Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Kehidupan yang Bernilai
Pascatopan, bagaimana cara memulihkan daratan yang terkena dampak topan? Ini membutuhkan tenaga banyak orang. Kita juga melihat demi memperbaiki aliran listrik, para teknisi listrik memanjat ke atas tiang listrik atau menara transmisi listrik. Meski harus membahayakan diri, melintasi gunung dan bukit, dan menempuh perjalanan yang berbahaya, mereka tetap memperbaiki aliran listrik.
“Pascatopan, pasti ada kabel listrik yang harus diperbaiki. Yang terpenting adalah warga dapat menggunakan listrik. Kami harus mengutamakan kebutuhan warga,” kata Chen Yuan-liang seorang teknisi listrik.
Di Kabupaten Miaoli, mobil yang digunakan teknisi listrik menggelincir jatuh ke dalam jurang sedalam sepuluh meter. Akibatnya, tiga orang terluka.
Bagian mana yang terasa sakit?
“Pinggang,” jawab Ye Yun-hui seorang teknisi listrik
Pinggang?
“Ban mobil kami selip sehingga mobil kami lepas kendali,” tambah Ye Yun-hui.
Saya sungguh tidak tega melihatnya. Kita harus berdoa dengan tulus bagi mereka. Demi membawa manfaat bagi orang lain, tubuh mereka terluka. Kita berharap mereka dapat segera sembuh. Lihatlah, kita bisa menggunakan air dan listrik berkat banyak orang yang rela bekerja keras dengan membahayakan nyawa mereka. Namun, orang-orang seringkali menganggapnya sebagai suatu keharusan. Saat tidak bisa menggunakan listrik, orang-orang pun merasa tidak senang. Berapa banyak orang yang bisa menyadari keberadaan mereka yang telah diam-diam bersumbangsih bagi orang banyak? Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada mereka setiap waktu?
Bukan hanya para teknisi listrik, tetapi juga para petugas pemadam kebakaran dan polisi yang menjaga keamanan masyarakat dan kelancaran lalu lintas. Di mana pun ada yang terluka atau terjadi bencana, mereka akan segera memberikan bantuan meski harus menerjang angin dan hujan. Saat orang-orang berlindung di rumah, mereka harus pergi ke wilayah yang berbahaya untuk melakukan upaya penyelamatan.
Saat akses jalan terputus pascatopan, siapa yang membersihkannya? Para petugas kebersihan. Tanpa mereka, bisakah kita hidup nyaman? Karena itu, kita hendaknya dapat lebih memahami kondisi mereka yang bersumbangsih secara diam-diam bagi masyarakat.
Tentu, kita juga melihat insan Tzu Chi. Meski rumah mereka juga mengalami kerusakan, tetapi mereka mengesampingkannya dan segera berkumpul untuk memberi perhatian dan bantuan di lokasi bencana. Berhubung warga sibuk membersihkan rumah dan tidak sempat menyiapkan makanan, maka relawan kita menyiapkan makanan hangat yang bergizi bagi mereka. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Mereka juga pergi ke berbagai tempat untuk menenangkan hati warga.
Lihatlah, kekuatan topan ini sungguh sangat besar. Kini sudah waktunya bagi kita untuk tersadarkan dan kembali membangkitkan cinta kasih. Sebelumnya, saya sering berkata bahwa permata Taiwan adalah kebajikan dan cinta kasih. Mengakumulasi tetes demi tetes cinta kasih dan kebajikan bagai menciptakan selaput pelindung yang dapat mengikis karma buruk atau melenyapkan bencana. Akan tetapi, bisakah setiap orang mempertahankan niat baik?
Kini kita bisa melihat topan terus terbentuk secara berkelanjutan dan semakin sulit untuk menghindarinya. Berhubung temperatur Bumi meningkat, maka temperatur air laut juga meningkat. Saat tekanan atmosfer terbentuk dan kondisi mendukung, maka akan terbentuk topan, dari topan berkekuatan rendah, sedang, hingga menjadi topan berkekuatan tinggi. Mengapa ini bisa terjadi? Ini karena umat manusia telah mengembangkan terlalu banyak perindustrian. Aktivitas manusia ini telah menciptakan karma buruk.
Bisnis dan karma buruk saling berkaitan. Semakin besar bisnis yang dijalankan, maka semakin banyak perindustrian yang dikembangkan. Dengan demikian, alam akan terluka karena sumber daya alam terus dikuras. Akibatnya, kondisi Bumi dan atmosfer semakin tidak selaras. Gunung dan lautan merupakan bagian dari Bumi. Berhubung Bumi dan atmosfer semakin tidak selaras, maka empat unsur alam menjadi tidak selaras.
Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menyucikan hati manusia dan berpola hidup hemat. Jika setiap orang bisa menghemat sedikit sumber daya dan mengurangi karma buruk kolektif, maka temperatur Bumi akan menurun. Untuk itu, setiap orang harus membina kebiasaan menghemat energi dan mengurangi emisi karbon. Dengan demikian, kita bisa mengerahkan lebih banyak kekuatan untuk menolong sesama.
Dengan mengurangi perjalanan wisata, kita bisa menyisihkan lebih banyak uang untuk menolong sesama. Daripada berwisata, lebih baik kita memanfaatkan waktu untuk meningkatkan nilai kehidupan kita dengan menolong orang yang membutuhkan. Jadi, pemanfaatan waktu dan nilai kehidupan bergantung pada diri sendiri.
Baik memilih bersumbangsih bagi orang lain atau bersenang-senang, waktu akan tetap berlalu. Intinya, bagaimana memanfaatkan waktu bergantung pada diri sendiri. Kita harus bersungguh hati mengembangkan potensi kita untuk menciptakan kehidupan yang bernilai. Kita harus menggenggam setiap waktu. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu.
Kita bisa melihat Topan Megi menimbulkan kerusakan besar di wilayah selatan. Tentu saja, orang yang selamat harus bersyukur. Namun, orang yang terkena dampak bencana membutuhkan perhatian dan bantuan orang lain agar sendi kehidupan mereka dapat segera pulih. Ini sangatlah penting.
Bersyukur kepada para pahlawan yang bersumbangsih secara diam-diam
Makanan yang diantarkan pascatopan membawa kehangatan bagi warga
Melakukan kebajikan untuk selamanya demi melenyapkan bencana
Menggenggam waktu untuk membawa manfaat bagi orang banyak
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 September 2016
Sumber: Lentera Kehidupan- DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina