Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Karma Baik dan Menyucikan Pikiran
Banyak negara di dunia yang dilanda kekeringan. Setiap hari saya mengulas negara mana yang mengalami kekeringan dan kekurangan bahan pangan. Banyak orang yang menderita kelaparan di wilayah perbatasan. Saya sering mengulas tentang ini.
Kita dapat melihat Thailand tengah dilanda kekeringan. Tahun ini, dalam rangka merayakan Festival Songkran, pemerintah menyingkat pelaksanaan festival menjadi tiga hari. Festival ini merupakan bagian dari budaya Thailand.
Setiap negara memiliki budaya masing-masing. Di Tzu Chi, kita memiliki semangat budaya humanis. Semangat budaya humanis merupakan sifat hakiki manusia. Dengan membangkitkan sifat hakiki yang bajik dan murni, maka kita akan menyadari pentingnya nilai moralitas dan kebajikan yang ada di dalam diri setiap orang. Ini yang disebut semangat budaya humanis. Kita harus sungguh-sungguh menggalakkan semangat budaya humanis.
Beberapa hari lalu di Myanmar, sebelum Festival Air, relawan Tzu Chi mengajak anak-anak setempat untuk membasuh kaki orang tua mereka. Lewat kegiatan itu, relawan Tzu Chi mewariskan kekuatan cinta kasih dan rasa bakti kepada anak-anak setempat. Saat meraba kaki orang tua yang demikian kasar, anak-anak menyadari bahwa orang tua mereka telah berjalan jauh dan bekerja keras. Orang tua telah bekerja keras demi keluarga dan anak-anak.
Saat membasuh kaki orang tua, anak-anak menitikkan air mata, lalu merangkul erat orang tua mereka. Para orang tua juga sangat tersentuh karena anak-anak mereka tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Semakin bertumbuh besar, anak-anak pun semakin menjauh. Kini jarak mereka menjadi sedemikian dekat dan dapat saling merangkul.
Tubuh mereka dirangkul erat oleh anak-anak mereka. Selain itu, mereka juga mendengar anak-anak mereka berkata, “Ayah dan Ibu, saya sangat berterima kasih. Saya mengasihi Ayah dan Ibu.” Bagaimana mungkin mereka tidak tersentuh? Ini merupakan cara terbaik untuk merayakan festival. Ini merupakan pendidikan yang terbaik.
Di Myanmar, relawan Tzu Chi telah mulai menggalakkan kegiatan ini. Saya juga sangat tersentuh melihatnya. Inilah hal yang harus kita sosialisasikan.
Kita juga melihat beberapa hari lalu, para guru dan murid dari Sekolah Tzu Chi Chiangmai mencurahkan perhatian bagi sebuah desa di daerah pegunungan. Akibat kurang berhati-hati, kobaran api melahap seluruh hutan dan menghanguskan desa tersebut. Lihatlah, bagian-bagian yang putih itu adalah area yang terbakar.
Banyak orang yang terkena dampaknya. Karena itu, para guru dan murid dari sekolah kita pergi mencurahkan perhatian sekaligus membagikan bantuan. Yang terpenting adalah mereka melakukannya dengan cinta kasih yang tulus. Inilah cara yang tepat untuk menghilangkan rasa trauma dan kerisauan para korban kebakaran. Relawan Tzu Chi, siswa, guru, dan relawan komunitas bekerja sama untuk membantu korban kebakaran. Inilah sumbangsih yang penuh cinta kasih.
Akibat ketidakselarasan unsur tanah, belakangan ini bencana gempa bumi terus terjadi. Ini telah mengakibatkan Kumamoto, Jepang mengalami kerusakan parah. Selama beberapa hari itu, jaringan internet dan telepon juga terputus. Kini, bandara di Kumamoto telah beroperasi kembali, tetapi masih banyak jalan yang ditutup.
Demi alasan keselamatan, pemerintah Jepang masih belum mengizinkan organisasi kemanusiaan memasuki lokasi bencana. Persediaan barang bantuan di sana memang sangat memadai, tetapi kekurangan tenaga manusia untuk membagikannya. Kita juga tak berdaya karena kita tidak boleh melanggar kebijakan. Kita tetap harus menunggu dengan sabar. Namun, kita harus melakukan persiapan terlebih dahulu untuk mencari tahu bantuan yang mereka butuhkan dan bagaimana cara kita menyalurkannya.
Ekuador juga mengalami kerusakan parah karena di sana terdapat banyak bangunan lama. Selain banyaknya rumah yang roboh, akses jalan pun terputus. Di negara yang maju dan makmur seperti Jepang saja akses jalan masih terputus, terlebih lagi di Ekuador.
Gempa yang mengguncang Ekuador kali ini berkekuatan 7,8 skala Richter. Melihat semua itu, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Negara-negara yang termasuk dalam daerah Cincin Api Pasifik sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Kita harus mawas diri dan berhati tulus.
Kemarin, Tainan juga diguncang gempa berkekuatan 4,3 skala Richter. Untungnya, semua orang aman dan selamat. Gempa yang mengguncang Tainan kemarin merupakan gempa susulan dari gempa di Meinong pada bulan Februari lalu. Meski sudah berlalu lama, tetapi masih ada gempa susulan. Kedalaman gempa kemarin sangat dangkal, yaitu hanya 7,8 kilometer. Gempa itu terjadi saat semua orang masih tertidur lelap, yakni pada pukul 4.30 dini hari. Inilah yang terjadi di Tainan kemarin.
Ketidakselarasan empat unsur meliputi ketidakselarasan unsur tanah dan ketidakselarasan unsur angin. Inilah ketidakselarasan empat unsur. Ketidakselarasan unsur alam ini bersumber dari karma kolektif semua makhluk. Yang terpenting adalah kita harus membangkitkan kebajikan dan menginspirasi sesama untuk menumbuhkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus hidup hemat. Kita harus menghemat sumber daya air dan segala sesuatu di dunia ini. Dengan mengurangi sikap konsumtif, maka tingkat pemborosan juga akan berkurang. Kita juga harus menghargai makanan. Kini jumlah sampah dapur sudah terlalu banyak. Janganlah kita membuang-buang makanan atau hanya memilih makanan yang terlihat bagus untuk dimakan. Janganlah kita demikian.
Kita harus berusaha untuk menyelaraskan pikiran dan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya. Kedamaian di dunia bermula dari kedamaian pikiran manusia. Jika setiap orang dapat menjaga kedamaian pikiran dan menunaikan kewajiban, maka secara alami kehidupan di dunia akan aman dan tenteram.
Menggalakkan semangat budaya humanis
Membasuh kaki orang tua untuk mengungkapkan rasa bakti
Berhati tulus untuk mempersiapkan penyaluran bantuan
Menghargai sumber daya alam dan menyucikan pikiran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.
Ditayangkan tanggal 22 April 2016