia menerima dan mendengarkan apa yang saya katakan. Setelah mendengarkannya, kalian dipenuhi sukacita dan dapat melenyapkan kegelapan batin.

Perkataan saya sama seperti orang-orang dan tidak ada yang istimewa, tetapi kalian dapat menerima apa yang saya katakan, melenyapkan noda dan kegelapan batin, dan mulai berikrar untuk giat menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian telah terbimbing. Ini berkat jalinan jodoh di antara kita semua. Di masa lalu, kalian mungkin diliputi kegelapan batin dan kemelekatan. Namun, setelah mendengarkan perkataan saya, kalian melenyapkannya dan bersumbangsih dengan tekun dan bersemangat.

Saya menyebut seragam anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi sebagai jubah kelembutan dan kesabaran. Dalam Sutra Teratai dikatakan bahwa kita harus mengenakan jubah kelembutan dan kesabaran.

Saya pernah mendengarkan cerita tentang seorang anggota komite dan suaminya yang sering bertengkar karena hal-hal kecil. Suaminya berkata, "Jangan lupa, kamu sedang mengenakan seragam Tzu Chi." Sang istri pun menundukkan kepala dan berkata, "Benar." Setelah berpikir sejenak, dia kemudian berkata, "Kalau begitu, saya lepaskan dahulu seragamnya, baru kita berbicara lagi." Jadi, seragam kita mengingatkan kita untuk mempraktikkan kelembutan dan kesabaran.

Dalam kehidupan, selama kita bersikap lembut dan sabar, kita dapat melepaskan diri dari segala kerisauan. Terlebih lagi, kehidupan tidaklah kekal. Intinya, di dunia ini, ada yang datang dan ada yang pergi. Tiada seorang pun yang tahu berapa lama mereka dapat hidup. Hingga kini, saya sendiri pun tidak tahu. Yang saya tahu hanyalah berapa usia saya sekarang. Saya tidak tahu berapa lama lagi saya bisa hidup dan bisa hidup hingga usia berapa. Jadi, tiada seorang pun yang tahu panjang atau pendeknya usia kehidupan seseorang.


Dalam beberapa tahun terakhir, saya selalu mengatakan bahwa tidak peduli seperti apa kehidupan lampau kita, yang paling penting ialah kehidupan ini dan kehidupan berikutnya.  Jalinan jodoh timbul dan lenyap. Hal terbaik dalam kehidupan ialah mempelajari kebenaran. Di dunia ini terdapat banyak penderitaan. Karena itu, ketika mengalami penderitaan, kita hendaknya menerima dengan lapang dada. Bagaimanapun juga, orang-orang harus mendoakan dan memotivasi diri sendiri.

Tanpa bersumbangsih, kita tidak dapat menciptakan berkah. Makin banyak bersumbangsih, makin banyak pula berkah yang diperoleh. Jika kita hanya tahu untuk menikmati berkah setiap hari, kita akan menghabiskan berkah yang kita bawa ke kehidupan ini. Jika kita hanya menikmati berkah, berkah kita akan habis seiring waktu. Berapa banyak berkah yang masih tersisa? Apakah berkah yang dibawa ke kehidupan ini bisa bertahan hingga kita mengembuskan napas terakhir?

Jika kehidupan kita belum berakhir, tetapi berkah yang dimiliki sudah habis, kita akan sangat menderita. Jadi, kita harus menciptakan dan mengakumulasi berkah. Kita telah menciptakan berkah di kehidupan lampau. Jika kita dapat menciptakan berkah di kehidupan ini hingga embusan napas terakhir, kita dapat mengakumulasi berkah dan membawanya ke kehidupan berikutnya.

Dengan menghargai dan menciptakan berkah, kita dapat menikmati berkah di kehidupan ini dan membawa berkah ke kehidupan berikutnya. Jadi, kita harus menggenggam waktu dengan baik dan merenungkan apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan hari ini? Apakah kita sudah bertutur kata baik hari ini? Apakah kita telah menjalin jodoh baik dengan orang lain? Menjalin jodoh baik berarti menciptakan berkah. Jadi, dengan bersumbangsih, barulah kita dapat memperoleh berkah.

Harap kalian semua mendengar perkataan saya dan mengingatnya. Kali ini, saya banyak berbicara tentang prinsip kebenaran ini supaya semua orang memahami bahwa inilah yang saya ajarkan seumur hidup saya. Saya terus menginspirasi orang-orang untuk menciptakan berkah. Di kehidupan berikutnya, kita harus meneruskan jalinan jodoh baik kita dan menapaki Jalan Bodhisatwa bersama-sama. Jadi, saya sangat bersungguh hati. 

Guru dan murid memiliki jalinan jodoh yang mendalam dan ikrar welas asih yang sama
Memperbaiki diri dengan mempraktikkan kelembutan dan kesabaran
Menciptakan berkah, berbuat kebajikan, dan menapaki Jalan Bodhisatwa
Menggenggam jalinan jodoh dan meneruskannya di kehidupan berikutnya

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 20 April 2024
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -