Ceramah Master Cheng Yen: Mencurahkan Perhatian ke Seluruh Dunia dengan Tekad yang Teguh

 

Lihatlah topan yang menerjang Meksiko. Selain itu, di Texas, Amerika Serikat, banjir juga mendatangkan bencana besar. Ini semua akibatketidakselarasan unsur alam. Setiap hari, kita juga membahas tentang ketidakselarasan pikiran manusia yang mendatangkan bencana.

Di Turki, ada sebuah keluarga yang semula menjalani hidup di Suriahdalam kondisi yang cukup baik. Namun, akibat terjadinya perang, mereka terpaksa mengungsi ke negara lain. Putra sulung mereka tidak membawa barang lain. Dia hanya membawa sebuah tas yang penuh dengan buku. Dia berharap suatu hari nanti, dia dapat melanjutkan pendidikannya. Namun, setelah mengungsi ke Turki, demi menjaga kelangsungan hidup keluarganya, dia harus bekerja.

Kita memberikan dana bantuan kepada keluarga tersebut sebesar upah yang diterima anak ini dengan harapan dia dapat kembali bersekolah. Namun, dia tidak dapat bersekolah karena dia seharusnya melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, sedangkan kini di Turki belum ada SMA yang dapat memberikan pendidikan bagi anak pengungsi dari Suriah. Namun, putra kedua dalam keluarga ini merupakan salah satu dari sekitar 2.000 anak yang menerima bantuan Tzu Chi. Saat relawan kita berkunjung ke rumah mereka, kita melihat bahwa sang ibu merupakan orang yang sangat lembut dan penuh sopan santun. Saat membicarakan putra-putranya, dia merasa sangat tidak tega. Dia berkata bahwa selama lebih dari lima bulan ini, mereka hanya memiliki satu setel pakaian. Jadi, mereka terus mengenakannya. Jika boleh memiliki harapan, dia berharap dapat memberikan satu setel pakaian kepada mereka, tidak peduli pakaian baru atau bekas. Dia hanya ingin mereka memiliki pakaian ganti. Yang dia inginkan tidaklah banyak. Dia menyampaikannya secara implisit.

Selain itu, atas putra keduanya yang mendapatkan bantuan dari Tzu Chi, dia sangat bersyukur. Yang disayangkan adalah putra sulungnya belum bisa kembali bersekolah. Dia selalu berharap putra sulungnya dapat kembali bersekolah. Setelah mendengar kisah mereka, mari kita pulang ke rumah dan membuka lemari baju kita untuk melihat berapa banyak pakaian yang kita miliki.Betapa stabil dan bahagianya kehidupan kita. Pikirkanlah,kini ada berapa banyak pengungsi yang hidup di tengah penderitaan seperti ini, bahkan ada lebih banyak lagi yang masih dalam perjalanan mengungsi di tengah terpaan salju lebat, hujan deras, dan angin kencang. Mereka bahkan tidak tahu negara mana yang dapat menjadi tempat bernaung yang aman bagi mereka.

Pengungsi seperti ini sangatlah banyak. Saat perbatasan ditutup, para pengungsi terpaksa mencari jalan lain. Hingga kini, pengungsi seperti ini masih sangat banyak. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh menghargai kehidupan kita sekarang ini. Di seluruh dunia terdapat begitu banyak orang yang hidup menderita. Jika mampu bersumbangsih, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin. Kita juga bisa melihat para relawan daur ulang yang begitu memperhatikan bumi. Selain itu, mereka juga membangkitkan cinta kasih. 

Contohnya Relawan Yu-mei. Setelah dikenalkan dengan Relawan Liu De-mei, dia mulai aktif mengikuti kegiatan relawan. Kemudian, dia bertekad untuk menjadi anggota komite. Saat itu, untuk menjadi anggota komite, dia harus menulis autobiografi. Berhubung tumbuh pada zaman penjajahan Jepang dan menerima pendidikan Jepang, maka aksara Mandarin yang dia kuasai tidaklah banyak. Untuk menyelesaikan autobiografi yang terdiri atas 600 karakter, dia menghabiskan waktu selama sebulan. Dia harus menulis autobiografinya sepanjang 600 karakter. “Huruf Jepang dan huruf Mandarin sangat berbeda. Untuk menjadi anggota komite, kita harus menulis autobiografi sepanjang 600 karakter. Adakalanya, saya bertanya kepada menantu saya, cucu saya, dan orang lain. Jadi, saya bisa menyelesaikannya.Saya tidak takut repot. Sesungguhnya, jika bertekad, kita pasti bisa melakukannya. Mempelajari aksara Mandarin sangat baik. Lihatlah, kini saya bisa membaca buku,”ucap Lin Yu-mei yang berusia 81 tahun.

Dia menanyakan aksara Mandarin yang tidak dia kuasai satu per satu. Akhirnya, setelah satu bulan,dia berhasil menyelesaikan autobiografinya. Lihatlah, tulisannya juga sangat rapi. Dia telah dilantik menjadi anggota komite selama lebih dari 20 tahun. Dia juga membimbing relawan lain. “Dahulu kami tidak mengerti apa-apa dan belum berpengalaman. Karena itu, kami meminta Bibi Yu-mei untuk mendampingi kami. Dalam perjalanan, beliau terus berbagi tentang kasus-kasus Tzu Chi. Saya berkata bahwa saya masih belum mengerti. Beliau berkata bahwa tidak apa-apa. Saat saya pergi ke rumahnya usai melakukan survei kasus, beliau pun berbagi dengan saya tentang hal-hal yang harus diperhatikan. Daya ingatnya sangat baik, bahkan lebih baik dari kami. Beliau mengajari kami tentang apa saja yang harus dicatat. Kami belajar sedikit demi sedikit dari beliau,”ujar Liao Li-zhen.

“ Apakah ada orang di rumah? Mereka mungkin pergi ke sawah.”

“ Bibi, jika tidak ada orang di rumah,apa yang harus kita lakukan?”

“ Kita akan kembali lagi. Kita akan datang lagi di lain hari.”

“ Bukankah seperti ini sangat merepotkan?”

“ Melakukan survei kasus memang seperti ini. Kami tidak takut repot. Berkunjung dua atau tiga kali masih termasuk wajar. Jika takut repot, kita tidak bisa melakukannya. Kita harus melakukannya dengan benar.“

Bodhisatwa lansia ini menjadikan dirinya sebagai teladan. Di Pingtung, banyak Bodhisatwa yang berusia 90-an, 80-an, dan 70-an tahun. Melihat mereka begitu sehat, saya merasa sangat gembira. Hingga kini, para Bodhisatwa lansia masih menggenggam setiap menit dan detik untuk bersumbangsih tanpa henti. Mereka tetap aktif dalam tim konsumsi, kegiatan daur ulang, dan melakukan survei kasus. Relawan Yu-mei juga mengemban semua tugas itu. Ada anggota komite yang berkata bahwa meski kondisi kesehatan Relawan Yu-mei tidak begitu baik, tetapi dia tetap mengemban semua tugas. Saat para relawan junior tidak bisa mengemban tugas dengan baik, dia akan turun tangan secara langsung untuk menunjukkan cara yang tepat pada mereka.

Lihatlah, relawan berusia 80 tahun lebih ini terus bersumbangsih selama puluhan tahun. Dia terus mempertahankan tekad untuk menapaki jalan kebenaran. Selama 40 hingga 50 tahun ini, banyak relawan yang bersumbangsih dengan kesatuan tekad bagi dunia dan bumi ini. Relawan Yu-mei juga tidak pernah absen dari kegiatan Tzu Chi. Dia berkata kepada relawan lain bahwa di mana pun ada kegiatan Tzu Chi, mereka harus mengajaknya untuk ikut serta. Jika relawan lain tidak mengajaknya, dia juga akan berinisiatif untuk berpartisipasi. Dia tidak menyia-nyiakan kehidupannya meski hanya semenit ataupun sedetik. Di Taiwan, kita memiliki banyak Bodhisatwa yang menggemaskan serta penuh kebajikan dan cinta kasih. 

Seorang anak dari Suriah mengungsi dengan hanya membawa sebuah tas berisi buku-buku

Membantu anak-anak bersekolah dan menganggap mereka bagai keluarga sendiri

Menjadikan diri sendiri sebagai teladan untuk menolong orang yang menderita

Menjadi guru tak diundang dan mempertahankan tekad untuk selamanya

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Oktober 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Oktober 2015

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -