Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan
Hanya ada satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang telah kita dengar dan lihat di dunia ini, yaitu penderitaan. Misalnya, belakangan ini, kita sering mendengar mengenai krisis pangan. Dari mana pangan berasal? Bumi. Selain bumi, tanaman pangan juga membutuhkan cahaya matahari dan udara untuk bertumbuh. Bumi, cahaya matahari, dan udara pun masih belum cukup. Kita juga perlu mengairi tanah. Jadi, dibutuhkan hujan dan embun untuk mengairi tanah.
Setelah benih ditabur, juga dibutuhkan orang-orang untuk menggarapnya dengan sepenuh hati. Jadi, selain bumi, air, dan cahaya matahari, yang lebih penting ialah upaya dan kerja keras untuk menabur dan menumbuhkan tanaman pangan demi memenuhi kebutuhan manusia. Intinya, kehidupan ini tidak mudah.
Saya sering mengatakan bahwa ketika kita memegang semangkuk nasi, kita harus menjalankan Lima Perenungan dan merenungkan dari mana nasi itu berasal. Semangkuk nasi di hadapan kita berasal dari setiap butir padi yang dipanen. Benih padi bertunas dan tumbuh di bawah cahaya matahari dan bulan. Cahaya matahari, embun, dan kondisi pendukung lainnya membantu benih padi bertumbuh. Jadi, semangkuk nasi membutuhkan upaya dan kerja keras petani, pekerja, pengusaha, dan lain-lain. Karena itulah, saya sering mengatakan bahwa kita akan berhasil mencapai sesuatu ketika bekerja sama. Kekuatan satu orang saja tidak cukup. Semua orang perlu bekerja sama.
Saya berharap semua orang dapat menghimpun kekuatan untuk mewujudkan dunia yang tidak kekurangan sumber daya. Ketika sumber daya melimpah, maka kehidupan kita akan dipenuhi berkah. Namun, meskipun memiliki sumber daya yang berlimpah, kita tetap harus menggunakannya dengan bijaksana. Intinya, butuh perpaduan berbagai sebab dan kondisi.
Banyak hal di dunia ini memerlukan jalinan jodoh. Jalinan jodoh dapat mengarahkan kehidupan kita untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Semua bergantung pada jalinan jodoh kita. Dengan membangkitkan cinta kasih, kita semua bisa menjadi Bodhisatwa. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus terjun dan bersumbangsih bagi orang menderita. Jalan Bodhisatwa berada di tengah orang menderita. Kita harus menyadari dan memahami arah yang benar dalam menapaki Jalan Bodhisatwa.
Kita juga harus menyingkirkan rumput liar di depan kita dan mengubah jalan yang berliku-liku menjadi jalan yang lurus dan rata. Orang yang berjalan di depan untuk membentangkan jalan tentu sangat bersusah payah. Namun, orang yang bertekad untuk bersumbangsih dan bekerja keras demi menciptakan berkah bagi dunia ialah Bodhisatwa yang sesungguhnya. Kita memuja Bodhisatwa setiap harinya.
Sesungguhnya, ketika kita memuja Bodhisatwa, yang terpenting ialah jangan melupakan Bodhisatwa di dalam batin kita. Hanya kita sendiri yang dapat merasakannya. Ketika kita membangkitkan cinta kasih, kita akan memiliki kekuatan untuk menginspirasi orang lain melakukan hal yang sama. Kita dapat menghimpun cinta kasih dan kekuatan orang-orang yang tak terhingga. Himpunan cinta kasih banyak orang dapat membentuk kekuatan besar. Gunung yang tinggi pun berawal dari sebuah gundukan tanah kecil.
Akumulasi segenggam demi segenggam tanah dapat membentuk gunung yang tinggi. Jadi, saya sering mengatakan bahwa butiran padi dapat memenuhi lumbung dan tetesan air dapat membentuk sungai. Jadi, jangan meremehkan sebutir beras pun. Pendidikan sangat penting. Lihatlah bagaimana kebijaksanaan seorang guru dapat membangkitkan cinta kasih murid-murid.
“Hari ini adalah hari ke-5 eksperimen cinta kasih dan kebencian dengan menggunakan nasi. Murid-murid dapat melihat perbedaannya. Meskipun nasi di kedua wadah ini telah berjamur, tetapi jamur di wadah cinta kasih ini terlihat lebih indah dengan sedikit warna oranye, sedangkan jamur di wadah kebencian ini berwarna hitam. Ketika kita bertutur kata dengan penuh cinta kasih atau melihat kata-kata yang berisi doa, suasana hati kita akan sangat indah. Sebaliknya, jika kita bertutur kata buruk dan penuh kebencian, hati kita akan dipenuhi dengan kesedihan dan suasana hati kita tidak akan indah, seperti warna hitam di wadah ini,” kata Guo Yi-qin Guru TK Tzu Chi Johor Bahru.
Pikiran manusia tidak terbayangkan. Kebencian di dalam hati dapat menimbulkan racun. Hati yang penuh cinta kasih akan membawa manfaat bagi diri sendiri, sedangkan hati yang penuh kebencian akan menyakiti diri sendiri seperti racun. Membawa manfaat atau penderitaan, semua tergantung pada hati dan pikiran kita. Ketika kita memiliki kebencian, pikiran beracun itu akan berkembang dan menimbulkan kekacauan bagi dunia.
Lihatlah bagaimana peperangan terjadi dan manusia saling menyakiti satu sama lain. Jika kita menyakiti orang lain, mereka pun akan menyakiti kita. Ketika konflik muncul, kedua belah pihak akan dirugikan. Saya berharap semua orang dapat merasakan dan merenungkan bagaimana menumbuhkan cinta kasih dalam diri dan bersumbangsih bagi dunia. Inilah surga dan tanah suci Buddha di dunia.
Bodhisatwa sekalian, jika ingin mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus terjun ke tengah orang-orang menderita. Dengan demikian, barulah kita memiliki jalinan jodoh dan kesempatan untuk melatih diri dan mencapai kebuddhaan.
Singkat kata, Bodhisatwa sekalian harus bersungguh hati dan sepenuh hati menumbuhkan cinta kasih setiap waktu. Kita harus mengembangkan kebijaksanaan dan bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih yang agung dan murni. Inilah yang disebut membina berkah dan kebijaksanaan.
Menjalankan Lima Perenungan dan menyadari bahwa makanan tidak datang dengan mudah
Butuh perpaduan berbagai sebab dan kondisi untuk mewujudkan kehidupan penuh berkah
Mengembangkan cinta kasih dan welas asih agung
Menciptakan tanah suci di hadapan kita
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta
Ditayangkan tanggal 25 Juni 2022