Ceramah Master Cheng Yen: Mendedikasikan Diri untuk Melindungi Cinta Kasih
Sejak 45 tahun yang lalu, kita terus memberikan pelayanan medis gratis tanpa terputus hingga sekarang. Pada tahun kelima berdirinya Tzu Chi, kita mulai bersiap-siap untuk memberikan pelayanan medis gratis. Dalam pelayanan medis gratis, kita bisa langsung menangani pasien yang menderita penyakit ringan dan kronis. Namun, untuk pasien yang menderita penyakit serius dan akut, kita harus mengantarkannya ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit sering berkata bahwa pasien tidak dapat ditangani ataupun didiagnosis di Hualien. Banyak pasien yang dirujuk ke Taipei dan wilayah barat Taiwan. Begitu turun tangan untuk menolong pasien, kita tidak bisa lepas tangan begitu saja. Kita tetap harus menolong mereka secara tuntas. Karena itu, kita tetap mengantarkan pasien ke wilayah utara Taiwan untuk didiagnosis, menjalani operasi, dan diobati. Jadi, kita juga mengantar dan menjemput pasien.
Setelah mengemban misi kesehatan, kita harus terus melangkah maju. Jika tidak, hati kita tidak akan bisa tenang. Demi memperoleh ketenangan hati, kita harus melangkah maju. Beberapa waktu kemudian, saya merasa bahwa kita harus mendirikan sebuah rumah sakit di Hualien untuk menangani pasien setempat. Karena itu, saya meninggalkan Hualien dan pergi ke wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan untuk menyosialisasikan bahwa saya ingin membangun rumah sakit.
Sejak saat itulah, saya membabarkan Sutra Bhaisajyaguru. Dengan membabarkan Sutra Bhaisajyaguru, saya semakin memahami penderitaan di dunia ini. Ajaran Buddha merupakan satu-satunya resep untuk menyelamatkan dunia dan semua makhluk. Saat saya ingin membangun rumah sakit, dr. Tseng Wen-ping dan dr. Tu Shih-mien yang merupakan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan sangat mendukung saya.
Setiap kali saya datang ke Taipei untuk mengadakan rapat dengan para arsitek, mereka berdua juga hadir. Setiap kali, rapat selalu berlangsung hingga hampir pukul satu dini hari. Saat itu, wakil kepala RS Umum Cathay, wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan, ketua Asosiasi Arsitek Taiwan, Kao Er-pan, dan seorang arsitek, Song Du-zhi, juga mengikuti rapat.
Saat itu, ada begitu banyak orang yang mendampingi saya. Tidak lama kemudian, kita pun mengadakan upacara peletakan batu pertama. Saat itu, dalam upacara peletakan batu pertama, saya menggigit bibir dan menahan air mata. Saya berpikir, “Setelah peletakan batu pertama, dari mana saya bisa memperoleh dana?” “Setiap lima belas hari sekali, saya harus membayar biaya konstruksi.” “Dari mana saya bisa memperoleh dana?” Karena itulah saya menggigit bibir. Namun, saya sangat bersyukur segalanya berjalan lancar.
Pembangunan rumah sakit bahkan dirampungkan 9 bulan lebih awal. Namun, berhubung peresmian RS juga dipercepat, dari mana kita bisa mendapatkan staf administrasi dan dokter? Dari RS Universitas Nasional Taiwan. Selain Wakil Kepala RS Tseng dan Wakil Kepala RS Tu, kita juga didukung oleh Kepala RS Yang Sze-piao dari RS Universitas Nasional Taiwan. Sebelum RS Tzu Chi Hualien diresmikan, beliau turut memberikan dukungan.
Ada tiga orang dokter senior dari RS Universitas Nasional Taiwan yang mendukung Tzu Chi. RS Tzu Chi Hualien sudah hampir diresmikan, tetapi kita masih tidak memiliki kepala rumah sakit. Saya lalu berpikir untuk meminta Wakil Kepala RS Tu Shih-mien menjadi kepala rumah sakit kita yang pertama. Mendengar hal ini, setiap orang membelalakkan mata sambil berkata, “Master, apakah Master tidak tahu tentang kondisi kesehatan beliau?” “Dokter berkata bahwa hidupnya hanya tersisa 3 hingga 6 bulan saja.” Saya berkata, “Saya tahu, tetapi saat menjenguknya di rumah sakit, saya melihatnya masih bekerja meski terbaring di ranjang.”
“Saya juga melihat jubah putihnya tergantung di samping ranjangnya.” Saya berkata kepada Wakil Kepala RS Tu, “Anda sedang menerima pengobatan.” “Mengapa jubah putih Anda ada di sini?” Beliau berkata, “Saya tidak tahan berbaring terus-menerus.” “Pasien saya sedang dirawat inap.” “Saya harus mengunjungi dan memeriksa mereka.” “Jika pasien merasa tenang, maka saya juga akan merasa tenang.”
Berhubung beliau begitu bersemangat, maka kita harus memberinya keyakinan dan mendoakannya. Dengan adanya doa dan keyakinan, beliau mungkin bisa bertahan lebih lama. Saya yakin terhadap dirinya. Saat itu, Kepala RS Chen Chiung-ming dan Wakil Kepala RS Wang Yu-ming berkata, “Apakah Master yakin?” “Apakah Master tidak mempertimbangkan Wakil Kepala RS Tseng Wen-ping?” Saya berkata, “Wakil Kepala RS Tseng masih memiliki kesempatan di masa mendatang, tetapi lain halnya dengan Wakil Kepala RS Tu.”“Dengan kondisi kesehatannya saat ini, kita harus memberinya keyakinan dan mendoakannya bersama.” “Tzu Chi merupakan sebuah keluarga besar.” “Kita semua harus mendoakannya agar beliau bisa menjadi kepala RS pertama di rumah sakit yang bertujuan untuk menolong semua orang yang menderita di seluruh dunia.”
Saya yakin ini semua terjadi karena jalinan jodoh. Beliau akhirnya bergabung dan mengemban tanggung jawab di RS Tzu Chi Hualien selama lima tahun. Setelah itu, penyakitnya kambuh kembali. Beliau berkata bahwa lima tahun sudah cukup karena operasional rumah sakit sudah cukup stabil. Kepala RS kedua kita, Kepala RS Tseng, dan generasi-generasi berikutnya, semuanya sangat berdedikasi.
Hari itu, dalam pementasan adaptasi Sutra Dua Belas Ikrar Agung Bhaisajyaguru, Kepala RS Tseng juga hadir. Melihat pemandangan seperti itu di lantai atas, saya terharu hingga hampir meneteskan air mata. Saya teringat akan dedikasi beliau dan Kepala RS Tu bagi Tzu Chi. Kepala RS Tu telah meninggal dunia dan Kepala RS Tseng telah lanjut usia. Dalam hidup ini, jika kita tidak menggenggam saat ini untuk bersumbangsih, lalu kapan lagi?
Jika saat itu saya tidak bersiteguh meminta dr. Tu menjadi kepala RS Tzu Chi Hualien, entah beliau bisa bertahan lima tahun atau tidak. Selama lima tahun itu, banyak orang yang sangat menghormati dan mengasihinya. Beliau juga mengukuhkan fondasi misi kesehatan Tzu Chi. Beliau telah mengembangkan nilai hidupnya.
Saya sungguh sangat bersyukur bisa mendirikan RS Tzu Chi Hualien yang kini telah menjadi pusat medis yang bisa menangani pasien dengan penyakit serius di wilayah timur Taiwan. Saya juga sangat bersyukur kepada para dokter dan kepala RS yang bisa memberikan pelayanan sesuai semangat dan filosofi Tzu Chi. Dari Kepala RS Tu, Kepala RS Tseng, hingga generasi-generasi berikutnya, semuanya menyatukan hati dan tekad mereka dengan saya.
Memberikan pelayanan medis gratis dan melindungi cinta kasih
Bersusah payah mendirikan rumah sakit demi menyelamatkan orang yang menderita
Mewariskan kesatuan hati dan tekad dari generasi ke generasi
Mengingat dedikasi para kepala RS untuk selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 November 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 November 2016