Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah di Dunia dan Menabur Benih Kebajikan

“Master, para guru di Griya Jing Si, dan kakak-kakak Tzu Chi, apa kabar? Saya adalah Wu Shi. Saya berterima kasih kepada Master yang mendirikan Tzu Chi. Tzu Chi-lah yang memberi saya hidup baru. Tanpa Tzu Chi, tak akan ada Wu Shi yang sekarang,” tutur Wu Shi.

Hidupnya sungguh menderita. Akibat terjatuh, seluruh tubuhnya lumpuh. Berkat keteguhan tekadnya, meski terbaring di ranjang, dia bisa menyulam gambar Bodhisatwa. Sungguh, setiap orang memiliki potensi terpendam. Namun, hidupnya penuh cobaan. Akibat kecelakaan lalu lintas, putranya mengalami kondisi vegetatif persisten. Hidupnya sungguh menderita. Beruntung, ada insan Tzu Chi yang terus menghibur dan mendampinginya bagai anggota keluarganya. Kita terus menyemangatinya agar dia bisa berpikiran terbuka dan kembali merasakan kebahagiaan.

Setiap relawan kita bersedia menjadi penyelamat dalam hidup orang-orang yang menderita. Karena itu, kita harus bersungguh hati mengembangkan kekuatan cinta kasih. Saya juga mendengar bahwa relawan kita memperhatikan lansia di komunitas. Dengan adanya begitu banyak relawan Tzu Chi yang memperhatikan mereka bagai keluarga sendiri, para lansia itu tidak merasa kesepian. Alangkah baiknya ada insan Tzu Chi di tengah masyarakat.

Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah di Dunia dan Menabur Benih Kebajikan

Tokoh utama dalam Drama Da Ai yang baru tamat, Cai Kuan, masih memberikan pelayanan hingga sekarang. Setiap hari, dia tidak pernah berhenti bersumbangsih di komunitas. Donaturnya masih sangat banyak. Setiap bulan, dia selalu mengunjungi donaturnya satu per satu untuk mengumpulkan donasi. Dia bahkan merekrut donatur baru. Jadi, apakah kita yang sudah lanjut usia perlu dirawat oleh orang lain?

Relawan lansia kita ini bahkan bisa merawat orang yang lebih muda darinya. Inilah kekuatan ikrar. Kita telah mendedikasikan setengah dari hidup kita untuk bersumbangsih bagi keluarga dan masyarakat. Kita hendaknya memanfaatkan sisa hidup kita untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus bagi diri sendiri. Kita harus terus melangkah maju di jalan yang lapang dan lurus ini. Kita harus memiliki kesadaran seperti ini. Kita jangan hanya memperhatikan keluarga sendiri. Kita hendaknya berjalan keluar untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa yang sangat lapang dan lurus. Bukankah Sutra Bunga Teratai bab Stupa Permata yang saya ulas belakangan ini juga mengajarkan demikian?

Saat Buddha sedang membabarkan Sutra Bunga Teratai, muncullah sebuah stupa karena  Buddha Prabhutaratna datang untuk mendengar Dharma. Mengapa Buddha Prabhutaratna ingin mendengar Dharma? Dahulu, Beliau tidak berjodoh untuk membabarkan Sutra Bunga Teratai karena tidak ada yang meminta-Nya. Saat hampir parinirvana, Beliau sangat ingin membabarkan Sutra Bunga Teratai, tetapi jalinan jodoh belum matang sehingga tak ada yang meminta-Nya. Karena itu, saat akan parinirvana, Beliau berikrar dan berpesan untuk membangun sebuah stupa dan meletakkan tubuh-Nya di dalam stupa.

Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah di Dunia dan Menabur Benih Kebajikan

Di mana pun Sutra Bunga Teratai dibabarkan, Beliau akan pergi ke sana untuk mendengar dan menyaksikan pembabaran Sutra. Meski tidak berjodoh untuk membabarkan Sutra, setidaknya Beliau bisa menyaksikan pembabaran Sutra. Karena itu, di mana pun Sutra Bunga Teratai dibabarkan, Buddha Prabhutaratna akan muncul di sana. Inilah yang diulas di dalam Sutra. Sesungguhnya, dalam Sutra Bunga Teratai bab Stupa Permata, Buddha berkata bahwa semua manifestasi Buddha harus berhimpun dalam persamuhan, barulah pintu stupa bisa terbuka. Karena itu, Buddha memanggil semua manifestasi-Nya untuk kembali.

Saat saya mengulas bagian ini, kebetulan, kelompok demi kelompok anggota TIMA dan insan Tzu Chi kembali ke Taiwan. Saya juga merasa sangat tercengang dengan kebetulan seperti ini. Para manifestasi Buddha mempraktikkan Dharma secara nyata. Semangat dan filosofi ajaran Buddha bisa diterapkan di suatu tempat berkat adanya manifestasi Buddha yang mengembangkan potensi kebajikan untuk menolong orang yang dilanda bencana dan penderitaan.

Saat itu, kebetulan ada banyak relawan yang menyalurkan bantuan bencana internasional kembali ke Taiwan. Mereka bagai manifestasi Buddha. Singkat kata, kita telah menyaksikan Dharma. Lima puluh tahun yang lalu, kita mendirikan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi. Lima puluh tahun kemudian, Tzu Chi telah meninggalkan jejak di hampir 100 negara. Kita masih akan meneruskan misi kita.

Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah di Dunia dan Menabur Benih Kebajikan

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan ajaran kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Jadi, ajaran Jing Si menunjukkan jalan. Untuk mewariskan ajaran Jing Si, kita harus membentangkan jalan kebenaran.

Dalam keluarga besar Tzu Chi, setiap insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa yang terjun ke tengah masyarakat untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Kalian semua merupakan Bodhisatwa yang terjun ke tengah masyarakat untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Inilah ajaran kebenaran.

Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Selama bertahun-tahun ini, kita menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi di dunia dengan cinta kasih dan jalinan kasih sayang. Estafet cinta kasih ini tak pernah terputus. Kita akan meneruskannya hingga setiap 50 tahun yang tak terhingga. Masih ada banyak negara yang perlu kita jangkau untuk menabur benih cinta kasih.

Saya berharap kita dapat menjaga pikiran dan menanam lebih banyak benih berkah agar di kehidupan mendatang, kita masih bisa menciptakan berkah bagi dunia. Saya berharap saat terjun ke tengah masyarakat, pikiran kalian tidak tercemari serta dapat terus menciptakan berkah dan menyelamatkan semua makhluk.

Kini stupa telah muncul di dalam hati kita. Buddha telah membuka pintu stupa dan Buddha Prabhutaratna di dalamnya telah muncul dan duduk berdampingan dengan Buddha. Apakah kalian masih ingat? (Ingat) Jadi, pada hakikatnya, hati Buddha dan semua makhluk tiada perbedaan. Kebenaran yang diajarkan Buddha dari zaman dahulu hingga sekarang adalah sama. Sungguh, kita bisa melihat dunia dari hal kecil. Dengan melihat dunia dari hal kecil, kita bisa menyadari sifat hakiki kita. Jadi, kalian harus lebih bersungguh hati.

Mendampingi dan memperhatikan lansia bagai keluarga sendiri

Berikrar untuk bersumbangsih di Jalan Bodhisatwa

Stupa akan muncul saat semua Bodhisatwa berhimpun dalam persamuhan

Menciptakan berkah bagi dunia dan menyadari sifat hakiki

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 November 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 November 2016

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -