Ceramah Master Cheng Yen: Mendedikasikan Diri dengan Cinta Kasih Berkesadaran

Pada Hari Guru yang diperingati sekali setahun, saat melihat para guru, rasa syukur sungguh bangkit di dalam hati. Sejak zaman dahulu, orang-orang mengenal budi luhur guru, orang tua, dan Tiga Permata. Tiga budi luhur ini masih ditambah satu lagi, yaitu budi luhur semua makhluk. Di dalam ajaran Buddha, ini disebut empat budi besar.

Ada empat budi luhur yang harus sangat kita anggap penting. Mengenai budi luhur orang tua, semua orang tahu kita harus berbakti pada orang tua karena orang tua telah melahirkan dan membesarkan kita serta memberi kita kehidupan ini. Semua ini adalah pemberian orang tua. Kita harus bersyukur.

Kita pun harus bersyukur kepada para guru yang membimbing kita dalam masa pertumbuhan sejak kita duduk di bangku TK sampai perguruan tinggi, hingga kita memperoleh berbagai pencapaian dalam karier, misi, dan sebagainya. Sepanjang kehidupan ini, kita harus bersyukur kepada semua makhluk.

Selain budi luhur orang tua, guru, dan semua makhluk, satu lagi budi luhur yang harus sungguh-sungguh kita hayati ialah budi luhur Tiga Permata. Tiga Permata adalah Permata Buddha, Permata Dharma, dan Permata Sangha. Berkat budi luhur Tiga Permata, kita bisa memahami banyak prinsip kebenaran lewat ajaran Buddha, mulai dari prinsip menjadi manusia hingga pandangan tentang lahir dan mati.


Orang-orang hanya melewati hari-hari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Dari mana kita berasal? Apa penyebab kita dilahirkan? Kita harus memahami dengan jelas hukum sebab akibat. Dengan begitu, kehidupan kita akan penuh kedamaian. Jika sebaliknya, kehidupan kita tentu akan penuh penderitaan. Lahir, tua, sakit, dan mati adalah penderitaan. Yang terpenting, di dalam proses kehidupan, berbagai hal yang tak sesuai harapan terlebih membawa penderitaan.

Berbagai penderitaan ada dalam kehidupan kita. Tua, sakit, dan mati adalah penderitaan yang alami. Namun, manusia memiliki banyak keinginan. Tak tercapainya keinginan juga membawa penderitaan. Saat terus menuntut, manusia juga menderita. Saat berbagai hal tidak sempurna, manusia juga menderita karena keinginan manusia senantiasa tanpa batas.

Saat keinginan hari ini terpenuhi, masih ada keinginan hari esok. Saat keinginan hari esok terpenuhi, manusia berharap semuanya bisa dinikmati lebih lama. Namun, apakah itu mungkin? Kehidupan tidaklah kekal. Kita tak tahu apa yang akan terjadi hari ini dan apakah masih ada hari esok. Saya sering mengatakan  apakah hari ini ataukah ketidakkekalan yang tiba lebih dahulu, kita tidak mengetahuinya.

Jadi, yang terbaik ialah kita hendaknya menggenggam waktu yang ada saat ini. Saat ini kita hendaknya memanfaatkan waktu kehidupan kita sebaik mungkin untuk hal-hal yang bisa membantu orang lain. Waktu-waktu seperti ini adalah yang paling bernilai. Contohnya, para guru memanfaatkan waktu. Berkat waktu yang diberikan oleh para guru, anak-anak dapat  memperoleh pencapaian dalam belajar. Guru harus meningkatkan nilai kehidupan sendiri.


Dalam mendidik anak-anak, sudahkah kita mendedikasikan kehidupan kita dengan tulus? Jika setiap orang guru mendedikasikan bagian yang paling berharga dari kehidupannya, anak-anak akan mendapatkan manfaat yang berlimpah. Jika para guru mengajar hanya untuk menghabiskan waktu tanpa pandangan benar akan nilai kehidupan, anak-anak juga akan ikut menghabiskan waktu tanpa memperoleh pelajaran bagi kehidupan.

Saya berbicara seperti ini, mungkin para guru mengerti maksud saya. Jadi, jalinan kasih antara guru dan murid harus ada. Mengapa ada anak yang begitu berterima kasih terhadap guru mereka dan amat menjunjung budi luhur guru? Karena mereka merasakan cinta kasih dan kesungguhan hati guru dalam mendidik mereka. Setelah merasakannya, barulah mereka dapat berterima kasih dan menghargai hubungan antara guru dan murid.

Intinya, sepanjang waktu kehidupan ini, untuk dapat menggunakan perasaan yang penuh cinta kasih, dibutuhkan kesungguhan hati. Bersumbangsih dengan sepenuh hati disebut memiliki cinta kasih berkesadaran. Setiap saat orang-orang dapat merasakan bahwa kita bersumbangsih dengan tulus. Waktu bisa membuat kehidupan kita bernilai.

Nilai kehidupan seorang guru terletak pada dedikasi setiap saat demi pencapaian murid. Jika para guru tidak sungguh-sungguh, murid tidak akan merasakan cinta kasih mereka. Dengan demikian, waktu berlalu sia-sia. Saat guru dapat mengasihi murid dan murid memiliki rasa terima kasih terhadap guru, inilah kehidupan yang bernilai. Membuat para murid berhasil adalah pencapaian terbesar seorang guru. Itu sangatlah bernilai.


Hari ini saya juga ingin berterima kasih kepada para guru. Badan misi pendidikan Tzu Chi mencakup taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan kita adalah pendidikan holistik. Di sini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para guru. Saya ingin menyampaikan doa dan terima kasih kepada para guru di dunia. Tanpa guru, tiada pendidikan di dunia ini.

Dengan adanya pendidikan, barulah nilai-nilai moral, etika, dan tata krama terjaga. Ini sama dengan menjaga tatanan dan norma kita sebagai umat manusia. Jadi, saya ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih atas pencapaian Bodhisatwa sekalian selama bertahun-tahun ini. Saya tetap ingin mengucapkan terima kasih. Rasa terima kasih tak akan habis diucapkan. Saya juga ingin berterima kasih kepada para Bodhisatwa Tzu Chi di dalam dan luar negeri. Saya mendoakan kalian semua.

Festival Kue Bulan juga akan segera tiba, tepatnya dua atau tiga hari lagi. Jadi, dalam momen hari raya ini, saya ingin mengucapkan selamat Festival Kue Bulan. Semoga seiring bulan purnama yang bulat sempurna, manusia di Bumi juga harmonis dan segala hal tercapai dengan sempurna pula. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Memahami hukum sebab akibat dan menghargai waktu
Terus berjuang membina insan berbakat
Bersumbangsih dengan tulus membalas empat budi besar
Mewariskan cinta kasih demi meningkatkan nilai kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Oktober 2020
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -