Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci dan Berbuat Kebajikan Bersama-sama


“Dahulu, A-zhi juga pergi bekerja. Namun, kebakaran menghanguskan tempat kerjanya sehingga dia kehilangan pekerjaan. Sepupu perempuannya yang berada di Tainan mengajarinya cara membuat kue. Selama periode ini, ada yang mengatakan bahwa mereka sedang mencari simpati orang lain. Perjalanan kakak beradik ini sungguh tidak mudah. Mereka sungguh mengalami luka batin. Ketika insan Tzu Chi mencurahkan perhatian kepada mereka, mereka merasakan kehangatan dari masyarakat. Sekarang, mereka telah menjadi donatur Tzu Chi dan selalu berdonasi setiap bulannya. Mereka juga meletakkan celengan di gerai kue mereka dan mengimbau orang-orang untuk berbuat baik,”
kata Cai Xiu-ju Relawan Tzu Chi.

“Sebelum relawan Tzu Chi datang untuk memperbaiki rumah kami, jarang ada orang yang mau membantu kami,” kata Wang Bo-zhi penerima bantuan Tzu Chi.

“Saya benar-benar sangat berterima kasih kepada para relawan yang telah membantu kami dan memenuhi kebutuhan kami sehingga rumah kami menjadi lebih nyaman dan lebih memudahkan untuk dihuni. Setelah saya mulai berjualan kue, mereka tetap sering mengunjungi kami untuk memberikan perhatian dan mengobrol dengan kami di gerai kue. Jadi, saya benar-benar sangat berterima kasih,” kata Wang Ya-qian penerima bantuan Tzu Chi.

Relawan kita benar-benar adalah Bodhisatwa dunia. Saya benar-benar sangat berterima kasih atas cinta kasih yang telah kalian berikan. Lihatlah bagaimana sekelompok Bodhisatwa ini terus berjuang tanpa kenal lelah.


“Di antara kami berenam, yang paling muda berusia lebih dari 60 tahun. Saya sendiri berusia 63 tahun. Ketika mengantarkan alat bantu, saya menyadari bahwa seiring berlalunya hari demi hari, usia kita akan makin tua dan kondisi fisik kita pun akan melemah. Karena itu, selagi masih memiliki kemampuan, kita harus memanfaatkan sebagian besar waktu untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi Masyarakat,”
kata Wu Xu-zhu relawan Tzu Chi.

Hidup di dunia ini, kita hendaknya menjaga kesehatan tubuh dan pikiran agar dapat mencurahkan perhatian jangka panjang kepada orang lain. Meski kita berusia 60 tahun, 70 tahun, atau 80 tahun, asalkan memiliki tubuh yang sehat, kita dapat memberikan perhatian kepada orang-orang yang lebih muda dari kita. Inilah yang dimaksud dengan orang berusia lanjut sekalipun juga bisa mencurahkan perhatian jangka panjang kepada orang-orang yang kurang beruntung. Hendaklah kita berikrar untuk melakukan hal ini. Jika kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan pikiran dengan baik, kita dapat melakukan banyak hal baik.

Saya sering mengatakan bahwa janganlah berpikir karena sudah tua, kita harus beristirahat. Kita justru jangan berpikir untuk beristirahat. Sebaliknya, kita justru harus menggenggam setiap kesempatan dan menjaga kesehatan tubuh dan pikiran kita supaya dapat melakukan banyak hal. Inilah berkah kita. Selain menciptakan berkah bagi masyarakat, kita juga dapat memperluas wawasan. Inilah kebijaksanaan. Jadi, sebagai insan Tzu Chi, kita harus menyemangati satu sama lain.

Saya sangat bersyukur setiap kali berkunjung ke Aula Jing Si Changhua, saya merasa tempat ini penuh semangat budaya humanis, termasuk dekorasi dan aspek lainnya. Bangunannya sendiri benar-benar indah. Bangunan ini memiliki banyak pintu dengan struktur pelengkung dan lorong yang sangat luas. Banyak struktur yang melambangkan keharmonisan.


Contohnya, pilar yang berbentuk bulat melambangkan kehidupan yang harmonis dan indah. Ketika berada di tempat itu, saya menundukkan kepala dan melihat setumpuk tanah yang dikelilingi oleh suatu benda. Bagian atas tanah itu sangat bersih. Jika dilihat sekilas, itu seperti seutas tali yang sangat tebal yang mengelilingi tumpukan tanah tersebut.

Saya melihat dan menyentuhnya dengan tangan. Itu bukan tali sungguhan, melainkan sebuah pembatas yang sangat kokoh. Jadi, itu adalah tali palsu yang terlihat seperti tali sungguhan. Ia bukanlah tali sungguhan, tetapi dibuat sangat mirip dengan aslinya. Inilah contoh dari keterampilan tangan.

Kita juga membuka berbagai kelas di sini, seperti kelas meracik teh dan kelas merangkai bunga. Tata cara minum teh pun mengandung Dharma. Dari cara mengangkat gelas, memegang teko, hingga menuangkan teh, setiap langkah memiliki aturan tersendiri. Demikianlah yang disebut sebagai budaya humanis.

Bodhisatwa sekalian, kita menerapkan budaya humanis dalam kehidupan sehari-hari dan tindakan kita, terutama saat berinteraksi dengan orang lain. Senyuman yang selalu menghiasi wajah kita membuat orang-orang merasakan keramahan. Inilah yang disebut pelatihan diri. Apa yang dimaksud dengan melatih diri? Yang disebut dengan melatih diri ialah bagaimana kita membuat orang lain merasa nyaman dan gembira saat melihat kita.

Ketika orang-orang yang dipenuhi noda batin datang ke sini dan melihat orang-orang di sini begitu baik, mereka merasa memiliki sandaran batin sehingga pikiran mereka menjadi sangat stabil. Jadi, dengan keindahan bangunan dan dekorasi dari ladang pelatihan kita di Changhua, kita mengajarkan Dharma kepada para pengunjung agar mereka dapat melihat inilah yang disebut kebajikan.


Jika kita semua harmonis dan senantiasa berbuat kebajikan di masyarakat serta selalu konsisten melakukan hal yang benar, secara alami orang-orang akan mengikuti langkah kita. Inilah yang disebut mengembangkan segala kebajikan. Semua orang bersatu hati untuk menuju arah yang sama. Tidak peduli apa yang terjadi di masyarakat, kita tidak akan merasa kesulitan asalkan kita semua melakukannya dengan sukarela.

Jadi, ketika semua orang secara sukarela melakukan perbuatan baik bersama-sama, bukankah kita telah menciptakan Tanah Suci yang dipenuhi Bodhisatwa? Para Bodhisatwa dapat menyucikan hati manusia di mana pun mereka berada. Ke mana pun kita pergi, tempat itu akan dipenuhi sukacita asalkan kita membawa sukacita kepada orang-orang yang kita temui.

Ada 10 tingkatan Bodhisatwa. Untuk meneladan Bodhisatwa, pada tingkatan pertama, kita harus membawa sukacita untuk sesama. Inilah yang disebut tingkatan sukacita. Kita menginspirasi orang-orang untuk mendaki satu demi satu tingkatan hingga mencapai tingkat kesepuluh. Jadi, dengan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia, kita dapat menciptakan Tanah Suci dan dunia yang indah.

Setelah melihat kebenaran, kebajikan, dan keindahan di Changhua, saya benar-benar tersentuh. Kita melihat kerbau ini sedang membajak sawah. Lihatlah Bodhisatwa muda ini telah membangun tekad dan ikrar. Dia telah membuat sebuah lukisan yang sangat indah. Ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini. Jadi, kita harus saling mengasihi dan mencurahkan perhatian.

Sekarang, banyak Bodhisatwa senior yang telah berusia lanjut. Harap kalian dapat mewakili saya untuk memberikan perhatian kepada mereka. Kalian semua memiliki tekad dan ikrar yang sama seperti saya. Salah satu harapan saya ialah kalian menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Lalu, apa selanjutnya? Menjadikan tekad guru sebagai tekad sendiri. Apakah kalian menerima beberapa kata ini? (Ya.) Jadi, harap semua orang memiliki hati Buddha dan menjalankan tekad Guru. 

Memiliki tekad yang teguh sepanjang hidup
Melindungi ladang pelatihan dan mengembangkan keterampilan
Menciptakan keharmonisan dan membimbing masyarakat luas
Menciptakan Tanah Suci dan berbuat

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 06 Maret 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 08 Maret 2024
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -