Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Siklus Cinta Kasih dan Merawat Akar Kebajikan
“Saya memiliki sepuluh orang anak. Dahulu kami tinggal bersama adik ipar perempuan dan laki-laki saya. Terkadang, ibu mertua saya juga menginap di sini. Adik ipar saya masing-masing memiliki tiga atau empat orang anak. Jadi, jika ibu mertua saya mengunjungi kami, maka total 32 orang yang tinggal bersama,” ungkap Gu Ju-meng, penerima bantuan.
Lihat, dahulu ada sebuah keluarga yang hidup susah di Zhuoxi, Hualien, dengan jumlah anggota keluarga yang begitu banyak. Lebih dari 30 orang tinggal di sebuah rumah yang luasnya 66 meter persegi.
“Rumahnya sangat kecil. Setiap anggota keluarganya tidak memiliki tempat tidur sendiri. Mereka harus berbagi tempat tidur dengan yang lainnya,” lanjut Luo Shu-fen, Lektor Fakultas Keperawatan, Universitas Tzu Chi.
Beruntung, ada relawan Tzu Chi di dunia ini. Mereka selalu mengulurkan tangan kepada orang-orang yang membutuhkan meski tidak memiliki hubungan apa pun. Relawan kita sungguh merupakan Bodhisatwa dunia.
Dari setiap kasus yang diterima, kita dapat memahami kondisi keluarga penerima bantuan yang sesungguhnya. Keluarga tersebut memiliki sepuluh anak dan sang ayah menghidupi keluarganya sebagai pekerja serabutan. Demikianlah kondisi kehidupan mereka. Kini, kehidupan mereka telah membaik.
“Berkat bantuan relawan Tzu Chi, mereka dapat memiliki rumah yang nyaman sekarang. Anak-anak mereka pun dapat menuntut ilmu dan tumbuh dalam lingkungan yang normal. Saya yakin sepuluh orang anak ini kelak bisa berkontribusi kembali kepada masyarakat,” ujar Lü Fang-chuan, Kepala Divisi Pengembangan Misi Amal Tzu Chi.
“Dahulu keluarga saya juga pernah menerima bantuan dari Tzu Chi. Kini, bisa menjadi orang yang memberi bantuan, saya sangat berpuas diri,” kata Qin Kun-lin, relawan Tzu Chi.
“Kami pernah mengalami kesulitan ekonomi. Karena bantuan dari Master lah, kehidupan kami bisa membaik seperti sekarang ini. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia juga ingin dilantik menjadi relawan Tzu Chi,” imbuh Lai Gui-mei, ibu Qin Kun-lin.
“Master, saya tidak membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia. Pada tahun 2020, saya mengikuti pelatihan relawan dan berbagai aktivitas Tzu Chi bersama relawan lainnya. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari Tzu Chi. Di sini, saya berikrar di hadapan Master untuk lebih tekun dan bersemangat menjalankan Tzu Chi bersama relawan lainnya,” tutur Qin Kun-lin.
Kita telah melihat dan mendengar Bapak Qin berbagi pengalamannya. Beruntung, ada bantuan dan perhatian dari Tzu Chi lebih dari 30 tahun yang lalu kepada keluarganya. Kini, beliau telah lulus kuliah dan mencapai kesuksesan dalam kariernya. Beliau tidak melupakan Tzu Chi. Demikianlah siklus cinta kasih. Inilah kehidupan yang terindah.
Orang-orang yang kita bantu telah menjadi orang yang berhasil sekarang. Mereka sungguh sangat luar biasa. Karena telah berusaha keraslah, mereka dapat mencapai keberhasilan. Mereka sungguh sangat luar biasa. Jadi, mereka hendaknya berbagi dengan semua orang dengan berkata, “Kita tidak boleh putus asa. Dahulu keluarga saya juga hidup kekurangan. Saya memiliki banyak saudara. Orang tua saya sangat bekerja keras, tetapi tidak mampu menghidupi keluarga lagi karena menderita penyakit. Beruntung, keluarga kami mendapatkan bantuan dari relawan Tzu Chi yang penuh cinta kasih. Kini, saya telah menjadi orang yang berhasil. Saya bersedia untuk berkontribusi kembali bagi orang yang membutuhkan.” Inilah keberhasilan hidup yang sesungguhnya.
Setelah sukses dalam karier serta memiliki kekayaan dan ketenaran, janganlah kita menolak untuk berbagi pengalaman atau merasa tidak ada hubungan dengan orang-orang yang menderita. Jangan hanya berpikir untuk menghasilkan uang serta memamerkan keberhasilan, kekayaan, dan ketenaran, lalu melupakan bagaimana diri sendiri menerima bantuan saat masih kecil dan sama sekali tidak ingin mencari “akar” sendiri. Berkat begitu banyak relawan Tzu Chi yang membantu merawat akar mereka, barulah mereka bisa sukses, bagaikan pohon kecil yang tumbuh menjadi pohon besar, lalu berbunga, berbuah, dan menghasilkan benih yang banyak.
Orang-orang berhasil yang memiliki kekuatan hendaknya berkontribusi kembali kepada masyarakat agar benih-benih itu dapat ditaburkan, berakar, dan tumbuh subur menjadi pohon besar di seluruh dunia. Dengan demikian, semua orang dapat sama-sama menikmati kemakmuran dan berkah serta menjalani kehidupan yang berlimpah.
Untuk sungguh-sungguh menciptakan berkah bagi dunia, kita harus seperti orang yang melakukan penghijauan. Kita harus sungguh-sungguh merapikan dan membersihkan lahan serta segera menabur benih di atasnya agar lahan itu dapat dipenuhi dengan pepohonan yang subur. Itu juga seperti menanam padi. Setelah benih padi ditaburkan, benih tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi semai padi. Setelah semai padi tumbuh besar, terbentuklah malai yang menghasilkan bulir padi. Setelah padi dipanen dan digiling untuk dibuang sekamnya, dihasilkanlah beras. Jadi, inilah perubahan dari suatu benda dengan berbagai sebutannya.
Seiring berjalannya waktu, benih padi itu tumbuh dan melalui berbagai proses dengan sebutan yang berbeda-beda hingga menjadi nasi yang dapat dikonsumsi manusia. Sama halnya dengan manusia yang menjalani berbagai fase kehidupan dari masa bayi, kanak-kanak, muda, paruh baya, dan tua. Semuanya memiliki sebutan masing-masing. Namun, baik pohon, padi, maupun manusia, yang terpenting ialah dapat mendatangkan manfaat bagi orang-orang.
Gabah yang digiling menjadi beras bermanfaat bagi manusia karena dapat dimasak untuk mengenyangkan perut dan memenuhi kebutuhan gizi kita. Gabah tidak bisa dimakan dan tidak dapat mengenyangkan perut kita. Setelah diproses melalui beberapa tahap, barulah gabah bisa menjadi nasi yang dapat dikonsumsi. Itu semua membutuhkan waktu, sumber daya manusia, kondisi alam yang mendukung, dan lainnya. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus memiliki hati yang sangat cermat.
Bagaimana kita bisa menjaga pikiran dan kesadaran agar kita selalu dapat bertindak dengan benar? Sesuai 12 Sebab Musabab yang Saling Bergantungan, kegelapan batin memicu dorongan pikiran, dorongan pikiran menimbulkan kesadaran, dan seterusnya. Kehidupan sehari-hari kita tak luput dari Empat Kebenaran Mulia.
Di kehidupan ini, jika memahami Empat Kebenaran Mulia dan 12 Sebab Musabab yang Saling Bergantungan, kita bisa mengembangkan nilai terbesar dalam kehidupan kita. Kita juga harus mempraktikkan Enam Paramita, yakni dana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Demikianlah kita melatih diri dan menjalani kehidupan kita.
Berkontribusi kembali kepada masyarakat dengan pantang menyerah
Misi amal merawat akar dan menumbuhkan pohon kebajikan
Membawa manfaat bagi dunia bagaikan padi yang menjadi beras
Menciptakan siklus cinta kasih dengan bersumbangsih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 17 Februari 2022