Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci dan Kedamaian dengan Menyucikan Hati Manusia
Setiap kali, kisah tentang Yordania selalu penuh cinta kasih. Selain itu, antarumat beragama juga saling menghormati. Karena itu, saya sering mengingatkan kalian untuk menjalankan Empat Latihan, yakni latihan jangka panjang, latihan menyeluruh, latihan tanpa henti, dan yang terpenting, latihan penghormatan.
Kita harus membina hati penuh rasa hormat. Selama ini, dengan cinta kasih penuh rasa hormat tanpa membeda-bedakan agama dan ras, relawan kita bisa menghimpun kekuatan. Saat melihat orang yang hidup kekurangan atau menderita dan berjodoh untuk menjangkau mereka, relawan kita bisa menenteramkan fisik dan batin mereka.
Kita harus menjangkau orang-orang yang menderita dengan kekuatan cinta kasih untuk mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Meski kebahagiaan ini bersifat sementara, tetapi setidaknya, kita bisa membuka pintu hati dan menabur benih cinta kasih di dalam hati mereka yang mungkin suatu hari nanti bisa bertumbuh menjadi pohon besar.
Selama bertahun-tahun ini, seperti inilah insan Tzu Chi di Yordania membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih. Kita juga melihat relawan di Swaziland mengadakan upacara pemandian rupang Buddha dengan tertib dan penuh suasana pelatihan. Di antara mereka, ada seorang putra pastor. Anak kecil itu melakukan pradaksina dengan tertib bersama orang-orang dewasa. Pastor itu juga merupakan relawan Tzu Chi.
Lahan yang mereka gunakan untuk mengadakan pemandian rupang Buddha dengan penuh sukacita disumbangkan oleh kepala suku mereka. Meski berbeda agama, mereka memiliki keyakinan benar. Dengan memiliki keyakinan benar, kita bisa terbebas dari kemelekatan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia ini.
Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja, jangan melekat pada apa pun. Karena terbebas dari kemelekatan, mereka bisa berpikiran terbuka dan mengadakan upacara pemandian rupang Buddha yang agung di sana. Mereka juga melakukan pradaksina. Dharma bisa tersebar ke tempat yang begitu jauh dan menginspirasi orang-orang, ini sungguh hal yang menyentuh.
Dari tahun ke tahun, upacara yang mereka adakan semakin agung. Ini tidak memengaruhi keyakinan mereka. Tanpa memengaruhi keyakinan orang lain, kita juga bisa melakukan hal-hal yang benar, bajik, dan indah di dunia ini. Agar orang-orang dapat mengetahui bahwa Yang Mahasadar di Alam Semesta datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang yang menderita.
Relawan lokal mengadakan pemandian rupang Buddha keliling. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah untuk melenyapkan noda batin warga. Lihatlah, relawan kita juga menyanyikan lagu. Semua orang terlihat bahagia. Meski kekurangan secara materi, tetapi batin mereka kaya akan cinta kasih. Kisah yang menyentuh masih sangat banyak.
Kita juga bisa mengenang sejarah hari ini, tepatnya tanggal 8 Juni 1992. Pascabanjir di wilayah timur Tiongkok tahun 1991, selain memberikan bantuan darurat, Tzu Chi juga membangun rumah permanen di beberapa kabupaten. Kita bisa melihat pada hari itu, korban banjir di sebuah desa di Xinghua pindah ke rumah baru. Suasana sangat meriah dan penuh sukacita. Saya sungguh sangat tersentuh.
Inilah sejarah hari ini. Selain itu, tahun lalu, tornado yang menerjang Funing, Jiangsu juga mendatangkan dampak bencana yang parah. Relawan setempat segera menghubungi divisi kerohanian kita, menyurvei kondisi bencana, dan memberikan bantuan darurat. Usai memberikan bantuan darurat, demi mempertahankan desa yang merupakan tempat tinggal keturunan Konfusius, kita pun membantu pembangunan kembali desa itu. Pembangunan sudah dimulai tahun lalu. Kita bisa melihat pembangunan berjalan dengan lancar. Kita juga berharap dapat menyebarkan semangat budaya humanis Tzu Chi di sana.
“Terima kasih atas kerja keras kalian. Terima kasih. Berkat kalian, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bisa didirikan di sini,” ucapan terima kasih insan Tzu Chi Shanghai.
“Kalian menyediakan dana, maka kami menyumbangkan tenaga,” jawab para pekerja proyek perumahan Tzu Chi.
“Saya merasa bahwa sekarang, mereka bersedia menerima perhatian kita. Setiap kali berinteraksi dengan mereka, mereka selalu bersyukur. Sebelumnya, ini tidak mungkin terjadi,” kutipan wawancara Zhong Limin, relawan Tzu Chi.
“Rumah-rumah ini sangat kukuh. Kami bisa tinggal di sini dengan tenang meski bertiup angin kencang atau turun hujan deras. Kami tidak perlu merasa khawatir,” kutipan wawancara Kong Qingxiang, warga Desa Kongdang.
“Kini seluruh warga Desa Kongdang bersyukur setiap hari. Kami berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang membangun rumah sebagus ini untuk kami,” kutipan wawancara Kong Qingdang, warga Desa Kongdang.
Lihatlah, mereka membangun rumah sendiri. Dengan berpartisipasi dalam pembangunan, mereka bisa mencari nafkah sekaligus membangun rumah sendiri. Karena itu, kita menyerahkan pembangunan ini kepada kontraktor setempat dan menyarankan mereka untuk mempekerjakan warga setempat. Lihatlah, semuanya dibangun dengan rapi.
Kita membangun lebih dari 280 unit rumah di desa itu, termasuk sarana pendidikan dan pusat kegiatan. Kemudian, kita mulai merencanakan pembangunan Kuil Konfusius dengan harapan dapat mewariskan budaya dan pendidikan Konfusius agar keturunannya dapat meningkatkan kualitas hidup. Inilah yang sedang relawan kita usahakan.
Saya sungguh sangat bersyukur. Kini, benih cinta kasih yang kita taburkan telah bertumbuh menjadi hutan yang lebat. Relawan setempat sudah sangat mantap dan giat bersumbangsih. Saya sungguh sangat tersentuh. Lebih dari 200 keluarga ini berharap bisa lebih cepat pindah ke rumah baru. Dengan begitu, seluruh warga desa bisa kembali hidup bersama dengan gembira.
Inilah yang dilakukan oleh Bodhisatwa dunia dengan penuh cinta kasih. Relawan kita mendedikasikan diri untuk melakukan hal yang benar. Mereka telah meraih satu demi satu pencapaian. Saya sangat tersentuh. Hal yang perlu disyukuri sangatlah banyak.
Beberapa hari belakangan ini, saya sangat mengkhawatirkan para relawan kita di Taiwan yang saat membantu upaya pembersihan mengalami luka lecet, tertusuk kaca, atau tertusuk paku. Berhubung mereka sedang membersihkan lumpur, maka saya khawatir mereka akan terinfeksi. Karena itu, saya terus mendesak mereka untuk pergi ke rumah sakit.
Saya berterima kasih kepada Kepala RS Chao yang terus menghubungi dan meminta mereka pergi ke rumah sakit. Singkat kata, saya berharap setiap relawan aman dan selamat setiap hari. Tidak peduli bekerja sekeras apa pun, Tidak peduli selelah apa pun, setelah bersumbangsih, hati kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Namun, saya juga berharap setiap orang dapat senantiasa menjaga keselamatan diri dan bersungguh hati. Saya tahu bahwa meski sangat melelahkan, tetapi kalian dipenuhi sukacita. Meski demikian, kalian tetap harus menjaga keselamatan diri.
Menghimpun kekuatan untuk mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan
Menghapus noda batin dengan upacara pemandian rupang Buddha
Membangun kembali desa dan menabur benih hingga bertumbuh menjadi hutan Bodhi
Mengobati luka para relawan dan melindungi cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina