Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah dengan Bervegetaris


“Berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra kali ini, saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa kebajikan hendaknya dilakukan saja. Perlahan-lahan, segala sesuatu akan tercapai. Saat melakukan kebajikan, selain melakukannya, kita hendaknya juga menempatkan diri di posisi orang lain dan berpikir dari posisi mereka,”
kata Chen Yi-hong Partisipan pementasan adaptasi Sutra.

“Saat baru mengikuti latihan pementasan adaptasi Sutra, saya sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan guru. Setelah mendengarnya setiap hari, saya baru memahami ajaran Master. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya, barulah saya bisa berintrospeksi diri dan memperbaiki tabiat buruk saya. Selama pementasan adaptasi Sutra, setiap bagian membuat saya sangat tersentuh karena menyajikan kisah tentang Master yang selama bertahun-tahun ini bersusah payah maju selangkah demi selangkah untuk membimbing para relawan Tzu Chi menapaki Jalan Tzu Chi,” kata Yang Ya-yun relawan dalam pelatihan.

Sungguh, setelah melantunkan Sutra, kita menyerapnya ke dalam hati. Pementasan ini sungguh merupakan persamuhan Dharma. Ini bukanlah kegiatan, melainkan persamuhan Dharma yang penuh ketulusan.

“Saya adalah Huang Pei-ying dari Dajia. Ini adalah putra sulung saya,” kata Huang Pei-ying Partisipan pementasan adaptasi Sutra.

“Saya adalah Chen Pei-ti dari Dajia.”

“Ayah dan ibu mertua saya telah bertahun-tahun menjalankan Tzu Chi, tetapi kami baru belakangan ini lebih aktif di Tzu Chi untuk berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra. Jadwal latihan untuk wilayah Dajia adalah setiap malam Selasa dan Jumat. Berhubung menjadi guru di kelas merangkai bunga, ibu mertua saya harus mengajar sepanjang hari Jumat. Saya juga memiliki putri kedua. Putri sulung ini berusia 5 tahun, sedangkan putri kedua berusia setahun lebih. Jadi, saya menitipkan putri kedua pada ayah mertua saya dan membawa putri sulung ke Aula Jing Si saat mengikuti latihan. Suatu hari, saat pulang ke rumah, saya mendengarnya bernyanyi di kamar,” kata Huang Pei-ying.

“Hatinya hening dan jernih; tekadnya luas dan luhur.”

“Tidak lama kemudian, dia juga bernyanyi tentang Tabib Agung,” kata Huang Pei-ying.

“Tabib Agung dapat mendiagnosis penyakit dan memahami segala jenis obat untuk mengobati pasien.”

“Kemudian, ada isyarat tangan dari bab Pembabaran Dharma. Dia bisa memperagakannya sendiri. Kami tidak mengajarinya secara khusus, hanya terkadang membawanya ke Aula Jing Si saat mengikuti Latihan,” pungkas Huang Pei-ying.


Kita bisa melihat pada anak usia dini ini, akar Dharma telah tertanam dalam di hatinya. Dia bukan baru mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas sekarang. Dia adalah Bodhisatwa kita yang telah kembali. Dia kembali untuk menjadi Bodhisatwa dunia lagi.

Berhubung telah menanam benih di kehidupan lampau, dia bisa memiliki jalinan jodoh seperti sekarang. Jadi, selain karena bimbingan keluarga, para relawan muda juga memiliki jalinan jodoh untuk berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra dan memperoleh pemahaman darinya. Berhubung setiap anggota keluarga adalah insan Tzu Chi, mereka disebut keluarga Tzu Chi. Jadi, selain merupakan satu keluarga, mereka juga merupakan saudara se-Dharma yang memiliki silsilah Dharma yang sama.

Kita hendaknya menjaga setiap relawan dengan baik dan membimbing relawan yang lebih muda. Lihatlah, saat kita berbicara, Bodhisatwa cilik ini seakan-akan mengerti dan terus menganggukkan kepala. Ini sungguh menakjubkan. Saya sangat sukacita dan tersentuh. Berhubung memiliki jalinan jodoh untuk bergabung dengan Tzu Chi, mari kita bersungguh-sungguh mewariskan Dharma. Saya sering berkata bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, kita harus menyucikan hati manusia. Jika hati manusia tidak tersucikan, itu sungguh mengkhawatirkan.

Kini, perubahan iklim terjadi di seluruh dunia. Bencana yang melanda Nantou kali ini berpusat di wilayah pegunungan. Tentu saja, asalkan bisa dijangkau, insan Tzu Chi akan pergi untuk menenteramkan hati para korban bencana. Inilah yang lebih dibutuhkan. Namun, jika akses jalan terputus, janganlah kita memaksakan diri. Setelah kondisi jalan membaik dan aman untuk dilalui, barulah kita mengunjungi para korban bencana. Kalian harus mengutamakan keselamatan diri.


Kita juga melihat Guru Lin Shen. Pascagempa 921, saat ingin melaporkan kepada saya tentang kondisi bencana di suatu wilayah, dia selalu berlutut. Dia bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus di sana. Kebetulan, ada orang yang memotretnya saat itu. Jadi, momen itu bisa diabadikan. Dia juga berdoa dengan tulus semoga warga setempat dapat memperoleh bantuan. Dia sangatlah tulus.

Belakangan ini, saya setiap hari berkata bahwa kita harus berhati tulus. Setiap orang harus berhati tulus.

“Hari ini, kami mengajak relawan yang dipanggil "Papa Wen" oleh para relawan di Puli. Master, jika disebut dengan cepat, itu terdengar seperti "ayah saya" dalam dialek Taiwan. Papa Wen dilantik saat berusia 74 tahun. Meski telah lanjut usia, tetapi beliau tidak menyia-nyiakan setiap menit dan detik. Setiap orang di Kantor Perwakilan Tzu Chi Puli merawat Papa Wen bagaikan ayah sendiri. Kakak Qiong-feng telah belasan tahun mengantarkan makanan dengan penuh cinta kasih untuk Papa Wen. Beliau sangat perhatian. Kakak Ji-dai merogoh kocek sendiri untuk membeli suplemen bagi Papa Wen demi menjaga stamina dan kesehatannya. Kakak Yan Ming-yi merupakan asisten terbaik Papa Wen,” kata Zeng Li-ling relawan Tzu Chi.

“Saya berterima kasih atas perhatian para relawan yang selama beberapa tahun ini membuat ayah saya sangat Bahagia,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.


Saya sangat sukacita dan tersentuh melihat semua orang bisa saling menjaga, terlebih memperhatikan sesama saudara se-Dharma. Ini sangatlah penting. Saudara se-Dharma adalah orang-orang yang memiliki kesatuan hati, jalan, tekad, dan ikrar dengan kita. Puluhan tahun telah berlalu. Tzu Chi telah berdiri setengah abad lebih. Tzu Chi pun telah dijalankan di Puli selama 30 tahun lebih. Yang memulai Tzu Chi di Puli adalah Relawan Xu. Jadi, di Puli, Kabupaten Nantou, Tzu Chi telah meninggalkan jejak sejak dahulu.

Saya sangat bersyukur kepada Relawan Xu yang telah menggalang Bodhisatwa dunia. Baik yang muda maupun paruh baya, asalkan ada jalinan jodoh, mereka akan bergabung. Terlebih saat ini, perubahan iklim tidak dapat dihentikan. Saat ini, kita hendaknya terus mengimbau orang-orang untuk mengubah pola pikir dan membangkitkan ketulusan. Saya mendengar kalian berbagi tentang menyosialisasikan vegetarisme. Saya berharap ini dapat dilakukan dalam jangka panjang.

Untuk memperbaiki kondisi iklim, satu-satunya cara ialah menyosialisasikan vegetarisme. Kita harus menyosialisasikan vegetarisme dengan tulus karena kita ingin menyelamatkan semua makhluk hidup. Hewan juga termasuk makhluk hidup. Sesungguhnya, tanpa mengonsumsi daging hewan, kebutuhan nutrisi kita tetap bisa terpenuhi. Jadi, setiap orang hendaknya memiliki pikiran dan pandangan benar. Dengan demikian, kita bisa menjalani hidup dengan benar.

Kita hendaknya mengonsumsi makanan yang benar-benar sehat dan bersih. Dengan demikian, kita menciptakan lebih banyak berkah dan mengurangi karma buruk. Saat semua orang menghimpun ketulusan, barulah dunia bisa aman dan tenteram. Kita harus yakin akan hal ini. Saya berharap setiap orang dapat berhati tulus dan mengerahkan cinta kasih agar dunia bisa aman dan tenteram. Saya mendoakan kalian semua.

Saya bisa melihat bahwa kalian sangatlah tulus. Kita hendaknya lebih sering memperhatikan saudara se-Dharma, terlebih yang telah lanjut usia. Demikianlah saudara se-Dharma. Saya bersyukur pada kalian semua. Jalinan jodoh kita sebagai saudara se-Dharma akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, mari kita saling memperhatikan dan mengasihi.

Sutra Makna Tanpa Batas tertanam di dalam kesadaran
Jalinan jodoh sebagai saudara se-Dharma berlanjut dari kehidupan ke kehidupan
Bencana akibat perubahan iklim sulit dihentikan
Hidup benar dengan bervegetaris dan lebih banyak menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 13 Agustus 2023
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -