Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Berkah untuk Seluruh Dunia
Hari ini, saya melihat insan Tzu Chi dari berbagai wilayah berkumpul di sini. Relawan dari Miaoli, Dajia, Qingshui, Wuqi, Shalu, dan Longjing datang ke sini untuk menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun. Saya melihat keharmonisan di antara kalian. Melihat insan Tzu Chi Miaoli mengemban tanggung jawab sebagai tim pelayanan, saya merasa sangat gembira.
Kalian selalu saling bersyukur dan saling menyemangati. Aula Jing Si adalah rumah kita. Semua Aula Jing Si adalah rumah dan ladang pelatihan kita. Meski di Miaoli belum ada Aula Jing Si, tetapi kita memiliki kompleks Tzu Chi yang sangat luas di sana. Di antara tempat-tempat yang saya kunjungi, Kompleks Tzu Chi Miaoli adalah yang paling saya sukai.
Pagi ini, saya bertemu dengan bupati Miaoli. Saya masih ingat tahun lalu, dalam masa-masa Pemberkahan Akhir Tahun, beliau datang bersama seorang kepala sekolah dan berkata bahwa di Miaoli, ada sekolah yang membutuhkan bantuan Tzu Chi. Awalnya, mereka berkata bahwa ada dua sekolah, tetapi kini, kita tengah merekonstruksi 6 sekolah di Miaoli.
Pemerintah juga memberikan bantuan dana pembangunan. Namun, mereka membutuhkan ruang kelas rakitan untuk sementara waktu. Kita juga melihat bahwa ruang kelas sementara tidak kalah dari ruang kelas permanen. Kita telah mempertimbangkan ancaman topan dan hujan deras sehingga anak-anak bisa belajar di dalamnya dengan tenang.
Kita bisa melihat insan Tzu Chi Miaoli bergerak untuk membantu menyusun konblok. Kepala sekolah juga turut membantu. Yang terpenting, murid juga turut membantu sehingga merasa turut berpartisipasi. Tentu, selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga mengucap syukur. Kita melakukan ini semua demi pendidikan.
Harapan masyarakat bergantung pada insan berbakat. Pembinaan insan berbakat bergantung pada pendidikan. Jadi, untuk pendidikan anak-anak, kita harus menyediakan sebuah tempat yang aman bagi mereka. Mengapa saya berinisiatif untuk menjalankan proyek harapan guna mengurangi risiko bencana?
Sesungguhnya, beberapa tahun yang lalu, Tiongkok diguncang gempa bumi pada siang hari, di mana anak-anak masih berada di sekolah. Gempa bumi kali itu merenggut nyawa banyak anak dan membuat sebagian anak menderita keterbatasan fisik. Ini meninggalkan kesan yang mendalam untuk saya.
Beberapa tahun belakangan ini, empat unsur alam semakin tidak selaras dan gempa bumi yang terjadi semakin dangkal. Ini sungguh sangat menakutkan. Di beberapa sekolah yang kita rekonstruksi, baja betonnya sudah tidak tertutup. Karena itulah, kita dengan cepat memutuskan untuk membantu sekolah-sekolah tersebut.
Jika kita masih menunggu turunnya dana pembangunan dari pemerintah dan gempa bumi terjadi sebelum gedung sekolah direkonstruksi, maka konsekuensinya sungguh tidak bisa dibayangkan. Contohnya Pingtung. Beberapa tahun yang lalu, saat saya pergi ke Pingtung, seorang Bodhisatwa lansia yang merupakan anggota komite kita berkata kepada saya, “Master, saya sangat khawatir. Di sekolah tempat cucu saya bersekolah, baja betonnya sudah tidak tertutup. Adakalanya, saat mereka sedang belajar, ada potongan beton yang terjatuh dari langit-langit.”
Saya sangat terkejut mendengar ucapannya. Karena itu, saat bupati setempat menemui saya, saya berkata, “Jika ada gedung sekolah yang perlu direkonstruksi, tetapi dana dari Kementerian Pendidikan belum turun dan Anda merasa bahwa Tzu Chi bisa membantu, maka kirimkanlah surat pada kami. Dengan begitu, kami bisa membuat perencanaan.”
Bupati Tsao bertindak dengan cepat. Beberapa hari kemudian, kita menerima surat darinya. Kita pun merespons dengan cepat. Rekonstruksi lima gedung sekolah di Pingtung berhasil dirampungkan dalam waktu setahun lebih. Gedung-gedung sekolah ini sama dengan gedung-gedung sekolah yang kita bangun pascagempa tanggal 21 September 1999.
Rancangannya sangat indah dan terbuat dari material yang bisa bertahan menghadapi gempa berkekuatan 7,0 hingga 8,0 SR. Usai Tahun Baru Imlek dan liburan musim dingin, anak-anak mulai belajar di gedung baru. Setiap orang merasa sangat tersentuh.
Anggota komite itu juga berkata, “Master, sekarang saya merasa sangat tenang. Meski cucu saya akan lulus dalam dua tahun, tetapi jalinan jodoh ini telah menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi anak-anak yang akan bersekolah di sana kelak.” Sungguh, ini berkat jalinan jodoh. Karena itulah, saya terus berkata bahwa kita jangan meremehkan kebajikan kecil.
Kebajikan kecil bisa menciptakan pahala besar. Dengan kebajikan kecil, kita bisa melakukan hal besar. Inilah kekuatan dari tetes demi tetes cinta kasih yang terhimpun menjadi satu. Qingshui merupakan kampung halaman saya, tetapi semua orang di seluruh dunia adalah keluarga saya. Sungguh, semua orang adalah satu keluarga. Kita harus bersungguh hati.
Ajaran Jing Si bagaikan air yang jernih. Saya sering berkata bahwa Dharma bagaikan air. Untuk mendalami Dharma, kita bukan hanya harus giat mempraktikkan jalan kebenaran, tetapi juga harus memiliki hati yang jernih bagaikan air. Kita harus membasahi benih kebajikan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Di dalam hati setiap orang, terdapat sebutir benih kebajikan. Benih kebajikan ini terdapat di dalam hati kita dan perlu dibasahi dengan air Dharma agar bisa bertumbuh. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Saat berada di tengah kondisi yang sulit, jika ingin tekun dan bersemangat melatih diri, kita harus memiliki hati yang jernih bagaikan air, baru bisa membasahi benih kebajikan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Mazhab Tzu Chi bagaikan bumi. Mazhab Tzu Chi bukan hanya sebuah jalan, tetapi juga bagaikan bumi. Di seluruh dunia, kita berharap Bodhisatwa bisa bermunculan di negara dan wilayah mana pun. Karena itu, saya berharap di setiap negara dan wilayah, benih Bodhi bisa bertumbuh. Tidak peduli betapa tingginya gunung dan betapa dalamnya lapisan bumi, benih Dharma tetap terkandung di dalamnya.
Jadi, mazhab Tzu Chi bagaikan bumi. Di dalam gunung dan bumi terkandung benih Dharma. Bodhisatwa sekalian, kalian sudah menuju arah yang benar. Kalian harus meneruskannya dengan sepenuh hati. Kekuatan cinta kasih bergantung pada Hexin (bersatu hati), Heqi (harmonis), Hu’ai (saling mengasihi), dan Xieli (gotong royong).
Untuk tim Xieli, yang terpenting adalah menginspirasi relawan baru. Tim Hu’ai harus memberi perhatian dan semangat. Tim Heqi harus menjaga keharmonisan dan berbagi Dharma dengan para relawan kita. Tim Hexin yang lebih senior harus memahami bagaimana cara mempraktikkan Dharma. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih bergantung pada semua itu. Semoga setiap orang dapat lebih bersungguh hati dan bekerja sama dengan harmonis. Inilah harapan terbesar saya terhadap kalian tahun ini.
Harapan masyarakat bergantung pada insan berbakat
Pembinaan insan berbakat membutuhkan pendidikan
Seluruh insan Tzu Chi bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong
Menciptakan berkah untuk seluruh dunia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Januari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Januari 2017