Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci dengan Langkah yang Mantap


Dalam Pemberkahan Akhir Tahun setiap tahunnya, saya keluar untuk membagikan angpau pada orang-orang. Angpau ini mengandung Dharma dan himpunan kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Angpau ini adalah wujud doa dari para bhiksuni Griya Jing Si terhadap semua orang. Berhubung semua orang membuka mazhab Tzu Chi dengan cinta kasih agung, para bhiksuni Griya Jing Si bekerja keras setiap hari dengan harapan dapat memberikan angpau yang menakjubkan dalam Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi di seluruh dunia.

Hari ini, kita berhimpun di sini dengan tekad dan ikrar yang sama, yaitu bersumbangsih dengan sukarela bagi semua makhluk yang menderita. Janganlah kita meremehkan kekuatan diri sendiri. Kita hendaknya belajar dari alam semesta dan bersungguh hati menghayati betapa luasnya alam semesta ini. Dibandingkan dengan alam semesta, manusia sangatlah kecil. Kita hendaknya mengecilkan ego dan melapangkan hati hingga seluas alam semesta. Lihatlah betapa banyak hal yang terjadi di seluruh dunia.

Misi amal adalah yang pertama dari Empat Misi Tzu Chi. Misi amal telah menyatukan banyak orang. Lewat misi amal, kita melihat orang-orang yang sangat menderita karena didera penyakit. Uang saja tidak dapat membebaskan orang dari penyakit. Orang yang jatuh sakit membutuhkan obat dan dokter. Karena itulah, kita lalu membangun rumah sakit dan merekrut dokter untuk mengobati pasien. Selain itu, kita juga perlu membina tenaga medis.

Karena itu, kita lalu membangun sekolah tinggi kedokteran untuk membina dokter dan akademi keperawatan untuk membina perawat. Kemudian, kita pun memiliki dokter, perawat, dan sebagainya yang lulus dari sekolah kita. Dengan kesatuan hati, tekad, dan ikrar, mereka dapat terjun ke tengah masyarakat untuk melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih.


Saya masih ingat 30-an tahun yang lalu, kita mengadakan penggalangan dana dengan tema "Menciptakan Tanah Suci di Dunia". Selama beberapa waktu itu, anggota komite senior kita selalu mengenakan pakaian dengan gambar teratai di depan dada mereka yang berarti menanam teratai di dalam ladang batin. Direktur Shao, Qiu Xiu-zhi, dan banyak orang yang tak habis untuk saya sebutkan, semuanya telah memberikan dukungan untuk kegiatan yang diadakan di alun-alun saat itu.

Mengenang masa lalu, momen demi momen terbayang jelas dalam benak saya. Semua itu akan selalu ada dalam ingatan saya. Buddha berkata bahwa meski kehidupan tidak kekal, tetapi setiap kali datang dan pergi, setiap orang selalu membawa kesadaran kesembilan. Pada umumnya, orang-orang mengandalkan enam kesadaran, yakni mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. Sesungguhnya, masih ada kesadaran ketujuh, yaitu pemikiran yang lebih mendalam. Selain itu, juga ada kesadaran kedelapan yang menyimpan ingatan yang jauh lebih lama.


Saat baru mendirikan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi, kita menjalankan misi secara mandiri. Dengan sepasang tangan kita, kita mengumpulkan kantong semen, membongkarnya, mengelap bagian yang kotor, mengguntingnya, dan merekatnya menjadi kantong yang lebih kecil untuk dijual ke toko perangkat keras. Untuk dua lapisan di bagian tengah yang bersih, kita menjualnya sebagai kantong pakan. Lapisan paling luas yang kotor juga dilap hingga bersih dan dijual ke toko perangkat keras. Pada zaman itu, kantong semen terdiri atas empat lapis. Demikianlah kita bertahan hidup pada masa-masa yang sulit itu. Kita juga pernah membuat pakaian dan sepatu bayi. Demikianlah kehidupan kita dahulu.

Mengenang masa lalu, meski saat itu harus bersusah payah, tetapi kini saya merasa bahwa itu sangat berwarna. Jika saya tidak membagikannya sekarang, lalu kapan lagi? Jadi, masa lalu sangatlah bernilai. Semangat dan filosofi kita sangatlah penting. Seiring waktu, materi akan rusak dan hancur, tetapi semangat dapat bertahan hingga selamanya. Saya melihat banyak toko cinta kasih. Kekuatan cinta kasih terhimpun di toko-toko ini.


Bodhisatwa sekalian, sudah puluhan tahun berlalu sejak kita memulai langkah di Jalan Tzu Chi. Sepanjang perjalanan ini, kita selangkah demi selangkah menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Kita telah meninggalkan jejak cinta kasih sepanjang perjalanan ini. Praktik celengan bambu dimulai lebih dari 50 tahun yang lalu dan kini dipraktikkan makin banyak orang. Kini, praktik celengan bambu kita telah dijalankan di seluruh dunia. Singkat kata, kita harus mempertahankan tekad kita seumur hidup, bahkan dari kehidupan ke kehidupan. Setelah membangkitkan tekad, kita harus terus menjalankannya dari kehidupan ke kehidupan.

Doa saya yang tulus bagi kalian tidak habis untuk diucapkan. Semoga semua orang dapat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan, memiliki jiwa dan raga yang sehat, dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap waktu. Singkat kata, semoga kalian semua dapat membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih.

Angpau berkah dan kebijaksanaan mengandung cinta kasih banyak orang
Berpegang pada silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi dengan kesatuan tekad
Melewati masa-masa sulit untuk menyucikan dunia
Mempraktikkan semangat Tzu Chi hingga selamanya dengan langkah yang mantap

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 20 November 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 22 November 2024
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -