Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci dengan Melindungi Kehidupan

Belakangan ini, bagaimana saya tidak bersedih ataupun khawatir? Pandemi COVID-19 yang tidak terlihat telah berlangsung hampir setengah tahun. Pandemi yang tidak terlihat ini telah menyelimuti seluruh dunia. Belakangan ini, empat unsur alam tidak selaras. Suhu udara tahun ini jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.

Contohnya di Siberia. Sebelumnya, rata-rata suhu udara di sana ialah 20°C, tetapi tahun ini melebihi 30°C. Ini adalah kondisi yang tidak wajar. Teringat akan perubahan iklim dan bencana alam yang terjadi silih berganti, saya sangat khawatir. Satu-satunya obat mujarab untuk mengatasi masalah ini ialah ketulusan setiap orang.

Meski menganut agama yang berbeda-beda, semua orang hendaknya membangkitkan ketulusan dan melindungi kehidupan. Selain mengasihi dan melindungi alam, kita juga harus berusaha untuk meredam perubahan iklim yang ekstrem agar iklim kembali bersahabat. Ini sungguh tidak mudah.

Jadi, tidak peduli menganut agama apa, semua orang hendaknya membangkitkan ketulusan dan mengerahkan kekuatan cinta kasih. Dengan mengerahkan kekuatan cinta kasih, barulah kita bisa melindungi kehidupan.


Bagaimana cara melindungi kehidupan? Dengan berhenti membangkitkan ketamakan. Janganlah kita tamak akan daging hewan ataupun melukai hewan. Jika kita tidak membuat hewan takut dan terluka, kita bisa hidup berdampingan dengan hewan di dunia yang aman dan tenteram. Dengan demikian, akan tercipta kedamaian bagi dunia ini serta bagi manusia dan hewan.

Pertikaian antarmanusia bisa memicu peperangan. Inilah bencana akibat ulah manusia. Akibat peperangan, banyak pengungsi yang terombang-ambing di lautan dan kehilangan tempat tinggal. Di negara mana pun berada, mereka menjalani hidup di tengah ketakutan. Bagaimana mereka menjalani hidup seperti ini? Mereka sungguh menderita. Kini ada banyak orang yang menjalani hidup seperti ini.

Selain itu, juga ada orang yang kelaparan. Di antara orang-orang yang hidup di Bumi yang sama dengan kita, berapa banyak yang hidup di tengah kelaparan? Ada lebih dari 800 juta orang yang hidup di tengah kelaparan. Bayangkanlah, banyak orang berada yang kelebihan berat badan. Mereka yang kelebihan berat badan ingin mengurangi berat badan, tetapi sangat sulit. Mengapa sangat sulit? Karena nafsu makan mereka.

Jadi, di satu sisi, mereka ingin mengurangi berat badan, tetapi di sisi lain, mereka tidak bisa mengendalikan nafsu makan. Akibat nafsu makan ini, banyak orang yang mengonsumsi daging. Singkat kata, setiap hari, berapa banyak hewan yang disembelih untuk dikonsumsi? Banyak sekali. Saya sering menyebutkan angkanya. Lebih dari 2.000 ekor hewan yang disembelih untuk dikonsumsi setiap detik. Inilah jumlah nyawa yang melayang dalam hitungan detik.


Ini belum termasuk hewan air, seperti ikan dan udang. Dihitung dari hewan yang diternakkan manusia saja, jumlahnya sudah begitu banyak. Jadi, manusia menciptakan karma membunuh setiap hari dan membuat hewan-hewan menjadi tidak tenang. Hewan memiliki dunia mereka sendiri. Saat terganggu oleh manusia, hewan bisa merasa takut. Hewan juga memiliki emosi. Mereka juga bisa merasa takut dan gelisah.

Singkat kata, baik antara sesama manusia maupun antara manusia dan hewan, telah timbul dendam satu sama lain. Rasa dendam inilah yang mengakibatkan kondisi seperti sekarang. Jadi, jika kita bisa bersungguh-sungguh melindungi makhluk hidup dan hidup berdampingan, akan tercipta Tanah Suci di dunia ini.

Jika ingin dunia ini damai, manusia harus menciptakan berkah bersama. Untuk menciptakan berkah, kita membutuhkan cinta kasih. Tentu saja, kita harus mengasihi semuanya. Kita harus mengasihi sesama manusia dan hewan. Kita juga harus bersumbangsih. Berhubung sudah bersumbangsih, kita hendaknya juga menghargai, mengasihi, dan melindungi makhluk hidup di hadapan kita. Inilah cinta kasih yang tulus.

Kali ini, saya terus berkata bahwa kita harus bervegetaris. Saya terus menekankan bahwa bervegetaris itu harus. Kini, setiap agama hendaknya membimbing umatnya ke arah yang sama, yakni membangkitkan cinta kasih. Memiliki keyakinan yang berbeda bukan masalah, semua orang bisa mengasihi dan melindungi kehidupan, baik sesama manusia maupun hewan.

Saat semua orang bisa melakukannya, barulah dunia ini bisa damai dan tenteram. Jika tidak, ketidakselarasan empat unsur alam dan tiga bencana akan terus terjadi. Peperangan, bencana alam, dan wabah penyakit akan terus terjadi di dunia ini. Inilah karma kolektif semua makhluk. Dengan membimbing semua orang melakukan hal yang sama, yakni bervegetaris serta mengasihi dan melindungi kehidupan, maka semua masalah akan teratasi serta dunia akan damai dan terbebas dari bencana.

Prinsipnya sangatlah sederhana, tetapi sangat sulit untuk membimbing orang-orang menekan kegelapan batin dan nafsu keinginan. Inilah yang disebut pelajaran besar. Namun, terdapat kesulitan besar untuk membimbing orang-orang menjalankannya. Kesulitan ini tidak bisa dideskripsikan. Jadi, mari kita membuka mulut untuk menyebarkan Dharma dan cinta kasih yang tulus. Kita bisa mengatakannya dengan mudah. Namun, yang termudah mungkin merupakan yang tersulit.

Saat kita mengajak orang-orang untuk menyumbangkan materi demi menolong sesama, mereka bisa melakukannya tanpa kesulitan. Namun, saat kita mengajak orang-orang untuk bervegetaris, mereka merasa sangat sulit. Saya terus menyosialisasikan vegetarisme belakangan ini. Pikirkanlah, di mana letak kesulitannya? Intinya, kita berharap orang-orang dapat menerapkan prinsip kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkanlah, jika kita bisa menjalani keseharian sesuai prinsip kebenaran, hukum alam juga akan berjalan semestinya.

Sulit untuk membimbing orang-orang mengendalikan nafsu makan
Konflik berlandaskan rasa dendam memicu bencana
Semua agama bersatu hati menginspirasi cinta kasih
Bervegetaris dan melindungi kehidupan demi kedamaian dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Juli 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 14 Juli 2020
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -