Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah dan Mempraktikkan Kebajikan demi Membawa Kehangatan bagi Dunia


“Kami telah mendampingi Adik Qiu selama 5 tahun sekaligus menyaksikan ikatan mendalam antara anak dan ayah yang begitu mengharukan. Ayah dari Adik Qiu didiagnosis oleh dokter menderita penyakit langka, yaitu penyakit Wilson, yang menyebabkan ensefalopati, sirosis hati, dan koma hepatik. Berkali-kali ayahnya keluar masuk rumah sakit,”
kata Cai Li-xue, relawan Tzu Chi.

“Pada awal tahun 2024, dokter memberikan peringatan terakhir bahwa kondisi ayahnya sangat kritis dan membutuhkan transplantasi hati. Dengan penuh keberanian, Adik Qiu mendonorkan dua pertiga hatinya untuk sang ayah. Baginya, ini adalah kewajiban seorang anak,” pungkas Cai Li-xue, relawan Tzu Chi.

“Saya merasa bahwa sebenarnya, saya tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, yaitu menyelamatkan ayah saya. Saya berharap beliau dapat sehat kembali dan terus mendampingi kami. Awalnya, saya tidak begitu mengenal Tzu Chi. Namun, setelah keluarga kami berinteraksi dengan Tzu Chi, barulah saya menyadari bagaimana Kakek Guru memimpin insan Tzu Chi seluruh dunia untuk membantu begitu banyak orang yang membutuhkan,” kata Saudara Qiu, penerima beasiswa.

“Insan Tzu Chi selalu menjadi yang pertama untuk menjangkau berbagai belahan dunia dan membawa bantuan. Bahkan, ketika Bumi sedang tidak baik-baik saja, Tzu Chi mengajari kami untuk menjaga lingkungan dan menerapkan pola makan vegetaris,” pungkas Saudara Qiu.

Melihat anak-anak muda yang menjadi harapan masyarakat, saya merasa sangat bahagia. Tentu saja, saya bersyukur atas cinta kasih insan Tzu Chi yang tak pernah pudar. Mereka selalu membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk mengasihi anak-anak muda. Namun, ketidakkekalan dunia terjadi di mana-mana. Banyak keluarga yang menghadapi keadaan tak terduga karena ketidakkekalan. Kita tidak sampai hati ketika mendengar hal itu.


“Saat Adik Huang duduk di bangku kelas 5 SD, kedua orang tuanya berpisah. Sepulang sekolah, dia harus membantu menyiapkan makan malam, merawat neneknya, serta menjaga adik-adiknya. Ketika dia duduk di bangku kelas 1 SMP, neneknya terjatuh dan membutuhkan perawatan lebih sehingga ayahnya pun sepenuhnya merawat neneknya dan tidak dapat bekerja. Hal itu membuat kondisi ekonomi keluarganya makin sulit. Saat itulah, kami menjangkau keluarga ini dan mulai mencurahkan perhatian,”
kata Huang Yu-gui, relawan Tzu Chi.

“Tahun ini, saya adalah mahasiswa tahun kedua. Sejak usia 16 tahun, saya telah bekerja paruh waktu. Di saat-saat tersulit, saya pernah ingin meninggalkan keluarga ini, bahkan meninggalkan dunia ini. Namun, cinta kasih Mama Yu-gui menyelamatkan saya. Dengan penuh kesabaran, beliau mendengarkan keluh kesah saya serta mengajarkan cara menghadapi dan menyelesaikan masalah,” kata Saudari Huang, penerima beasiswa.

“Saat membantu membersihkan rumah penerima bantuan, saya melihat keluarga yang hidupnya jauh lebih sulit dari saya. Saat itulah, saya menyadari betapa beruntungnya saya. Saya sangat berterima kasih kepada semua yang telah membantu keluarga saya. Kakek Guru yang terhormat, saya telah menjadi anggota Tzu Ching. Saya akan berusaha untuk menjadi seorang Tzu Ching yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan,” pungkas Saudari Huang.

“Sekitar Tahun Baru Imlek, ayah dan nenek saya meninggal dalam waktu berdekatan. Dalam sekejap, kami kehilangan dua orang terkasih. Sejak itu, kondisi keluarga kami mulai menurun. Beruntung, ada perhatian dan bantuan dari para relawan Tzu Chi sehingga perlahan keluarga kami bisa bangkit kembali dan melangkah ke arah yang lebih baik,” kata Saudara Wang, penerima beasiswa.

“Saya telah menjadi anggota Tzu Ching selama 1 tahun. Saya berikrar untuk menjadi Tzu Cheng di masa depan, mengikuti jejak langkah Master, mencurahkan perhatian bagi semua makhluk, dan membebaskan mereka dari penderitaan,” pungkas Saudara Wang.


Mendengar kisah anak-anak seperti ini, saya merasa bahwa perubahan besar dalam keluarga atau kesulitan hidup membuat mereka makin memahami betapa berat perjuangan orang tua mereka. Karena itulah, anak-anak ini menjadi lebih dewasa.

Insan Tzu Chi memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dan mendampingi keluarga-keluarga seperti ini. Ini merupakan sebuah berkah. Dengan mendampingi mereka, kita telah membina insan berbakat bagi masyarakat. Mendampingi mereka juga merupakan sebuah berkah bagi kita. Hendaknya kita berbahagia karena telah membina insan berbakat bagi dunia.

Anak-anak sekalian, kalian memiliki jalinan jodoh yang baik untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah dengan kalian, tetapi bersedia mendampingi kalian dengan tulus. Hendaknya kalian menghargai jalinan jodoh ini. Mereka telah memberikan kasih sayang yang tak kalah dari orang tua kalian sendiri. Mereka mengasihi dan menjaga kalian dengan tulus. Ini adalah sebuah jalinan jodoh istimewa yang harus kita hargai.

Setiap hari, di sini, saya mendengar beragam kisah kehidupan yang berbeda. Setiap kisah yang saya dengar selalu menyentuh hati. Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa sulit untuk terlahir sebagai manusia. Setiap hari yang berlalu adalah bagian dari sejarah kehidupan kita. Oleh karena itu, hendaknya anak-anak muda dapat menulis buku harian.

Di dunia yang penuh kehangatan dan cinta kasih ini, kalian harus ingat bahwa suatu hari nanti, setelah kalian tumbuh dewasa dan sukses, kalian harus membawa manfaat bagi masyarakat. Insan Tzu Chi tidak mengharapkan balasan, tetapi masyarakat membutuhkannya. Waktu terus berjalan dan semua orang hidup bermasyarakat. Jika semua orang di dunia ini berbuat baik, dunia ini bisa disebut dengan tanah suci.

Namun, jika kejahatan terus menyebar dari satu orang ke orang lain, dampaknya akan tak terbayangkan. Oleh karena itu, kita mendampingi anak-anak muda dengan harapan mereka bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa, tahu berterima kasih, dan tahu membalas budi. Dengan demikian, masyakarat akan harmonis dan dunia akan terhindar dari bencana.


Kita harus menyadari bahwa bencana terjadi akibat ulah manusia. Bahkan, bencana alam pun merupakan akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk yang menciptakan energi buruk di masyarakat. Perubahan iklim yang terjadi pun disebabkan oleh energi buruk yang diciptakan semua makhluk. Energi langit, energi bumi, dan energi manusia sangatlah dibutuhkan.

Jika kita berbuat bajik, akan tercipta energi berkah. Energi berkah dapat menghalau bencana. Jika hati manusia lebih condong pada kejahatan dan ketamakan, masyarakat akan menjadi makin gelap. Oleh karena itu, hendaknya semua orang berbuat baik agar energi kebajikan dapat terus mengalir dan empat unsur alam menjadi selaras.

Saya sangat berharap generasi muda di masa depan dapat sungguh-sungguh menjalankan misi Tzu Chi dan membawa bantuan ke berbagai negara. Ada orang yang bertanya, "Mengapa Taiwan harus membantu negara lain?" Karena Taiwan dipenuhi berkah. Jika tidak bersumbangsih, kita tidak akan memperoleh berkah. Oleh karena itu, kita harus banyak berbuat baik. Kita yang hidup tenteram dan penuh berkah hendaknya menolong orang lain.

Bodhisatwa dan Anak Muda sekalian, meski saat ini relawan Tzu Chi sangat perhatian dan dekat dengan kita, kita harus ingat bahwa di masa depan, kita juga harus mendekati mereka yang membutuhkan bantuan di negara lain. Inilah yang disebut orang yang menciptakan berkah. Hanya ketika kita dipenuhi berkah, barulah kita dapat menciptakan berkah bagi orang lain. Demikianlah kita membawa kehangatan dan berkah bagi dunia.

Bersumbangsih dengan cinta kasih yang tak pernah pudar
Mencurahkan perhatian, melindungi, dan menghargai jalinan jodoh
Menciptakan tanah suci dengan berbuat bajik dan membalas budi
Keselarasan empat unsur alam adalah berkah bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Februari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 12 Februari 2025
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -