Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah Demi Kedamaian Dunia
“Terjun ke tengah masyarakat sangatlah penting. Kita harus melakukan persiapan yang matang, seperti membawa majalah bulanan Tzu Chi, baik versi bahasa Mandarin maupun Inggris. Lalu, kita juga harus membawa buku Kata Renungan Jing Si. Kita juga membawa celengan bambu. Kita meminta orang-orang untuk berdonasi setiap hari, tetapi tidak harus dalam jumlah besar. Namun, mereka harus berdonasi setiap hari, baik satu sen, lima sen, sepuluh sen, maupun dua puluh lima sen. Yang penting jangan sampai terputus. Ini agar mereka dapat terus menciptakan berkah tanpa terputus,” kata relawan Tzu Chi.
“Halo, apa kabar? Kami kembali untuk mengumpulkan isi celengan bambu. Terima kasih atas cinta kasih Anda. Sekarang kami akan menghitung jumlah donasi Anda, lalu memberi Anda tanda terima sementara. Ini karena kami harus melakukan pelaporan pajak atas setiap sen donasi yang kami terima. Tidak peduli jumlahnya besar atau kecil, donasi ini merupakan niat baik kalian. Jadi, kami harus mencatatnya dengan jelas. Ini tanda terima Anda. Terima kasih atas cinta kasih Anda. Semoga bisnis Anda berjalan lancar,” kata relawan Tzu Chi lainnya kepada seorang donatur yang juga pemilik toko.
Di Amerika Serikat, ada sepasang suami-istri yang mengenal Tzu Chi belasan tahun yang lalu. Tahun lalu, sang suami berikrar kepada saya. Pada tahun ke-40 berdirinya Tzu Chi, saya kembali mengingatkan orang-orang untuk tidak melupakan bahwa Tzu Chi berawal dari ibu-ibu rumah tangga yang setiap hari menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu. Tahun lalu, saat kembali ke Taiwan untuk mengikuti Kamp Pelatihan Fungsionaris 4 in 1, ia membangun sebuah ikrar. “Saya harus melakukan satu hal, yakni setiap hari memperkenalkan Tzu Chi kepada satu orang dan meyakinkannya untuk menjadi donatur saya. Namun, saya berpikir bahwa Master Cheng Yen biasanya akan meningkatkan target murid-muridnya. Jadi, saya rasa lebih baik saya melakukan lebih banyak hal. Karena itu, kelak saya akan memperkenalkan Tzu Chi kepada 5 orang setiap hari dengan harapan dapat menginspirasi lebih banyak relawan di Amerika Serikat. Tentu saja, segala sesuatu sulit pada awalnya. Dia juga mengalami banyak rintangan,” kata relawan tersebut. Seorang relawan lain menyarankannya untuk terus mempertahankan ikrarnya mengunjungi lima toko setiap hari, tetapi harus mengubah cara berinteraksi dengan mereka.
(situasi dalam wawancara dalam salah satu talkshow di Da Ai TV Taiwan)
“Mari kita berlatih. Anggap saja saya adalah pedagang buah. Lalu, kalian masuk ke toko saya. Ada yang bisa saya bantu? Pisang kami sangat enak, mau?” kata seorang pembawa acara di DAAI TV.
“Kami adalah relawan Tzu Chi,” kata relawan.
“Relawan Tzu Chi?” tanya pembawa acara.
“Benar,” jawab relawan.
“Ini majalah kalian? Lalu?” tanya pembawa acara.
“Hari ini, kami datang untuk memberikan pelayanan komunitas. Kami memberikan pelayanan medis dan pelayanan pelaporan pajak secara gratis. Kami juga memberikan bantuan amal. Jadi, jika Anda mengenal orang-orang yang kehilangan pekerjaan karena kondisi ekonomi yang buruk saat ini atau mengalami kecelakaan, Anda dapat menghubungi kami di nomor ini. Lalu, relawan kami akan menyurvei kondisi mereka dan memberikan bantuan yang mereka butuhkan,” kata relawan Tzu Chi menerangkan.
Dia berkata, “Jika ada orang yang membutuhkan, tolong laporkan kepada kami. Kami akan membantu mereka.” Jadi, dia berharap dengan adanya celengan bambu di toko-toko, para pemilik toko dapat setiap hari berdonasi sesuai keinginan mereka dan mengawali setiap hari dengan niat baik. Inilah cara mereka menyosialisasikan semangat celengan bambu.
Setiap hari, mereka menjangkau lima toko baru. Mereka juga kembali mengunjungi toko-toko itu untuk mengumpulkan isi celengan bambu. Saat mengantarkan celengan bambu dan tanda terima donasi, mereka juga berbagi tentang Tzu Chi. Lewat proses seperti ini, mereka perlahan-lahan mengakumulasi kepercayaan para pemilik toko terhadap Tzu Chi. Inilah yang disebut menginspirasi orang kaya untuk menolong orang kurang mampu. Dia melakukannya secara perlahan-lahan. Karena itulah, dalam waktu kurang dari setahun, Relawan Jia-zhang telah menginspirasi lebih dari 500 pemilik toko.
Jadi, dia berbagi tentang Tzu Chi sebanyak lima kali setiap hari. Alangkah baiknya jika setiap insan Tzu Chi dapat kembali membangkitkan semangat untuk berbagi dengan setiap orang tentang Tzu Chi. Tentu saja, dahulu, para anggota komite kita tidak pernah melewatkan satu pun kesempatan untuk berbagi tentang Tzu Chi. Jika kini setiap relawan dapat bertekad dan berikrar untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada lima orang setiap hari, bukankah setiap orang di masyarakat akan penuh cinta kasih? Membangkitkan cinta kasih setiap hari dapat membuat masyarakat menjadi harmonis. Menginspirasi orang kaya untuk menolong orang kurang mampu atau menginspirasi orang kurang mampu untuk membangkitkan kekayaan batin, seperti yang kita lakukan di Filipina, menunjukkan bahwa setiap orang mampu menolong sesama. Insan Tzu Chi di Afrika juga melakukan hal yang sama. Kekuatan Tzu Chi Filipina lebih besar lagi. Pascatopan Haiyan, insan Tzu Chi bersumbangsih di sana dan memberi tahu warga setempat bahwa mereka juga dapat menolong sesama. Himpunan amal kecil juga dapat digunakan untuk menolong sesama.
Di seluruh Kota Tacloban dan Ormoc, pola pikir warga setempat telah berubah. Dahulu, banyak orang yang tidak saling mengenal. Setelah Tzu Chi menyosialisasikan semangat celengan bambu, mereka memahami bahwa sesama manusia harus saling mengasihi. Karena itu, di seluruh kota, baik orang kaya maupun orang kurang mampu, semuanya berinteraksi dengan harmonis dan ramah. Inilah yang terjadi di Tacloban. Akumulasi koin demi koin juga dapat membentuk dana besar. Himpunan uang-uang kecil ini dapat digunakan untuk menolong lebih banyak orang.
Di Turki juga demikian. Saat pengungsi yang hadir dalam pembagian barang bantuan tidak ada dalam daftar penerima bantuan, apa yang harus relawan kita lakukan? Kita mulai mengimbau penerima bantuan untuk mempraktikkan semangat pola makan 80% kenyang dan semangat celengan bambu. dengan menyumbangkan sedikit barang bantuan yang mereka terima.
Lihatlah, setelah mereka menyumbangkan sedikit barang bantuan yang mereka terima, para pengungsi yang tidak ada dalam daftar penerima bantuan juga dapat menerima barang bantuan. Bukankah ini sama dengan menyisihkan 20 persen porsi makan untuk menolong sesama? Berkat himpunan sedikit demi sedikit sumbangsih, pembagian bantuan ini dapat berjalan lancar. Saat mendengar bahwa Tzu Chi akan memberikan beasiswa kepada anak-anak pengungsi, setiap orang berebut menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Berhubung tahu bahwa kita ingin membantu anak-anak itu kembali bersekolah, mereka pun turut menyisihkan koin ke dalam celengan bambu. Inilah ajaran kebajikan. Kita membimbing diri sendiri sekaligus orang lain. Setelah menyerap Dharma, kita mempraktikkannya di tengah masyarakat untuk menolong lebih banyak orang. Ini semua berkat akumulasi tetes demi tetes cinta kasih.
Di Beijing, Kakek Ma juga melakukan hal yang sama. Berkat insan Tzu Chi yang menjangkau keluarganya, membantunya membersihkan rumah, dan melakukan pendekorasian ulang, kondisi kehidupannya menjadi lebih baik. Subsidi bagi warga kurang mampu dari pemerintah sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Karena itu, hasil penjualan barang daur ulang dia sumbangkan kepada Tzu Chi. Orang kaya dapat beramal, orang miskin juga dapat beramal.
“Contohnya saya yang mengandalkan subsidi bagi warga kurang mampu. Dengan subsidi bagi warga kurang mampu saja, kebutuhan kami sudah bisa terpenuhi. Dengan mengumpulkan barang daur ulang dan menjualnya, saya bisa memiliki uang berlebih. Saya menyumbangkan uang berlebih ini sebagai wujud kontribusi saya. Saya ingin melakukan sedikit kebajikan,” kata Kakek Ma.
Ini merupakan lingkaran kebajikan dan kekuatan cinta kasih. Kita harus sungguh-sungguh mengembangkan cinta kasih kita. Kita cukup menyisihkan sedikit uang, tidak harus berdonasi dalam jumlah besar. Jika setiap orang berkesempatan untuk membangkitkan niat baik, barulah masyarakat kita bisa aman, tenteram, dan harmonis. Di dunia ini, hanya cinta kasihlah yang bisa menciptakan keluarga besar yang anggotanya tidak terbatas. Keluarga yang melakukan kebajikan pasti akan memperoleh berkah. Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Hidup di dunia ini, jika setiap orang dapat berbuat baik maka dunia akan damai dan tenteram.
Menyosialisasikan semangat celengan bambu dengan tekad dan ikrar yang teguh
Memperkenalkan Tzu Chi kepada lima orang setiap hari
Membangkitkan niat baik dan kekayaan batin semua orang
Berpuas diri dan membangkitkan cinta kasih untuk menolong sesama
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Oktober 2015