Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah dengan Kehidupan yang Berbudi

Saat membicarakan wabah kali ini, setiap orang merasa takut. Ya, tetapi kita harus meningkatkan kewaspadaan. Meski orang-orang khawatir, tetapi apa gunanya kekhawatiran ini? Lalu, apa yang bisa dilakukan saat merasa takut? Kita harus segera mengubah pemikiran kita. Kita harus sungguh-sungguh berpikir. Sesungguhnya, saya sering membahas karma kolektif. Ini adalah karma kolektif semua makhluk. Sungguh, ini adalah karma kolektif semua makhluk.

Dahulu saya sering membahas tentang karma kolektif. Bagaimanakah kondisi berbuahnya karma buruk kolektif? Sesungguhnya, wabah kali ini menggambarkan kondisi berbuahnya karma kolektif itu. Ada orang yang berkata, "Master, kita tetap tak bisa melihatnya." Memang tidak terlihat, tetapi semua orang bisa merasakannya karena setiap hari kita bersentuhan dengan media massa. Bukankah media massa juga terus membahas masalah besar ini? Saat wabah penyakit merebak, virus menyebar dengan cepat. Ini sungguh mengkhawatirkan.

Di dalam Sutra Buddha juga dibahas mengenai era "kalpa menyusut" di mana panjang usia manusia berkurang. "Kalpa" yang disebutkan oleh Buddha merupakan satuan waktu yang sangat panjang. Seberapa panjang? Tidak terbayangkan dan sulit dihitung; mulai dari saat usia rata-rata manusia hanya 10 tahun, lalu bertambah satu tahun setiap satu abad, hingga rata-rata usia itu mencapai 84 ribu tahun.


Di dunia ini, usia manusia pernah mencapai 80 ribu tahun lebih. Itu terjadi karena manusia memupuk kebajikan. Setiap orang saling mengasihi, harmonis, rukun, dan tidak saling berperang. Namun, ada juga masa di mana manusia kembali dipenuhi noda dan kegelapan batin sehingga memicu timbulnya banyak masalah dan terjadinya bencana akibat ulah manusia.

Manusia terus memupuk ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan yang merupakan lima penyakit batin. Semua ini terus bertambah dan berlipat ganda. Karena itu, panjang usia manusia pun semakin berkurang.

Kini kita berada pada era penyusutan usia manusia. Orang-orang mungkin berkata, "Tidak juga. Kini usia manusia lebih panjang." Benar, usia manusia kelihatannya lebih panjang, tetapi ketika suatu kejadian atau insiden terjadi, ia memakan korban banyak orang.

Lihatlah, di dalam kondisi damai dan bahagia, saya berkata, "Semua orang harus tahu untuk bersyukur. Kita memiliki berkah dan karma baik kolektif. Jadi, kita harus lebih menghargainya."


Kita harus menghargai berkah bersama ini. Dengan demikian, barulah berkah bisa bertumbuh. Sebaliknya, banyak pula orang yang berada dalam kondisi yang tidak damai atau tenteram. Kadang, saat berbicara, orang bagai mengeluarkan pedang yang dapat membunuh orang lain. Saat mendengar kata-kata yang tidak baik atau sensasional, ada orang yang pikirannya langsung bergejolak. Akibatnya, dalam hubungan antarsesama, orang-orang saling curiga dan menyimpan rasa dendam. Ini membuat masyarakat ikut bergolak.

Manusia mulai menciptakan karma buruk baru. Saat kekuatan karma ini sampai pada titik yang ekstrem, seperti peperangan, sangat jelas bahwa usia kehidupan manusia akan berkurang. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menghargai kondisi saat ini, yakni saat masih ada kesempatan untuk menciptakan berkah dan dapat saling mengasihi. Kita harus saling menghormati dan mengasihi.

Waktu dan ruang saat ini memungkinkan kita hidup di dunia dan memiliki interaksi dengan sesama manusia. Kita dapat memanfaatkan waktu dan ruang yang damai ini untuk lebih banyak menciptakan berkah dan berbuat baik.

Kini, di saat wabah penyakit merebak, jika terpikir pernah mengunjungi suatu daerah wabah, kita sendiri harus meningkatkan kewaspadaan, berdisiplin, dan mengisolasi diri sendiri. Ini demi kebaikan diri, orang-orang di sekitar kita, dan masyarakat pada umumnya. Ini berarti mengasihi diri sendiri dan orang lain. Ini adalah kehidupan yang berbudi. Intinya, kita harus meluruskan pikiran kita. Jangan panik serta tetaplah tekun melatih diri.


Tekun melatih diri berarti sungguh-sungguh berpikir, merenung, dan menenangkan batin. Kita hendaknya sungguh-sungguh merenungkan apakah di masa lalu atau di hari-hari kemarin kita pernah melakukan kesalahan atau sesuatu yang membawa penyesalan. Ada hal apa yang belum kita selesaikan? Kita dapat mengingat-ingat dan berintrospeksi sejenak. Jika memang ada, kapan pun hal itu terjadi di masa lalu, kita harus segera berintrospeksi dan bertobat secara mendalam.

Setelah berintrospeksi dan bertobat, kita harus bertekad dan berikrar. Kita harus segera berikrar untuk bersumbangsih dan menjalankan praktik nyata. Kesalahan masa lalu mungkin sudah terlanjur terjadi dan pertobatan kita mungkin agak terlambat. Meski begitu, kita masih dapat bertekad dan berikrar bahwa mulai saat ini kita akan segera menjalankan praktik nyata untuk berbuat baik dan memanfaatkan waktu kehidupan kita yang berharga. Jika tidak berbuat sekarang, kita akan menyesal di hari esok.

Saat niat baik timbul, jika niat ini tidak digenggam dan diteruskan, ia akan dengan cepat terlupakan. Jadi, saat niat baik timbul, kita harus segera menggenggam waktu yang ada untuk mewujudkannya. Hal yang benar, lakukan saja. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati.

Wabah terus menyebar akibat karma buruk kolektif
Berintrospeksi, bertobat, serta menciptakan berkah
Lebih banyak berbuat baik saat dalam kondisi damai
Menghargai dan mengukir kehidupan yang berbudi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Maret 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 15 Maret 2020

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -