Ceramah Master Cheng Yen: Mendedikasikan Diri Demi Misi Tzu Chi
“Tiga puluh tahun yang lalu, saat mendaftarkan diri di Akademi Keperawatan Tzu Chi, ada 2 hal yang menarik perhatian saya. Pertama, saya melihat para relawan yang mengenakan qipao (baju relawan komite wanita). Saya masih mengingat keanggunan mereka sampai sekarang. Sebagai seorang murid dari pedesaan, saya juga ingin berpakaian seperti itu. Jadi, itu menarik perhatian saya,” cerita Zheng Li-juan, alumni angkatan pertama Akademi Keperawatan Tzu Chi.
“Kedua, juga ada program beasiswa. Saya sangat bersyukur kepada Master Cheng Yen yang menyediakan program beasiswa di Akademi Keperawatan Tzu Chi. Saya juga bersyukur kepada Master yang menemukan rektor yang sangat baik untuk kami. Beliau juga menemukan dosen-dosen yang sangat baik untuk mengajari kami. Para ahli di bidang keperawatan dan dosen Universitas Nasional Taiwan naik pesawat terbang ke Hualien untuk mengajari kami. Selain memberikan pendidikan yang baik, Master juga mengatur Ibu Yi De untuk memperhatikan kami. Jadi, saya memiliki dua ibu. Saat itu, kami sangat gembira,” lanjutnya.
“Belakangan, saya baru tahu bahwa Ibu Yi De dipilih secara langsung oleh Master Cheng Yen. Ibu Yi De sangat memperhatikan kami. Saya masih ingat dengan jelas bahwa saya mengunjungi warga kurang mampu bersama Ibu Yi De. Kunjungan pertama membuat saya terkejut. Semula saya merasa bahwa keluarga saya sangat kasihan karena ayah saya terserang stroke, tetapi lewat kunjungan itu, saya melihat kekurangan yang sesungguhnya. Makanan di dalam periuk sudah basi. Saat itu saya benar-benar terkejut. Kami pun membersihkan rumahnya. Jadi, Ibu Yi De mengajari kami dengan teori sekaligus praktik nyata. Ibu Yi De merupakan permata yang Master berikan di sisi kami sehingga kami bisa belajar dari mereka setiap waktu,” tutup Zheng Li-juan.
Akademi Keperawatan Tzu Chi telah berdiri 30 tahun. Saat Akademi Keperawatan Tzu Chi akan diresmikan, kita membentuk Asosiasi Ayah dan Ibu Yi De yang semula diberi nama Asosiasi Ibu dan Kakak Yi De karena murid-murid masih sangat muda. Berhubung sebagian komite masih muda maka diberi nama Asosiasi Ibu dan Kakak Yi De. Namun, awalnya, murid-murid tidak bisa menerima mereka.
“Tiga puluh tahun yang lalu, Tzu Chi membentuk Asosiasi Ibu dan Kakak Yi De yang tidak ada duanya di Taiwan. Sebagian besar anggota asosiasi ini ialah para ketua tim dan komite senior,” kata Wen Su-zhen, relawan Tzu Chi.
“Awalnya, kami tidak mengerti makna dari Ibu Yi De. Kami hanya tahu bahwa pada salah satu hari Jumat setiap bulan, akan ada sebuah bus yang memasuki gerbang akademi kami dengan para Ibu Yi De di dalamnya. Saat mereka masuk, kami harus menyambut mereka. Sebenarnya, awalnya kami heran mengapa kami harus melakukannya karena mereka bukan orang tua ataupun kerabat kami,” kata Cai Bi-que, alumni angkatan pertama Akademi Keperawatan Tzu Chi.
“Itu pertama kalinya kami memiliki 10 anak tanpa perlu mengandung. Kami merasa penuh semangat, tetapi juga tegang dan tertekan. Mereka sangat penasaran dan mengira bahwa Tzu Chi yang mengeluarkan biaya untuk transportasi dan lain-lain. Saya berkata, “Bukan, kami adalah relawan. Kami mengeluarkan biaya sendiri untuk mengunjungi kalian serta membawa hadiah dan makanan untuk kalian,” kata Lin Zhi-hui, relawan Tzu Chi.
“Mereka berkata, “Benarkah? Kalian sangat bersusah payah. Kalian sungguh sangat mulia,” tambahnya.
“Setelah lama berinteraksi dengan para Ibu Yi De, kami tahu bahwa mereka benar-benar memperhatikan kami, sehingga kami yang pergi jauh dari rumah untuk menuntut ilmu dapat memiliki sandaran. Saat kami mengalami kesulitan, mereka memberi dukungan besar pada kami,” kata Cai Bi-que lagi.
Setelah akademi ini didirikan, sekelompok Bodhisatwa ini ingin memberi pendampingan, tetapi tidak diterima oleh para murid. Beruntung, para insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa. Berhubung bertekad menapaki Jalan Bodhisatwa, mereka bisa mempertahankan tekad dan pantang menyerah. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mendekatkan diri dengan murid-murid. Para relawan yang mengikuti langkah saya sungguh memainkan peran yang mulia. Mereka sangat mengagumkan.
Jalan Tzu Chi bisa dibentangkan berkat para relawan Tzu Chi. Karena itulah, saya bersyukur setiap hari. Tanpa para Komite dan Tzu Cheng, kita tidak akan bisa membangun Empat Misi Tzu Chi. Saya sangat bersyukur pada mereka.
Para anggota Tzu Cheng berkontribusi untuk setiap bangunan yang kita dirikan. Contohnya RS Tzu Chi Taipei. Dari upacara peletakan batu pertama, anggota Tzu Cheng sudah mulai bergerak. Di lokasi konstruksi, mereka memainkan peran yang berbeda-beda. Ada yang merupakan insinyur, ada juga yang merupakan arsitek. Mereka yang tidak mengerti bisa belajar dari yang lain dan mempraktikkannya setelah itu. Mereka mengerjakan apa saja. Menjelang upacara peresmian, pipa di dalam selokan juga dibersihkan hingga tidak ada sampah sedikit pun. Mereka masuk ke dalam selokan untuk membersihkannya. Inilah yang dilakukan anggota Tzu Cheng.
Selain itu, janganlah kita melupakan bencana gempa 21 September 1999. Dalam waktu dua tahun lebih, kita membantu pembangunan kembali 50 gedung sekolah. Anggota Tzu Cheng membantu proyek pembangunan sekolah dan melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh pekerja konstruksi. Saat pembangunan hampir rampung, mereka segera menyusun konblok. Agar bumi bisa bernapas, kita menyusun konblok di atas tanah. Jadi, di setiap sekolah, kita menyusun konblok di atas tanah.
Pascagempa 21 September 1999, kita sangat menghargai bumi. Agar lahan berdirinya sekolah bisa bernapas, kita tidak menggunakan aspal dan semen, melainkan menggunakan konblok. Ini sangat menyentuh. Dengan bantuan anggota Tzu Cheng, sekolah-sekolah itu bisa dibangun kembali. Begitu pula dengan Griya Jing Si.
Para anggota Tzu Cheng juga membantu pembangunan aula utama Griya Jing Si. Para anggota Tzu Cheng memberikan persembahan pada saya dengan mendedikasikan diri secara fisik dan batin. Mereka sungguh telah melakukannya. Kisah tentang komite dan Tzu Cheng kita tidak habis untuk diceritakan.
Tahun ini juga merupakan peringatan 30 tahun diluncurkannya buku Kata Renungan Jing Si. Kata Renungan Jing Si telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Meski hanya kalimat yang singkat, Kata Renungan Jing Si bisa membawa dampak yang terhingga bagi orang-orang yang mendengarnya. Selain dalam bahasa Mandarin, buku Kata Renungan Jing Si juga diterjemahkan ke dalam 18 bahasa dan diterbitkan di berbagai negara. Ini sungguh sangat menyentuh. Ini membawa manfaat besar dalam menyucikan hati manusia.
Tutur kata baik dapat menyucikan hati manusia. Insan Tzu Chi juga bersungguh hati berbagi Kata Renungan Jing Si. Mereka menjalin jodoh dengan orang-orang dengan Kata Renungan Jing Si. Mereka pergi ke kawasan pertokoan dan menggunakan poster berisi Kata Renungan Jing Si untuk menjalin jodoh dengan orang-orang.
Saat melihat poster yang ditempel di tembok, ada orang yang berkata, “Kalimat ini bagus sekali. Bolehkah saya menyalinnya?” Ini berarti orang tersebut telah terinspirasi.
Singkat kata, kita harus berusaha untuk menyucikan hati manusia. Manusia yang bisa menyebarkan kebenaran, bukan sebaliknya. Sebaik apa pun Kata Renungan Jing Si, jika tidak ada orang yang menyebarkannya maka tidak akan ada yang terinspirasi.
Dharma pun demikian. Untuk menyucikan hati manusia, hanya saya yang membabarkan Dharma tidaklah cukup. Kita semua harus membabarkannya agar Dharma bisa tersebar luas.
Anggota Tzu Cheng mendedikasikan diri untuk
melindungi misi Tzu Chi
Ibu Yi De membina murid-murid dengan penuh cinta
kasih
Manusia bisa menyebarkan kebenaran dan tutur kata
baik
Bersiteguh menjalankan Misi Tzu Chi dan praktik Bodhisatwa