Ceramah Master Cheng Yen: Mencurahkan Perhatian ke Seluruh Dunia dan Saling Menghormati
Kita bisa melihat kehidupan orang yang penuh cinta kasih selalu dipenuhi kehangatan. Di Cile terdapat sekelompok kecil Bodhisatwa. Mereka berfokus pada kegiatan daur ulang dan mengajak relawan lokal melakukan daur ulang. Hasil penjualan barang daur ulang mereka manfaatkan untuk menjalankan misi amal.
Bantuan yang mereka berikan tidak sedikit. Meski jumlah relawan di sana tidak banyak, tetapi selama beberapa tahun ini, tekad pelatihan mereka tidak mundur. Meski belum bisa menginspirasi banyak relawan lokal, mereka bisa mempertahankan tekad pelatihan selama ini. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Mereka menjalankan misi Tzu Chi secara mandiri. Ini sungguh tidak mudah. Kita juga melihat cinta kasih antarumat beragama. Saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh.
“Bagi saya, hari ini adalah hari yang sangat bermakna. Keyakinan mereka berbeda dengan saya, tetapi sangat sederhana dan mendalam. Di tengah upacara, ada banyak orang yang masuk ke sini untuk berkumpul bersama dan mencari ketenangan batin. Air merupakan lambang kesucian. Tuhan mengajari kita untuk menghormati orang-orang yang membimbing kita menjadi orang yang lebih baik. Saya sangat menyukai upacara ini. Orang-orang yang memiliki keyakinan yang teguh baru bisa melakukan hal ini. Upacara ini sangat sederhana dan indah,” kutipan wawancara Pastor Claudio Bermudez.
“Yang kalian lakukan sungguh luar biasa. Kalian telah mengubah pola pikir kami. Awalnya, ada banyak orang yang egois. Namun, kini kalian bisa melihat bahwa mereka telah berubah. Kalian telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga bagi kami. Kami harus berterima kasih pada kalian,” kutipan wawancara Lina, salah satu korban bencana.
“Hari ini adalah hari terbahagia saya. Saya menangis dan mencucurkan air mata. Saya memberi tahu mereka betapa saya berterima kasih pada mereka. Ini pertama kalinya kami merasa seperti ini. Di sini belum pernah ada suasana seperti ini,” kutipan wawancara Estrella Arquiaga, salah satu korban bencana.
Meski menganut agama yang berbeda-beda, semua orang membangkitkan kekuatan cinta kasih universal untuk saling menghormati, memuji, melindungi, dan mendukung. Ini sungguh tidak mudah. Sebelum upacara pemandian rupang Buddha digelar, Uskup Agung Manabi menelepon pastor di sebuah gereja di Santa Ana dan memintanya untuk mendukung upacara pemandian rupang Buddha ini.
Pastor itu bekerja sama dengan senang hati. Karena itulah, terlihat pemandangan seperti ini. Dengan ketulusan, semua orang bisa menghormati satu sama lain tanpa memandang perbedaan agama. Jalinan jodoh ini berawal dari tahun lalu, saat Provinsi Manabi diguncang gempa bumi. Saat itu, insan Tzu Chi menjangkau 5 wilayah untuk menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Kita juga membantu pembangunan kembali sebuah gereja Katolik di Canoa bagi para biarawati. Kita membuat rancangan dengan sepenuh hati seperti akan mendirikan bangunan untuk diri sendiri. Semua orang saling menghormati.
Kita bisa melihat interaksi penuh cinta kasih antarumat beragama. Keyakinan yang benar bisa menyucikan hati manusia dan membangkitkan sifat hakiki manusia yang bajik. Inilah kabar baik dari Ekuador. Warga setempat membuka pintu hati dengan penuh sukacita dan mengasihi sesama dengan cinta kasih tanpa pamrih.
Kita bisa melihat upacara pemandian rupang Buddha yang penuh kedamaian. Usai upacara pemandian rupang Buddha, kita juga membagikan bantuan dana darurat. Di rumah-rumah yang terendam banjir, perabot rumah tangga telah rusak. Karena itu, kita membagikan bantuan dana darurat. Yang kita bagikan adalah kupon.
Kita juga meminta bantuan kepada bupati Santa Ana yang sangat baik dan bertanggung jawab. Saat akan menarik uang tunai dari bank, kita mengalami kesulitan. Lalu, kita berkoordinasi dengan bupati tersebut dan meminta beliau untuk mengesahkan kupon kita dengan tanda tangan beliau. Sesuai jumlah anggota keluarga, kita membagikan kupon yang bernilai 300, 400, dan 500 dolar AS.
Relawan kita telah melakukan pendataan. Kita membagikan kupon ini secara langsung ke tangan korban bencana agar mereka bisa menukarkannya dengan slip penarikan di kantor pemerintah daerah yang bisa digunakan untuk menarik uang tunai di koperasi. Para korban bencana sangat bersyukur Tzu Chi memulihkan sendi kehidupan mereka dan membantu membersihkan lokasi bencana sehingga mereka bisa hidup seperti sediakala.
Yang lebih penting, relawan kita juga membuka pintu hati dan membangkitkan cinta kasih universal mereka, bukan hanya cinta kasih individu. Warga setempat sangat bersyukur dan tersentuh. Ada pula dokter TIMA yang memberi pengobatan dan perhatian ke desa terpencil.
“Master mengajari kita untuk memiliki cinta kasih dan welas asih agung, terlebih dalam misi kesehatan. Berhubung yang kita hadapi adalah pasien, maka kita harus memiliki welas asih agung dan mengasihi semua makhluk,” kutipan wawancara dr. Lia Meza, Anggota TIMA Paraguay.
Dia merupakan dokter dari Paraguay. Dia adalah putri dr. Meza. Ada enam dokter dalam keluarga dr. Meza. Kali ini, istri dan dua orang putrinya ikut bersama insan Tzu Chi untuk mencurahkan perhatian kepada keluarga kurang mampu di Ekuador. Saat pasien tidak bisa keluar berobat, kitalah yang akan menjangkau mereka untuk memperhatikan mereka dengan cinta kasih.
Saya juga sangat bersyukur kepada pengusaha dari Taiwan di Ekuador yang kali ini turut memberikan bantuan. Mereka menjemput relawan kita di bandara dan menyediakan makanan vegetaris bagi para relawan kita. Jalinan jodoh Tzu Chi di Ekuador semakin matang. Setelah tiba di Ekuador pada tanggal 23 April, relawan kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah, upacara pemandian rupang Buddha, dan pembagian bantuan.
Meski rangkaian kegiatan ini sangat melelahkan dan cuaca di sana sangat panas, tetapi para relawan kita dipenuhi oleh sukacita dalam Dharma. Dibandingkan dengan mereka, saya lebih dipenuhi sukacita lagi. Saya tahu bahwa mereka sangat bekerja keras untuk menuntaskan misi yang sangat sulit ini. Ini sungguh tidak mudah. Saya sungguh sangat bersyukur. Bodhisatwa dunia melatih diri dengan bersumbangsih secara nyata. Saya yakin para relawan kita menuntaskan misi kali ini dengan cinta kasih tanpa pamrih. Mereka menyalurkan bantuan tanpa pamrih.
Semua orang merasa gembira bisa menolong orang yang membutuhkan. Penyaluran bantuan berjalan lancar dan semua orang pulang ke rumah dengan sukacita dan selamat, inilah satu-satunya harapan mereka. Semoga setelah ini, Ekuador bisa menjadi lahan yang subur dan terbentuk hutan Bodhi di sana. Kita berharap satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga dan relawan local bisa meneruskan misi Tzu Chi di sana.
Menabur benih kebajikan di seluruh dunia
Mencurahkan perhatian ke seluruh dunia dengan cinta kasih tanpa pamrih
Meski menganut agama yang berbeda-beda, semua orang saling menghormati
Bersumbangsih secara nyata tanpa kemelekatan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina