Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Dunia yang Harmonis dan Indah

Kita bisa melihat pengusaha dari 11 negara dan wilayah kembali untuk mengikuti kamp pengusaha. Orang-orang yang tak saling mengenal bisa berkumpul dengan sukacita di satu tempat. Saya berterima kasih kepada relawan dari wilayah selatan Taiwan yang mengemban tanggung jawab atas kamp pengusaha kali ini. Semua orang saling berterima kasih dan berkenalan dengan sukacita. Mendengar mereka berbagi pengalaman, saya sangat tersentuh.

Yang terakhir keluar untuk berbagi pengalaman adalah Chen Yu-cui yang berusia 38 tahun. Sejak berusia 3 tahun, beliau sudah menderita polio. Seiring berjalannya waktu, beliau semakin bertumbuh besar. Beliau pun perlahan-lahan semakin tak bisa berpikiran terbuka dan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Namun, sebuah jalinan jodoh membuatnya memiliki kesempatan untuk mendengar ajaran Buddha.

Jalinan jodoh ini telah mengubah kehidupannya. Setelah berbagi kisahnya dan turun dari panggung, beliau berkata pada saya bahwa karena mengenal Tzu Chi, kehidupannya jadi berubah. Beliau setiap hari merasa kehidupannya sangat bernilai dan penuh sukacita. Beliau akan lebih tekun dan bersemangat setelah kembali ke Vietnam. Semoga beliau bisa terus bersumbangsih karena banyak orang Vietnam yang hidup dalam penderitaan.

Walaupun mengalami keterbatasan fisik, asalkan beliau memiliki batin yang sehat, beliau juga bisa menjadi penyelamat dalam hidup orang lain. Beliau setiap hari bisa menyediakan makanan bagi lebih dari 350 orang. Memikirkan ini, saya juga turut bersukacita untuknya. Ini disebut bersukacita atas perbuatan baik orang lain.

Beliau bisa melakukan kebaikan seperti ini, kita juga turut bersukacita setelah mendengarnya. Perubahan dalam hidupnya membuatnya menjadi lebih bahagia. Saya sangat tersentuh.


“Menyayangi Bumi sangatlah mudah, cukup ikuti saja aturan "satu, tiga, lima". Satu, yaitu hanya menyalakan keran hingga air yang mengalir sekecil satu batang sumpit. Tiga, yaitu makan makanan vegetaris 3 kali sehari. Lima, yaitu saat keluar rumah harus membawa lima barang yang bisa digunakan kembali. Kita harus menghemat air, memperbanyak konsumsi makanan vegetaris, dan mengurangi konsumsi makanan hewani. Bagaimana cara untuk menghemat air?” tutur Chen Jianan, relawan cilik.

“Menyalakan keran dengan aliran yang kecil,” kata Chen Zhelin, relawan Tzu Chi.

“Maksudnya, saat kita ingin mencuci tangan, hanya perlu menyalakan keran dengan aliran air sekecil satu batang sumpit saja,” ucap Chen Jianan lagi.

Kita bisa melihat bahwa  anak kecil itu sangat menggemaskan. Tubuhnya gemuk dan suaranya sangat nyaring. Dia berbagi dengan semua orang tentang kubus air.

“Kubus air ini terdiri dari 5 kubus yang dibentuk dari 1.000 botol plastik. Jika air yang ada di Bumi ini dimasukkan ke dalam 1.000 botol plastik ini, maka ada 975 botol yang merupakan air laut dan 25 botol yang merupakan air tawar. Dari 25 botol ini, 17 botol ada di Kutub Selatan dan Utara. Jadi, hanya tersisa 8 botol. Di antaranya, ada 7 botol yang merupakan air tanah dan tak dapat dijangkau manusia. Jadi, hanya tersisa 1 botol. Namun, dua pertiga dari botol terakhir ini digunakan oleh hewan dan tumbuhan. Jadi, perlukah kita menghargai sumber daya air? Kita harus memperbanyak konsumsi makanan vegetaris karena dapat menghemat banyak air,” ucap  Chen Jianan.

Dia memberikan penjelasan lewat 1.000 botol plastik untuk menjelaskan bahwa air yang dapat digunakan manusia sangat sedikit. Dia ingin mengingatkan orang-orang untuk menghargai dan menghemat air. Dia menggalakkan konsep pelestarian lingkungan dengan caranya sendiri. Relawan Chen Zhelin menggunakan jari tangan untuk memudahkan orang-orang dalam menghafal slogan pelestarian lingkungan. Anak kecil itu mencerna metodenya, lalu menjelaskan dengan caranya sendiri.

“Minum air kemasan bisa menimbulkan banyak sampah. Jadi, kita harus mengurangi minum air kemasan dan memperbanyak minum air yang dimasak,” kata Chen Jianan.

“Sebenarnya, ketika membuat kubus air ini, saya tak hanya ingin menggalakkan penghematan air, tetapi juga ingin menggalakkan konsep bersih dari sumbernya dan bervegetaris untuk menyayangi Bumi. Anak itu bisa menjelaskannya dengan sangat baik. Jadi, saya sangat mengaguminya,” tutur salah seorang relawan Tzu Chi.

“Berdasarkan yang beliau ajarkan pada saya, saya ubah lagi dan menjelaskannya dengan cara saya sendiri untuk menggalakkan konsep pelestarian lingkungan,” ujar Chen Jianan.


Kita sungguh tak boleh meremehkan kehidupan siapa pun. Setiap orang yang datang ke dunia pasti ada jalinan jodohnya. Anak itu sudah mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Sejak kecil, karena penyakitnya, dia harus menjalani pengobatan dan operasi. Sungguh, sejak masih kecil, dia sudah mengalami banyak penderitaan dan kesulitan. Sekarang penglihatannya tak begitu baik, tetapi dia sangat mandiri dan masih bisa menggalakkan konsep pelestarian lingkungan.

Dia tak hanya turut bersukacita mendengar orang lain menggalakkan konsep pelestarian lingkungan, tetapi dia sendiri juga tidak henti-hentinya menggalakkan pelestarian lingkungan agar orang-orang memahaminya. Bukankah ini merupakan pahala? Dia mengembangkan potensinya untuk menghimpun kekuatan cinta kasih. Saya sangat tersentuh.

“Kamu memiliki pemahaman yang baik tentang konsep pelestarian lingkungan,” kata Master Cheng Yen.

“Lumayan,” jawab Chen Jianan, relawan cilik.

“Lumayan. Saya mendoakanmu,” ucap Master Cheng Yen kembali.

“Terima kasih,” kata Chen Jianan.

Dia benar-benar ahli dalam hal melestarikan lingkungan. Dia juga terjun ke jalan untuk melakukan sosialisasi. Jika kita yang melakukannya, mungkin tak akan menarik perhatian orang. Namun, jika dia yang melakukannya, hasilnya seharusnya lebih efektif. Intinya, semua orang sangat berguna, kita jangan meremehkan kemampuan seseorang. Jika kita bersedia bersumbangsih bagi sesama, kita harus menggenggam waktu dan kesempatan untuk bersumbangsih. Jika tidak, akan terlambat. Bumi telah dirusak oleh manusia.

Manusia jugalah yang akan terkena dampak bencana. Tak peduli cuaca yang tak menentu, ketidakselarasan empat unsur alam, bencana akibat ulah manusia, ataupun ketidakkekalan yang terjadi dalam sekejap, semuanya mendatangkan penderitaan yang tak terkira.

Bodhisatwa sekalian, meski berada dalam kondisi aman, kita harus meningkatkan kewaspadaan setiap saat. Kita harus mawas diri dan tulus. Kita harus senantiasa berdoa demi kedamaian dan ketenteraman dunia.  Saya berterima kasih kepada para Bodhisatwa  yang telah membuka Jalan Bodhisatwa di era seperti ini.


Jalan Bodhisattva ini harus dibentangkan dalam waktu yang tak terhingga. Kita melakukannya untuk generasi penerus kita dan kita perlu membimbing mereka untuk bersama-sama melakukannya demi generasi penerus mereka. Dengan demikian, barulah kita bisa membuat udara bersih, melindungi Bumi, serta menciptakan dunia yang harmonis, murni, dan indah.

Ini bukanlah hal yang mustahil asalkan semua orang lebih bersungguh hati setiap waktu. Saya berharap semua orang memandang penting setiap momen dan lebih bersungguh hati dalam mendengar hal-hal yang terjadi di dunia dan ajaran Buddha.

 

Giat membabarkan Dharma untuk melindungi dunia

Tetap teguh dalam membimbing sesama meski menderita penyakit

Menciptakan dunia yang harmonis dan indah

Mewariskan misi dari generasi ke generasi

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Oktober 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Oktober 2018

Editor: Stefanny Doddy

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -