Ceramah Master Cheng Yen: Mendampingi dengan Cinta Kasih dan Mempertahankan Jalinan Jodoh


“Pada tahun 1992, seorang rekan kerja mengajak saya bergabung dalam Asosiasi Guru Tzu Chi. Saya sering membantu dalam kamp pengajaran Kata Renungan Jing Si yang diadakan oleh Ibu Yun-cai di Hualien. Saya bertugas membantu tim logistik di sana. Ketika saya pertama kali mendengar ceramah Master, Master mengatakan bahwa tidak ada murid yang tidak bisa diajari, yang ada hanya guru yang belum menemukan cara,”
kata Xu Ying-duan Guru Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Perkataan ini benar-benar menyadarkan saya. Jadi, saya mengubah tabiat diri sendiri terlebih dahulu dengan mempelajari Kata Renungan Jing Si, lalu mengajarkannya kepada murid-murid saya agar mereka dapat mengubah perilaku dan menerapkan prinsip kebenaran. Ini tidak hanya memperbaiki hubungan saya dengan murid-murid, tetapi juga membuat saya dapat mengajar lebih lancar. Saya mendapatkan banyak manfaat,” lanjut Xu Ying-duan.

“Pada tahun 2011, dalam sebuah ceramah tentang pensiunan guru, Master berkata, ‘Sekali menjadi guru, selamanya menjadi guru.’ Ini bertujuan untuk mendorong para guru agar selain mengajarkan wawasan, juga membimbing para murid menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya masih mengingat perkataan Master. Untuk itu, saya mulai mengajak murid-murid saya yang telah bekerja untuk menggalang cinta kasih,” puingkas Xu Ying-duan.

Kalian telah mengajari murid-murid dengan cinta kasih. Selama puluhan tahun, guru-guru kita sangat bersungguh hati. Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi telah membantu banyak sekolah dalam membimbing murid-murid yang nakal. Di bawah bimbingan para guru, mereka yang telah memasuki dunia kerja dapat membawa perubahan positif di masyarakat. Bayangkan, berapa banyak kelas yang telah kalian ajar dan berapa banyak anak berbakat yang telah kalian bina?

Hati guru bagaikan hati Bodhisatwa dan hati orang tua. Kalian tidak hanya memperhatikan keselamatan dan peluang para murid di masa depan tetapi juga mendampingi mereka dengan cinta kasih.


“Sejak dilantik menjadi anggota komite pada tahun 2005, saya telah menerapkan semangat Tzu Chi dalam kegiatan belajar dan mengajar, yaitu dengan menggunakan Kata Renungan Jing Si untuk membimbing para murid ke arah yang benar. Ketika mengajar di SMP Neipu, saya telah menjalin jodoh yang dalam dengan seorang murid yang menderita autisme sedang,”
kata Fang Rui-min Guru Asosiasi Guru Tzu Chi.

“Dia tidak berbicara sepanjang hari, bahkan tidak pergi ke kamar kecil seusai kelas. Saya berusaha mencari cara untuk membantunya. Saya sendiri yang mengantarkannya ke kamar kecil dan juga meminta murid lainnya untuk mengajaknya pergi ke kamar kecil seusai kelas. Suasana dalam keluarganya kurang baik. Sang ibu mertua dan suami menyalahkan istri karena melahirkan anak seperti ini. Lalu, si istri berusaha menciptakan berkah untuk anaknya,” lamjut Fang Rui-min.

“Dia mengatakan bahwa ingin berdonasi atas nama ibu mertua dan ketiga anaknya. Hingga kini, dia telah berdonasi selama 19 tahun. Setiap bulan, ketika saya datang mengumpulkan donasi, anaknya akan menghampiri dan memeluk saya seperti saat dia kecil. Setelah ibunya bergabung menjadi donatur, suasana di rumah pun berubah. Saya sangat gembira karena sebagai seorang guru, saya dapat mengubah kondisi seorang anak hingga memengaruhi kondisi keluarganya,” pungkas Fang Rui-min.

Saya yakin bahwa kalian telah menciptakan nilai terbesar dengan cinta kasih kalian. Kalian adalah guru paling ideal yang dicari oleh para orang tua murid dan diandalkan oleh para murid. Berkat kalian, anak-anak dapat belajar dan tumbuh besar dengan tenang. Jadi, baik yang pernah mengajar di TK, SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, anggota Asosiasi Guru Tzu Chi semuanya adalah guru yang humanis.


Tidak peduli berapa usia murid-murid mereka, para guru tetaplah guru. Saya juga merupakan seorang guru. Saya adalah guru dari para guru. Jadi, saya juga harus melakukan yang terbaik dan memenuhi tanggung jawab saya. Sebagai guru kalian, selain memperhatikan kehidupan fisik kalian, saya juga memperhatikan jiwa kebijaksanaan kalian.

Saya berharap semua guru kita, setiap relawan Tzu Chi atau murid Jing Si, tidak hanya memiliki arah hidup yang benar, melainkan juga dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan karena jiwa kebijaksanaan akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Seiring berjalannya waktu, kehidupan fisik akan berakhir. Namun, jiwa kebijaksanaan akan tetap berlanjut. Jiwa kebijaksanaan bagaikan sebutir benih yang kita bawa dari kehidupan ke kehidupan.

Ketika membabarkan Dharma, saya sering mengatakan bahwa saat lahir ataupun meninggal, kita tak membawa apa-apa, kecuali karma yang telah tanam. Karma adalah sebutir benih yang disebut benih karma. Ketika meninggal dunia, kita akan meninggalkan tubuh ini, dan hanya membawa benih karma bersama kita. Benih karma inilah yang akan menentukan di mana kita akan lahir pada kehidupan berikutnya. Benih karma ini merupakan hasil dari perbuatan kita.

Jika tidak bergabung di Tzu Chi, kalian mungkin tidak akan mengenal satu sama lain. Dengan bergabung di Tzu Chi dan bersumbangsih sebagai relawan pengajar, kalian telah menapaki Jalan Bodhisatwa bersama-sama. Yang paling penting ialah kalian yang belum dilantik harus dilantik selagi saya masih hidup sehingga kita dapat menjalin jodoh baik untuk kehidupan berikutnya.

Kita juga harus mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Jadi, para guru yang belum pensiun hendaknya berpikir bahwa murid-murid kalian adalah orang-orang yang pernah melatih diri bersama kalian di masa lalu. Jadi, genggamlah jalinan jodoh untuk membimbing mereka.


Murid-murid ini telah melatih diri bersama kalian di masa lalu sehingga mereka memiliki jalinan jodoh untuk dibimbing kembali oleh kalian. Kalian memiliki jalinan jodoh sebagai guru dan murid karena pernah melatih bersama di masa lalu. Intinya, murid-murid kita memiliki jalinan jodoh yang baik dengan kita. Saya berharap kalian dapat terus berinteraksi dengan murid-murid kalian.

Dengan mengadakan acara ramah-tamah, kalian dapat berbagi cerita tentang Tzu Chi dan mengajak mereka untuk bergabung. Contohnya, platform PaGamO. Seiring banyaknya orang yang menggunakan platform ini, makin banyak orang mengenal Tzu Chi. PaGamO menyediakan sarana belajar yang baru dan baik bagi para murid. Tidak peduli kalian sudah pensiun atau belum, cara ini dapat membantu kita untuk tetap berkarya dalam dunia pendidikan.

Saya berharap kalian dapat sering mendampingi para murid. Jika diundang untuk berpidato, tidak peduli di mana tempatnya, mohon kalian dapat membimbing dan menginspirasi para peserta dengan sepenuh hati. Semua orang bisa menjadi guru kita. Saya sangat gembira kalian dapat kembali ke sini. Kalian adalah guru saya dan saya masih guru kalian. Kita semua adalah guru bagi satu sama lain.

Kita hendaknya bersikap rendah hati karena kita senantiasa saling belajar dari orang lain. Ketika kita belajar dari orang lain dengan rendah hati, kita telah mempraktikkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Harap kita senantiasa bersikap hormat dan saling belajar dari satu sama lain. 

Berusaha membimbing murid-murid dengan baik tanpa kenal lelah
Mendampingi dengan cinta kasih demi masa depan yang lebih baik
Bersikap rendah hati dan saling belajar dari satu sama lain
Tetap menjalin jodoh baik dengan para murid meski telah pensiun 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 04 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 06 Mei 2023
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -